~ Bagian 12: Takut ~

26.2K 3.7K 59
                                    

Happy reading. Typo tolong koreksikan gaessss 🙂

-----

Mervyn segera beranjak setelah rapat selesai. Ternyata rapat kali ini selesai dengan cepat dan dia bersyukur untuk itu. Namun Kevan menahannya dengan cara memegang pergelangan tangannya.

"Kau mau pergi kemana?"

Mervyn mengernyit. Dia menatap sekeliling dan melihat beberapa anggota dewan lainnya sudah pergi keluar. Meski beberapa lagi memilih untuk tetap tinggal sekedar bersenda gurau dengan teman lainnya.

"Asrama, apa ada tugas lain untukku?"

Kevan menghela napas, "tidak. Hanya saja sudah lama kita tidak berkumpul. Ini juga belum terlalu malam, tidak mau tinggal di sini lebih lama?" ujarnya menawarkan. Dia ingin memperbaiki hubungan kedua sahabatnya.

"Tidak, terimakasih. Aku merasa sangat lelah dan ingin tidur cepat." Mervyn menolak langsung. Dia sangat malas jika harus satu ruangan dengan Lazarus lebih lama lagi. Dia masih kecewa karena sahabatnya sendiri tega menyakiti adiknya. Meskipun Alesha sudah mengatakan padanya bahwa dia tidak lagi menyukai Lazarus tapi dia masih kesal karena Lazarus yang dekat dengan gadis lain saat dia masih berstatus sebagai tunangan adiknya.

"Tapi---"

"Tidakkah kau terlalu kekanakan, Mervyn?" potong Lazarus yang duduk dekat Kevan. Dia menatap Mervyn .

"Kekanakan?"

"Yeah, kau menghindariku, kan?" tanya Lazarus tenang.

"Syukurlah jika kau sadar." Jawab Mervyn sinis sebelum melangkah pergi dari sana.

"Tunggu!" Lazarus mengejarnya.

Mervyn yang baru saja membuka pintu menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan mendapati Lazarus berdiri tepat di depannya. Anggota dewan lain yang masih di sana mulai memperhatikan mereka. Merasa penasaran dengan apa yang terjadi.

"Sebenarnya Mervyn, aku rasa sikapmu sungguh berlebihan. Batalnya pertunanganku dan Alesha itu adalah keputusan adikmu juga. Kau memusuhiku untuk masalah sepele seperti itu?" kata Lazarus pelan.

"Kau menyakiti adikku. Dan kau bilang itu masalah sepele?" Mervyn mendesis tak terima. Kedua tangannya terkepal erat.

"Mervyn, kau sepertinya memang lelah. Kembali saja ke asrama." ucap Kevan, "Lazarus biarkan Mervyn pergi!"

Dia meminta Mervyn tinggal untuk memperbaiki hubungan persahabatan mereka bertiga. Tapi sepertinya hal itu berubah menjadi bencana.

"Aku tidak menyakitinya. Kapan aku menyakitinya?" tanya Lazarus tidak mengindahkan ucapan Kevan.

Tidak menyakiti Alesha dia bilang?

Emosi marahnya memuncak. Dengan gerakan cepat Mervyn menghampiri Lazarus dan menarik kerah bajunya. Membuat tubuh terdorong ke belakang.

"Kau!" Mervun mendesis marah, "kau pikir aku tidak tahu bahwa kau dekat dengan gadis lain saat masih berstatus sebagai tunangan Alesha. Karena gadis sialanmu itu kau mulai mengabaikan adikku. Kau meminta pertunangan kalian dibatalkan tanpa memikirkan perasaannya, Brengsek! sekarang kau bertanya padaku kapan kau menyakitinya?"

Lazarus melotot gelap padanya. Dengan mudah dia lepas dari cengkraman Mervyn. Emosinya ikut tersulut dan membuat sihirnya berderak marah. Dia hendak membalas namun segera dihentikan oleh Kevan.

"Berhenti!" Kevan menegur keras.

Mervyn masih menatap Lazarus tajam begitupun sebaliknya. Keduanya saling melemparkan tatapan penuh permusuhan.

OPPORTUNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang