Saat awal nulis cerita ini. Aku nggak kepikiran bakal ada yang vote. Awalnya cuma dua tiga orang dan itu udah bikin aku happy banget. Tapi kemudian tiba-tiba yang baca cerita ini makin banyak dan aku senang bangettttttt 😭
Dan liat ada beberapa part tembus vote 200 itu kaya hal yang sangat membanggakan. Aku pernah dapat vote segitu tapi itu di akun yang dulu dan itu ff. Jadi saat nulis cerita yang nggak pake cast korea aku nggak berharap banyak. Iya tahu jumlah segitu dibanding sama karya-karya lain yang udah ribuan vote sangat-sangatlah biasa. Tapi gaesss sekali lagi ini cerita pertamaku dan aku bukan penulis yang udah terkenal. Angka segini buatku udah WAW banget 😊
Tapi makasih banget buat kalian yang udah baca. Terimakasih buat kalian yang udah ninggalin jejak. I Love you. Apalagi kalau ada komen masuk. Aku rasanya tuh bahagia banget 😭 nanti aku balesin komen yang belum aku bales deh. Sekian curahan hati ini. 😁
P.S. : jangan panggil aku thor panggil aku dila atau kak aja.
Happy reading 😘
-----
"Kau tidak seharusnya mengalah pada gadis sampah itu diperpustakaan tadi. Seharusnya kau membiarkanku menyadarkan pangeran Chaiden siapa gadis yang sedang mendekatinya. Lihat dia sekarang berani secara terang-terangan mendekati pangeran Chaiden," gerutu Viona.
Saat ini Viona dan Mery tengah berada di kamar asrama mereka. Di akademi memang terdapat pilihan kamar untuk satu orang atau untuk dua orang. Pembagian kamar disesuaikan dengan permintaan dari siswa itu sendiri. Karena sudah bersahabat dekat dan juga tinggal satu atap mereka berdua memilih mengambil kamar untuk dua orang.
"Kamu terlalu berpikiran buruk tentangnya Vio," ucap Mery pelan. Dia duduk di kursi depan meja belajar. Beberapa buku terbuka di depannya. Sedangkan tangannya sedang sibuk menulis rangkuman.
"Berpikiran buruk?" jerit Viona tidak terima. "Astaga Mery. Kau tidak tahu semua rumor buruk tentangnya? Setelah semua itu sekarang ada gosip tentang dia yang pernah menjadi tunangan pangeran mahkota. Aku tahu kau baik, tapi kau harus membuka matamu dan melihat bahwa tidak semua orang baik sepertimu. Kau pikir, pangeran mahkota dengan sukarela bertunangan dengan gadis sampah itu. Sudah jelas dia menggunakan kekuasaan ayahnya. Mungkin saja pangeran Lazarus membatalkan pertunangan itu karena sedang dekat denganmu jadi gadis sampah itu tidak terima. Mungkin dia mendekati pangeran kedua untuk menarik perhatian putra mahkota," sembur Viona marah.
Mery tidak menanggapi keluh kesah Viona. Dia sudah sering menghadapi kemarahan Viona. Jadi dia sudah terbiasa. Viona hanya sedang mengeluarkan semua amarahnya dan Mery akan membiarkan itu sampai dia tenang.
"Aku benar-benar muak saat melihatnya makan satu meja dengan pangeran Chaiden tadi. Sampah itu benar-benar merasa dirinya pantas duduk dengan pangeran kedua? Benar-benar tidak tahu diri. Mery kau harus hati-hati, aku takut sampah itu sedang memikirkan cara untuk merebut pangeran mahkota darimu. Aku juga takut dia akan melukaimu. Dia pasti tidak akan menyerah dengan mudah."
Mery masih abai dengan perkataan Viona. Tapi jika lebih diperhatikan pegangan tangannya pada pena yang dia gunakan menguat. Dia mulai resah. Mengingat kejadian saat Alesha dan Chaiden makan bersama di kafetaria. Dia menyaksikan semuanya. Termasuk saat rombongan anggota dewan datang. Dia melihat saat Lazarus menatap Alesha. Bahkan saat sudah duduk di kursinya dia menyadari bagaimana Lazarus sesekali mencuri pandang pada Alesha. Yang membuat Mery sedih adalah saat Lazarus tidak menyadari keberadaannya. Padahal meja mereka berdekatan. Laki-laki itu juga beberapa hari ini tidak menemuinya. Apakah Lazarus mulai melupakannya?
Mery menggelengkan kepalanya cepat. Mengusir semua pikiran buruk dari otaknya. Itu tidak mungkin. Lazarus selalu memberikan perhatian lebih padanya. Laki-laki itu terlihat sangat menyukainya meskipun tidak pernah mengatakannya. Dia satu-satunya wanita yang dekat dengan Lazarus di akademi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPORTUNITY
FantasiAlesha dikenal sebagai sampah keluarga Devonte. Dia mendapatkan julukan itu karena tidak memiliki kemampuan sihir penyembuhan seperti kedua orang tuanya dan juga kakaknya Mervyn. Namun Alesha tidak pernah perduli, karena kedua orang tuanya dan juga...