Kau adalah gadis biasa yang menyukai lelaki dari kelas sebelah. Dari kelas 1 hingga kelas 3. Kau memendamnya begitu lama. Tapi jangan salah, kau selalu memberinya kode-kode supaya ia tahu kalau kau menyukainya.
Dia berada dilingkup pertemanan yang sama denganmu. Jay sahabatmu, berteman baik dengannya. Juga sahabat yang tinggal satu apartement denganmu bernama ana, berteman juga dengannya. Kalian sering pergi bermain bersama. Ke karaoke, ke PC Bang, ke cafe. Intinya kalian sering berinteraksi dan perasaan kalian sudah menjadi rahasia umum dilingkup pertemanan kalian. Kau sering mendengar Sunghoon juga menyukaimu. Jay dan housemate-mu sering mengatakannya. Tapi apa? Bahkan sampai tahun ketiga sekolah kau belum juga mendapat pernyataan cinta dari Sunghoon.
Kau selalu menunggu-nunggu tanggal cantik. Siapa tahu Sunghoon akan mengatakan perasaannya padamu pada tanggal itu. Tapi sekarang sudah akhir tahun. Setiap tanggal cantik ditahun ini sudah kau tandai dan tak satupun dari tanggal tersebut Sunghoon menyatakan perasaannya padamu.
Kalau dibandingkan dengan gadis lain, kau itu agresif. Kau ingin mengatakannya lebih dulu. Tapi berulang kali kau mengurungkan niatmu dengan pikiran Sunghoon pasti sudah merencanakan sesuatu yang lebih spesial untuk mengajakmu berpacaran.
Kau sampai sudah menyusun kata-kata yang akan kau katakan kalau sampai Sunghoon mengajakmu berpacaran sungguhan.
"Aku memang menunggu lama, tapi tak masalah selama itu kau. Aku mau menerimamu jadi pacarku"
Kurang lebih seperti itu.
Rasanya sampai frustasi. Apalagi mengetahui Ana barusaja jadian dengan teman sekelasnya yang juga temanmu bernama Jake. Menurutmu, temanmu dan Jake memiliki kisah cinta paling lancar diantara kalian. Apalagi kalau dibandingkan denganmu. Ah sudahlah.
"Ya! Sunghoon memanggilmu, dia ada di lapangan basket indoor"
Jay menepuk pundakmu keras. Kau yang awalnya malas tiba-tiba bersemangat seperti dirasuki 100 kuda."Jinjja?"
"Jangan-jangan.."
Jay menggodamu dengan menaik turunkan alisnya. Kau semakin terpompa dan hendak meledak."Wah tanggal berapa sekarang? Tanggal berapa? Catat, Jay. Aku akan segera menemuinya"
Kau berlari secepat yang kau bisa. Dipikiranmu adalah sekarang harinya. Hari yang kau tunggu-tunggu.
Kau sampai dilapangan indoor. Membuka pintu besar itu dengan harapan apa yang kau lihat sebentar lagi adalah Sunghoon yang berdiri dengan membawa bunga. Ugh! Pasti rasanya benar-benar hebat.
Pintu terbuka sepenuhnya, tapi kau tak mendapati Sunghoon dilapangan. Jangankan membawa bunga, sosoknya saja tidak ada. Kau menoleh kesana-kemari mencari keberadaannya. Lapangan ini sepi tak ada orang.
"Hei"
Kau menoleh kesamping. Ternyata Sunghoon ada ditribun atas sedang membereskan barangnya. Sepertinya Sunghoon baru selesai kelas olahraga. Nafasmu masih terengah karna berlari. Namun, kau tetap berjalan mendekatinya.
"Kau kesini berlari?"
Tanyanya. Kau mengusap keringat didahimu dan menggeleng."T-tidak"
Kau tak ingin terlihat terlalu antusias bertemu dengannya."Ada apa memanggilku?"
Sungguh kau ingin cepat-cepat. Terlalu tak sabar mendengar apa yang ingin Sunghoon sampaikan."Ahh aku hanya ingin memberikan ini. Kau lupa mencabutnya kemarin"
Ia memberimu kunci lokermu."Aku ingin menitipkan pada jay tapi aku tak percaya padanya. Jadi aku menyuruhnya memanggilmu saja kemari"
Kau menunggu kata selanjutnya. Tapi ternyata ia sudah selesai dengan ucapannya.
"Itu saja?"
"Ya, itu saja"
Sunghoon menjawabmu dengan santai. Tak tahu api dihatimu mulai membesar karna marah. Lebih kepada marah pada dirimu sendiri karna terlalu berharap berlebihan. Memang apa yang bisa kau harapkan dari Sunghoon?"Kau benar-benar.."
Sunghoon bingung dengan reaksimu.
"Aku tak bisa hidup seperti ini terus"
Dengan segala kemarahan dan keberanian yang telah kau kumpulkan. Kau mendekati Sunghoon dengan cepat. Menarik kerah bajunya, berjinjit dan mencium bibirnya. Kau memejamkan matamu. Ilmu yang selama ini kau kumpulkan dari novel dan drama-drama kini kau terapkan dengan baik. Terbukti dengan Sunghoon yang menjatuhkan tasnya dan menarikmu semakin dekat padanya.Hingga realita menghantammu keras. Telapak kaki kirimu kram tiba-tiba. Mungkin karna telalu lama berjinjit. Salahkan tubuhmu yang terlalu pendek untuk Sunghoon. Kau jatuh terduduk didepan Sunghoon dan ciuman kalian terlepas begitu saja.
"Akh"
Kau bahkan tak bisa menggerakkan kaki kirimu sangking sakitnya. Sunghoon berjongkok didepanmu.
"Gwenchana?"
"Sakit, bodoh! Cepat bawa aku keuks"
Kau sudah hampir menangis karna kesakitan, Sunghoon malah masih bertanya.Akhirnya Sunghoon membawamu ke uks. Tak usah membayangkan Sunghoon menggendongmu karna memang tidak. Dia hanya menyeretmu seperti membawa gelandangan untuk dibawa kemobil satpol pp.
Diuks kau menjerit menangis kesakitan saat dokter piket memijat kaki kirimu. Sudah tak usah dipikirkan bagaimana image-mu dimata Sunghoon. Kau benar-benar kesakitan kali ini.
Setelah beberapa menit berjuang, akhirnya kakimu lebih baik. Dokter piket itu memberimu sentuhan terakhir dengan mengompres kakimu.
"Kompres terus sampai benar-benar membaik ya. Ah dan jangan lupa.."
Kau dan Sunghoon menoleh bersamaan pada dokter itu.
"Bersihkan bibir kalian dengan tisu ya haha"
Setelah mengatakannya dokter piket itu pergi keluar uks.Kau melihat sunghoon yang ternyata juga melihatmu. Kalian saling membuang muka setelahnya. Benar-benar malu mengetahui fakta bahwa bibir kalian belepotan lipstick karna baru saja berciuman.
Andai saja kau tahu hari ini kau akan mencium Sunghoon, mungkin kau akan menggunakan lipstick yang lebih mahal supaya tidak belepotan kemana-mana. Haa~
Sunghoon menyerahkan tisu tepat didepan wajahmu. Kau mengambilnya lalu membersihkan bibirmu dengan canggung. Kau tak tahu setelah ini bagaimana hubungan kalian, Bagaimana Sunghoon akan memperlakukanmu, dan bagaimana tindak lanjut dari Sunghoon setelah kejadian ini.
"Aku akan menganggap tadi itu ketidaksengajaan"
Ucap sunghoon. Kau mulai mencerna perkataannya. Apa itu artinya ia menganggap ciuman tadi tidak pernah terjadi? Apa dia masih akan terus seperti ini? Tak ingin ada perubahan?
Bukan itu yang seharusnya ia katakan.Kau mulai marah.
"Pergi dari sini"
Usirmu. Kau sudah tak tahan dengan sikap sunghoon."Mwo?"
"Kubilang pergi dari sini!"
"Tapi kenapa?"
"Aku tak ingin melihatmu lagi! Aku tak akan menyukaimu lagi! Aku lelah menyukaimu! Pergi!!"
Kau yang terbawa suasana menghantam Sunghoon dengan bantal ditanganmu. Sunghoon menyerah dan akhirnya pergi.