"Kapan aku melihat mu lagi ? Wahai gadis di dalam mimpi."____Eadric Derson.
****
Eadric melihat ponselnya sepanjang jalan dia menuju kantor Raka siang ini. Dia berpikir tidak mungkin lagi bertemu wanita yang dia foto di lampu merah semalam. Padahal semalam dia tidur berfantasi-kan wajah polos wanita ini.
"Bos kita sudah sampai," suara Ali membuat Ed memasukkan ponselnya ke dalam saku jas.
"Bos apa tidak menelpon Pak Raka dulu mungkin beliau sedang makan di luar kantor karena ini jam makan siang."
"Raka makan siang di luar ? Robot sepertinya pasti akan tetap di kantor meski jam makan siang." Ed tersenyum kepada Ali mengingat betapa gigih temannya yang bernama Raka itu bekerja.
Ketika Ed masuk beberapa karyawan yang mengenalnya sebagai teman dari bos mereka langsung membungkuk memberi hormat.
Ada satu wanita cantik yang melewatinya dengan rok mini yang jelas sekali wanita itu mengumbar keseksian tubuhnya tersenyum menggoda Ed.Dengan jahilnya sebelum pintu lift tertutup Ed mengedipkan satu matanya kepada wanita itu. Ali hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Ed.
Ali dan Ed sampai di lantai dimana ruangan Raka berada, mereka melihat meja sekertaris kosong sehingga Ed dengan mudah masuk ke dalam ruangan Raka. "Lihat sudah ku bilang Ali teman ku ini tidak akan meninggalkan kantor jika tidak ada paksaan."
"Kau datang? Bukannya janji kita setelah makan siang?"
Seorang wanita mengetuk pintu ruangan Raka membuat Ed tidak jadi berbicara. Wanita itu masuk dengan nampan di tangannya. Makanan yang dibawa wanita itu terlihat sangat menggoda dan aromanya membuat perut Ed minta di isi.
“Apa yang kamu bawa?” tanyanya sambil menatap makanan yang di bawa oleh wanita itu.
“Ayam rend—”
“Buat saya.” Tanpa basa-basi, Ed langsung mengambil nampan itu dan membawanya duduk.
“Tapi itu makan siang Pak Raka,” gumam wanita itu pelan. Dia tampak bingung dan menatap Raka meminta bantuan. Membuat Ed geli melihat ekspresi wanita yang kini terlihat bingung itu.
"Karyawan baru? Nama kamu siapa?" tanya Ed."Nindy, Pak. Asisten Pak Raka.”
"Jangan menggodanya, Ed," ujar Raka jengah.
"Aku hanya bertanya nama bukan alamatnya." Balas Ed dengan santai lalu dia terlihat sangat menikmati makanan itu. “Ini enak sekali. Kamu beli di mana Nindy?”
Raka mendengus mendengar pertanyaan Ed. Bahkan pria itu tidak peduli dengan dua orang yang menatapnya kesal saat ini.
“Saya pesan di teman saya, Pak.”
Ed mengangguk dan berbicara dengan mulut yang penuh, “Beri saya nomornya biar saya bisa beli sendiri nanti.”
Setelah terlihat berpikir Nindy berdehem dan mulai memasang wajah serius, “Tapi teman saya hanya menerima pesanan dengan jumlah banyak, Pak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Bos
RomanceMenangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah dengan kehidupan keras dan mahal di Jakarta. Dari masakan jatuh ke hati begitulah nasib Arinda beruba...