Karena mu aku mulai membenci hari yang memisahkan kita meski hanya sejenak saja.
****
Arinda melihat Ed yang langsung berlaei ke arahnya saat dia keluar dari pintu kedatangan. Pria itu memeluknya hingga napas Arinda terasa sesak.
"ABANG BOS !" teriak Arinda lalu menghirup udara untuk mengisi kembali oksigen ke paru-parunya. Tatapan galak Arinda tidak membuat Ed takut, dia malah menarik tubuh Arinda dan menyatukan kening mereka.
Wajah galak yang dia lihat tadi kini merona membuat Ed sangat gemas. Satu kecupan di dapat Arinda tepat di hidung mancung miliknya.
"Menggelikan," ujar Ali yang dapat Ed dengar.
"Kamu berkata apa Ali," kata Ed sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana menatap Ali dengan wajah sombongnya.
Ali berpura-pura memasang wajah tidak tahu "Apa Bos ?"
"Gaji kamu saya potong dan akan saya berikan kepada Arinda." Supir Ed yang mendengar itu menahan tawa, Ed langsung membawa Arinda masuk ke dalam mobil. Dia duduk di bangku belakang sementara Ali di sebelah supirnya.
"Saya antar kamu ke kos ya," kata Ed dengan senyuman yang sangat manis. "Oh ya besok kamu tidak perlu datang ke apartemen saya dulu. Supir saya akan menjemput kamu dan membawa kamu ke rumah aunty Viza."
"Kenapa abang Bos ?"
"Ada acara arisan di rumahnya dan dia baru memberitahukan kepada saya tadi. Dia ingin kamu yang memasaknya, kalau kamu mau terima."
"Tentu mau," jawab Arinda langsung membuat Ed menggelengkan kepala.
"Ya sudah kalau begitu besok kamu kerjakan saja pesanan dari aunty Viza." Arinda tersenyum lebar mendengarnya. Rejekinya sudah ada saat pertama kali dia sampai ke Jakarta dan ini karena Ed, pria ini sudah membantunya banyak.
Di perjalanan Ed menanyakan kabar keluarga Arinda hingga sampai ke kos dia juga mengantarkan Arinda sampai ke dalam, saat melewati kamar Anton mereka sempat berhenti sejenak. Ed kemudian menjelaskan jika dia tadinya ingin memecat Anton, tapi karena dia baik hati maka dia hanya memindahkan Anton ke cabang yang ada di Kalimantan.
"Tidak jadi ke luar Negri ?" tanya Arinda spontan lalu menutup mulutnya.
"Sudah beruntung saya tidak memecatnya."
"Tapi abang bos dia tidak bersalah di pekerjaan, kenapa abang bos menghukumnya." Ed terlihat tidak suka Arinda membela pria itu.
"Kalau kamu masih membahas masalah dia saya pastikan dia tidak akan bekerja lagi." Arinda menggigit bibirnya sambil tertunduk, mereka berdua sudah sampai di depan pintu kamar Arinda "Kamu penting bagi saya, dan dia sudah menyakiti kamu. Kamu paham maksudnya ?" Ed memegang pipi Arinda lembut dengan sebelah tangan. Matanya meneliti wajah Arinda tidak terlewatkan sedikitpun.
Ed seolah tertarik ingin kembali merasakan bibir manis itu dia ragu karena tempat yang tidak memungkinkan, tapi tetap saja dia mengikis jarak diantara mereka berdua dan siap menyapa bibir semerah delima itu. Arinda juga sudah menutup mata bersiap akan apa yang terjadi hingga suara dehaman membuat keduanya terkejut dan salah tingkah.
"Masih di depan pintu loh Tet ! Belum masuk ke dalam kamar." Reina membuat Arinda sangat malu "Siapa nih ? Abang bos itu, kenalin dong."
Arinda akhirnya mengenalkan Ed dengan salah satu sahabatnya. "Ya sudah lanjutkan aja, gue gak akan bilang ke Madam Rose kok." Reina pergi masuk ke dalam kamarnya sambil tertawa puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Bos
RomanceMenangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah dengan kehidupan keras dan mahal di Jakarta. Dari masakan jatuh ke hati begitulah nasib Arinda beruba...