📍
📍Sebelum matahari memperlihatkan kilaunya, kamu harus bangun !
Itu adalah pesan nasehat yang terus Arida ingat dan dia patuhi. Setelah mandi dan menuntaskan kewajibannya, Arinda memiliki waktu tiga puluh menit untuk dia berolahraga.
Sepertinya waktu memang selalu mempertemukan Anton dengan dirinya, karena pagi ini dia bertemu dengan Anton yang juga baru keluar dari kamarnya memakai setelan olahraga.
"Hai Arinda," sapa Anton dan Arinda mengulum senyum karena dia malu bertemu dengan Anton."Kamu sudah terima hadiahnya ?"
"Sudah bang Anton. Terima kasih ya. Tapi kado itu untuk apa ?" tanya Arinda karena dia memang masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Anton memberikan kado itu.
Anton tidak langsung menjawab pertanyaan Arinda dia malah mengajak Arinda untuk bersama lari pagi dengannya.
Sambil lari Anton masih diam-diam mencuri pandang pada Arinda yang kini sadar ada yang berbeda di hatinya saat Anton menatapnya."Mau singgah ke taman kota dulu ?" tanya Anton saat mereka sudah selesai lari pagi dan kini sudah sampai di depan pintu kost.
"Arinda harus buru-buru bang, jadi gak bisa mampir ke sana. Arinda duluan ya bang."
"Arinda tunggu !" Anton menghentikan langkah Arinda dan wanita itu berbalik badan menatapnya. Anton maju untuk bisa lebih dekat dengan Arinda. "Kado dan bunga itu saya berikan untuk kamu, karena saya suka dengan kamu."
Arinda begitu terkejut mendengarnya dan dia tidak tahu harus berkata apa, ini yang pertama kali untuk Arinda berurusan dengan pria dan hal manis seperti ini. Dia hanya diam tidak bisa berkata apapun dan Anton masih menatapnya layaknya dia patung saat ini.
"Sial ! Gue harus berkata apa ini ?"
"Arinda," panggil Anton membuat Arinda akhirnya bernapas lagi. "Maaf kalau membuat kamu bingung dan terkejut, saya tidak minta jawaban apapun dari kamu. Tenang saja, tapi jangan jauhi saya karena apa yang sudah saya utarakan sama kamu ya," kata Anton dengan lembut dan Arinda hanya bisa mengangguk.
Untungnya Nindy keluar dan menegur Arinda. "Eh lo mau kemana pagi-pagi gini ?" tanya Arinda yang sadar jika ini masih terlalu pagi untuk jam berangkat ke kantor.
"Kerja ! Biar bisa foya-foya."
Arinda menggelengkan kepala melihat si Gendis yang sepertinya sedang sangat bekerja keras lalu dia teringat juga harus berangkat ke tempat Ed.
"Astaga ! Bang Anton saya duluan ya," kata Arinda langsung berlari masuk kedalam kost menaiki tangga menuju kamarnya.Ponsel Arinda bergetar saat dia baru saja menutup pintu kamarnya dan itu pesan dari Anton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Bos
RomanceMenangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah dengan kehidupan keras dan mahal di Jakarta. Dari masakan jatuh ke hati begitulah nasib Arinda beruba...