Sore dari Bandung mereka pergi ke Jakarta dengan menggunakan helikopter, Ed memang sungguh di luar dugaan. Arinda saat ini menerka-nerka apa sebenarnya pekerjaan Ed. Helikopter yang membawa mereka tiba di sebuah rumah besar yang dari atas saja Arinda bisa menebak kalau rumah ini memiliki landasan helikopter di samping rumahnya.
Jemari Arinda masih terus bertaut dengan Ed, pria itu juga membantu Arinda untuk turun dari helikopter. Senyum tidak pernah lepas dari wajah Ed, Arinda sadar Ed benar-benar menyukainya tapi dia ? yang ada dalam benaknya saat ini adalah Ed tipe manusia aneh yang kepercayaan dirinya diatas rata-rata dan jangan di lupakan kalau pria ini gemar bermain wanita.
Ed terus membawa Arinda masuk menuju dalam rumah luas dengan gaya modern klasik berwarna putih itu. Mata Arinda di manjakan dengan lantai marmer dan juga furniture yang pastinya sangat mahal. Rumah ini sudah seperti hotel bintang kelas atas saja, pikir Arinda.
"Abang Bos ini rumah siapa ?" tanya Arinda namun Ed hanya menatapnya sambil tersenyum dan mata Arinda membulat sempurna ketika di hadapannya kini sudah ramai orang yang juga menatapnya dengan penuh pertanyaan.
Arinda langsung berbalik badan, jelas ini adalah keluarga Ed dan dia tidak mau mendapatkan penghinaan kedua kalinya. "Hei Arinda kamu mau kemana ?" tanya Ed menahan tubuh Arinda.
"Abang Bos sa- saya tidak pantas ada di sini," gumamnya namun Ed malah terlihat santai dan menariknya secara perlahan menuju dimana semua orang kini sudah diam menunggu Ed memperkenalkan Arinda.
"Aunty, uncle, Dad ini Arinda," kata Ed lalu dia melihat wajah Arinda sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya "Dia wanita yang spesial untuk ku." Hanya itu yang Ed ucapkan tapi mampu membuat Arinda tertegun.
"Ck... jelas saja spesial, kau masuk ke dalam sel tahanan karenanya," ujar Ibra membuat semua terkejut begitu juga Arinda.
"Apa maksudmu Ibra ?" tanya Alfa ayah Ed, Adella sang adik juga menatap Ibra menunggu jawaban.
"Sepupu ku tercinta ini patah hati dan menghancurkan satu Bar, polisi menangkapnya semalam. Aku berpikir dia tidak akan berurusan dengan wanita ini lagi, tapi lihat sekarang dia membawanya ke hadapan kita semua." Alfa yang mendengar hal itu menatap tajam Ed, Arinda sudah ketakutan saat ini. Dia menunduk ingin berpamitan tapi Ed menahan tangannya.
"Abang Bos lepaskan," kata Arinda tapi Ed tidak mengindahkan ucapannya itu. Wajah memelas Arinda bahkan tidak membuat Ed mau melonggarkan sedikit saja pegangan tangannya di lengan Arinda. Sudah cukup orang tua Anton saja yang menghinanya jangan lagi keluarga Ed, dia bisa kena tekanan batin jika sampai terjadi lagi.
"Ed ayo, kenalkan kepada kami kenapa kalian berdiri di sana saja," ucap Akira dan tidak lama kemudian terdengar suara tawa dari semua orang. Arinda memutar tubuhnya melihat semua orang yang mengajaknya untuk bergabung di meja makan.
"Inilah keluarga ku Arinda, ayo bergabung bersama mereka."Ed mengajak Arinda yang masih saja ragu-ragu untuk duduk di meja makan bersama keluarga besarnya. Ed memperkenalkan satu persatu anggota keluarganya mulai dari tante om para sepupunya dan juga Ayah dan adiknya.
Semua orang di sana bertanya apa pekerjaan Arinda lalu Akira teringat dia pernah bertemu dengan Arinda juga mencoba masakannya "Ah usaha kamu pasti berhasil, masakan mu benar-benar enak. Ada satu orang menantu keluarga ini yang juga pintar memasak. Kalian bisa berkolaborasi membuat restoran sepertinya." Lalu semua orang tertawa kembali.
Suasana di keluarga besar Ed benar-benar hangat membuat dia merindukan ayah dan ibunya di kampung halaman. "Jadi kamu tidak berani kembali ke kampung halaman mu karena takut untuk di nikahkan ?" tanya seorang wanita bernama Bunga. Kata Ed wanita itu adalah tantenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Bos
RomanceMenangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah dengan kehidupan keras dan mahal di Jakarta. Dari masakan jatuh ke hati begitulah nasib Arinda beruba...