"Abang bos jangan lakukan ini kepada saya ! saya sudah memiliki kekasih."
Ed menautkan kedua alisnya, mustahil jika Arinda memiliki kekasih karena sebelum pergi mencari Arinda ke kos wanita itu pertama kalinya Ed sudah meminta Ali mencari tahu tentang Arinda dan dia tahu jelas Arinda tidak memiliki kekasih.
Lalu kenapa Arinda mengatakan sudah memiliki kekasih ? Ed berdecak dan dia tidak perduli jika Arinda sudah memiliki kekasih dia akan mencari tahu siapa Pria itu yang jelas adalah Arinda adalah wanitanya dan dia akan memiliki Arinda dengan cara apapun.
"Whatever you say right now I don't care Arinda, you're still my woman."
Ganti Arinda yang menautkan alisnya, dia tidak mengerti apa yang Ed katakan selain kata woman yang dia tahu adalah wanita. Wajah Arinda semakin bingung ketika Ed mengacak rambutnya dan tersenyum.
"Abang bos, paham kan maksud saya ?"
"Paham ! kamu juga harus paham maksud saya."
"Saya tidak mengerti, bisa abang bos artikan saja ?" pinta Arinda terlihat sangat lucu bagi Ed.
"Kamu cari saja artinya di google, saya bukan penerjemah kamu. Good night Arinda, sweet dream." Senyum Ed sangat manis kepada Arinda tapi Arinda melihatnya bagaikan senyuman iblis.
****
Arinda masih sudah selesai membersihkan tubuhnya, dia menelpon Reina untuk menceritakan kegelisahan di hatinya. Meski sudah larut malam di Oia dia tidak perduli, dia benar-benar ingin bercerita dengan Reina saat ini. Diantara mereka Reina yang pengalamannya sudah diatas mereka tentang masalah pacaran, jadi Reina adalah sasaran tepat untuk Arinda bercerita.
"Ena lo ngapain ?"
["Samosa gue baru aja tidur. Lo kenapa sih nelpon jam lima subuh begini ?"]
Arinda baru teringat jika Jakarta lebih cepat lima jam dibandingkan dengan tempatnya saat ini. Dengan meringis Arinda menjawabnya.
"Sorry Ena, gue lagi butuh teman bicara."
["Lo kenapa disana ?"] pertanyaan Reina jelas sangat khawatir dengannya.
"Gue di cium," ujar Arinda akhirnya dengan sedikit malu.
["HAH ! CIUM ? siapa yang cium, kok bisa. Cium dimana ?"]
"Di kapal."
["Ck, maksud gue di pipi apa di kening atau di bibir gitu."] Reina gemas dengan Arinda.
"Di bibir," jawab Arinda lagi nyaris tidak terdengar Reina.
["Astaga ! siapa yang cium lo. Udah lo kasih tinju apa belom ?"]
"Belom, gue gak ngerti harus gimana."
["Ish...yang cium lo siapa Arin-da ?"] tanya Reina sangat semakin gemas sepertinya.
"Abang Bos."
["Waduh !"] ada jeda sedikit di acara telpon mereka namun kemudian Arinda bisa mendengar kembali suara Reina.
["Bagus dong. Siapa tahu kalian jadian terus lo nikah sama bos, kan jadi ibu bos. Gak apa-apa Samosa, itu namanya merubah nasib."]
["Nasib pala lo, gue udah punya pacar masalahnya. Gimana sih !"] Arinda menjadi kesal mendengar jawaban dongeng dari Reina.
["Eh iya."] Terdengar Reina tertawa di tempatnya ["Gila juga lo, pacar pertama siapa yang sikat lebih dulu siapa. Nasib banget si Anton."]
"Sikat..sikat. Kasih saran dulu ke gue Ena, gue nelpon lo mau minta saran."
["Saran apa ? ya udah lo diem-diem aja dari Anton biar gak jadi masalah. Kalau tu bos suka sama lo hajar aja, jangan kasih lepas."]
Arinda langsung mematikan sambungan telponnya, berbicara dengan Reina ternyata sama saja dengan berbicara dengan Ed membuat emosinya semakin menjadi saja. Dia benar-benar butuh ketenangan saat ini, Arinda berusaha memejamkan matanya namun ponselnya bergetar. Dia melihat siapa yang menelpon dan ternyata itu si bos iblis.
"Abang Bos kenapa telpon saya malam-malam begini ?"
"Temani saya makan, saya tunggu di depan kamar kamu."
Arinda melihat layar ponselnya dan mengumpat sepuasnya tanpa suara.
"Arinda ayo."
"Aduh Abang bos ini kan sudah malam, abang bos pesan minta diantar saja ke kamar ya."
"Temani saya atau yang saya makan kamu saja bagaimana ?"
"Urghhhh....iya sebentar !"
Arinda menutup telpon dengan kasar lalu mengumpati Ed habis-habisan. Setelah mendapatkan gaji pertama dari Ed dia akan berhenti bekerja. Tidak boleh Ed memperlakukannya seperti ini, minta ini itu sesuka hati bahkan sialnya dia kena cium oleh bos mesumnya ini.
Apa kata opung dan kedua orang tuanya jika tahu dia bekerja tapi diperlakukan seperti ini.
Ketika Arinda membuka pintu Ed bingung dengan pakaian yang Arinda kenakan, dia tersenyum nakal dan menatap Arinda dari atas hingga ke bawah membuat Arinda bingung.
"Kamu benar ingin saya makan."
"Tidak !"
"Lalu kenapa memakai pakaian seperti ini ?" Arinda langsung melihat arah pakaiannya dan dia dengan cepat menutup pintu serta berteriak malu. Bisa-bisanya dia membuka pintu tanpa sadar masih menggunakna bathrobe.
Sial !
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak ya...
Follow Ig @nadraelmahya atau @ wp.nadramahya untuk tahu info seputar cerita dan juga trailer serta visual cast dari setiap cerita . Thank you ...love you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Bos
RomanceMenangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah dengan kehidupan keras dan mahal di Jakarta. Dari masakan jatuh ke hati begitulah nasib Arinda beruba...