Zakeysa; Arti Sebuah Perbedaan

218 45 26
                                    

_____

"Sesekali kamu perlu menjadi warna gelap hanya untuk membuatmu semakin kontras di antara warna lain yang jauh lebih terang."

-Yudha Bagas Wijaya-

_____

"Bang."

"Hmm."

"Bang."

"Apa?"

"Abang ih!"

"Ape Adikku yang tercintah?"

"Kalo ada orang yang ngomong itu tatap matanya, perhatiin apa yang mau dia omongin, bukan malah sibuk sendiri. Nggak sopan."

"Bentar, nanggung."

Satu

Dua

Tiga

"WOY!!"

Anak perempuan berusia 13 tahun itu melemparkan remote control dengan keras sehingga mengenai pucuk kepala laki-laki di hadapannya. Wajahnya merah semerah udang kukus. Ia sangat jengkel ketika ucapannya tidak diperhatikan oleh sang lawan bicara.

"Sakit anjir, lo kenapa deh?" Ia meringgis lalu mengusap-pusap kepalanya, takut jika kepalanya bolong dan ukuran otaknya terlihat karena benturan tersebut.

"Maaf. Abisnya Abang dari tadi sibuk sendiri." Anak perempuan itu berkata lirih, merasa sangat bersalah kepada kakaknya.

"Tadi katanya mau nonton film terhangat." Ia ingat betul saat kemarin adiknya itu memaksa untuk meluangkan waktu demi film terbaru yang ingin ia tonton.

Melihat raut wajah perempuan itu merengut, ia mengalihkan posisi dari yang tadinya menghadap layar sekarang beralih menatap kedua matanya dengan serius.

"Oke. Sekarang abang dengerin. Mau ngomong apa sok?"

"Bang, kenapa ya hidup aku gini-gini banget? Aku nggak punya apa-apa. Aku kadang suka insecure sama temen-temen aku yang jauh lebih cantik dan lebih pintar dari aku. Aku capek banget sama situasi ini, setiap hari rasanya kayak dicekik rantai maut sehingga dalam waktu dekat, rantai itu bisa menghilangkan nyawaku. Aku pengen nyerah, Bang." Ucap anak itu. Pandangannya fokus ke arah film yang sedang mereka tonton.

"Hhhh ngomong doang sopan santun, sendirinya nggak sopan. Tai memang." Anak perempuan itu menoleh dan hanya menyengir lebar, memperlihatkan giginya yang bolong dua di sebelah kanan atas.

"Takut ketinggalan adegan utama soalnya hehehe."

"Tadi kamu ngomong apa? Ngerasa kurang? insekyur? nyerah? Sama... lelah? Kamu kalau ngomong jangan gitu! Di situasi apapun dan dimanapun kita berada, kita semestinya bersyukur dengan apa yang telah kita punya sekarang. Kamu nggak sadar?

Kamu masih bernafas, kamu masih berkedip dan kamu masih bergerak dengan gratis. Itu adalah salah satu bentuk syukur diantara banyaknya nikmat Tuhan yang perlu kita syukuri. Kamu mungkin capek, tapi kamu jangan sekali-kali lagi ucapin kalimat yang terakhir itu. Kamu bisa istirahat kalau kamu memang benar-benar capek. Abang tahu, kita sama-sama manusia yang mempunyai perasaan lelah dan ingin menyerah, tapi kamu nggak bisa jadi orang pecundang. Kamu punya mimpi kan? Katanya kamu mau jadi dokter sepesialis monyet, nah, sebelum mimpi kamu itu tercapai kamu nggak boleh nyerah dengan mudah gitu aja." Ia menyahut kemudian mengunyah keripik apel buatan mama.

Setelah ia menelan keripik yang semula ia kunyah, ia berjalan ke sudut ruangan lalu menyalakan lampu yang sebelumnya mati. Memang sengaja dimatikan karena mereka ingin nobar film terbaru, katanya.

"Ihh, Bang kenapa dinyalain lampunyaa?! Ini adegan utamanya baru dimulai!" Anak itu merengek, karena dengan menyalakan lampu, film yang ia lihat menjadi samar dan tidak jelas.

"Kamu lihat kan?"

"Apa?" Yang bertanya hanya berdecak.

"Hidup itu umpamanya ruangan ini. Jika lampu yang ada disini dinyalakan, apakah film itu akan terlihat jelas?" Anak itu menggeleng.

"Tapi.. apa hubungannya sama hidup coba?"

"Yeuu, dengerin dulu mangkannya!"

"Hidup itu ibaratkan cahaya di film itu. Dan adegan di film itu adalah kita. Kamu nggak bakalan bersinar di suatu tempat kalau kamu hanya ingin menjadi seperti orang lain. Ingin mempunyai warna yang sama dengan warna yang dimiliki orang lain. Jika warna kamu dengan warna orang lain sama, lalu apakah kamu bisa melihat warna kamu sendiri dengan jelas?" Lelaki itu diam sejenak hanya untuk menemukan perempuan di sebelahnya menggeleng.

"Enggak kan? Sebaliknya kamu akan lebih menyala jika kamu berbeda dari apa yang ada tempat itu. Mungkin sesekali kamu perlu menjadi warna gelap hanya untuk membuatmu semakin kontras diantara warna lain yang jauh lebih terang. Kamu nggak perlu menjadi orang lain hanya untuk membuatmu ikut bersinar seperti mereka. Kamu punya cara sendiri untuk lebih bersinar terang melebihi mereka semua. Nggak pa-pa beda, justru perbedaan itulah yang semakin membuatmu kentara. Sampai sini paham?"

Anak itu mengangguk, entah kali ini ia paham atau tidak dengan perkataan manusia dihadapannya itu yang sedari tadi mengoceh perihal kehidupan. Tapi satu hal yang ia tangkap dari perkataan itu, bahwa kakaknya hanya ingin menjadikannya orang yang percaya diri. Menjadi dirinya sendiri, apa adanya dan tanpa mengubah apapun.

Malam itu diakhiri dengan dimatikannya proyektor dan perdebatan mereka soal putih itu warna primer atau bukan. Dan di sudut kamar, tanpa mereka sadari seseorang tengah mendengarkan ucapan mereka. Dari awal sampai akhir.

_____

Hai hello annyeongg~

Makasih banyakk yang udah baca dan yang udah nyempetin waktu buat mampir ke sini😊

Lopyuuu

Have a nice day~

Devano [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang