11. Hanya itu? Sungguh?

23 16 3
                                    


"Jadi pacar gue."

Keysa bergidig ngeri ketika mendengar penuturan kalimat itu dari mulut seorang Devano Arcelio Saputra. Pasalnya mengapa lelaki itu mengatakan hal demikian secara tiba-tiba. Keysa jelas merasa curiga. Pasti terselubung niat gelap di balik perkataannya. Dasar buaya!

Bagaimana Keysa tidak curiga jika intonasi yang terucap dari laki-laki dihadapannya terkesan memaksa. Dan tentu saja ia tidak melihat sedikit pun ketulusan yang terpampang dalam matanya. Devan juga berkali-kali mengalihkan pandangan ketika gadis itu mengamatinya dengan saksama.

"Jangan liatin gue kayak gitu!" intruksinya. Kemudian ia berdehem.

"Ahahahahhaa"

Devan mendelik tepat ketika suara tawa Keysa pecah begitu saja. Sedangkan Keysa hanya memegangi perutnya yang terasa keram karena banyak tertawa. Dalam hati Devan bertanya, 'ini cewek kesurupan setan apaan sih? Apa kunti yang tadi nempel ke dia ya?'

5 menit gadis itu habiskan untuk tertawa lepas hanya karena pernyataan laki-laki itu, ditambah lagi raut wajahnya yang kelihatan sangat lucu membuat dirinya tidak bisa berhenti tertawa. Dan tepat di menit 5 detik 17 gelak tawa perempuan itu terhenti saat tiba-tiba Devan menarik lengannya dengan kuat dan langsung mendekatkan wajahnya kepada gadis itu.

Devan suka sekali berbuat ini kepadanya. Keysa sama sekali tidak suka! Jantungnya menjadi berpacu tidak wajar saat menatap manik mata itu dalam jarak sedekat nadi. Ia bisa melihat kilatan intensitasnya begitu tenang namun anehnya terlihat sangat sendu. Baru kali ini ia melihat sorot seperti itu dari dalam diri seseorang yang menurutnya sangat kejam.

"Sekarang lo cepet jawab gue! gue banyak urusan."
Di sela-sela cengkramannya itu, Devan merasakan dadanya terasa begitu nyeri. Lebih sakit dibandingkan dengan kemarin.

Keysa meringgis kesakitan, namun sekuat tenaga ia menahan butiran kristal untuk tidak jatuh di hadapan lelaki angkuh ini.

"Sakit, Van."

Ah, gadis itu memanggil Devan dengan sebutan 'Van'. Sebutan itu mengingatkan Devan akan masa kecilnya. Ya, waktu kecil Devan kerap di panggil Van alih-alih Dev atau Devan. Kecuali orang tuanya. Dan kali ini laki-laki itu mendengar kata itu lagi. Seperti di tarik ke masa lalu, kesadaran Devan sempat hilang saat itu juga. Namun perkataan gadis itu berikutnya membuat ia kembali ke kenyataan.

"Lepasin gue!" kontras dengan matanya yang memerah, gadis itu mengadah dan melemparkan pandangan nyalang pada wajah Devan.

Laki-laki itu pun melepaskan cengkramannya kemudian menatap lengan gadis itu yang menanggalkan jejak tangannya. Tatapannya beralih kepada wajah Keysa dan ia terlihat sangat kesakitan atas perbuatannya. Sejujurnya, di dalam lubuk hati Devan paling dalam, dalaaam sekali sehingga dirinya pun tidak mampu untuk melihatnya, terdapat empati dan rasa bersalah kepada gadis menyebalkan itu. Namun ia memilih untuk berpura-pura tidak peduli sama sekali.

"Cepetan jawab gue!"

"Lo nanya apa?"

Pertanyaan yang dilontarkan Keysa membuat lelaki itu berpikir. Jika diingat-ingat lagi, benar juga. Dia tidak mengajukan sebuah pertanyaan apapun melainkan menyatakan sebuah argumen. Sungguh bodoh dirinya.

"Yang lo jadi pacar gue." balas Devan gelagapan.

"O-GAH."

"Yaudah."

Tepat ketika lelaki itu mengatakan 'yaudah', detik itu juga Keysa dibuat tercengang dengan sikap Devan. Maksud laki-laki itu apa coba? Jadi dia hanya akan mempermainkan perasaannya?

Keysa berdecak sambil memijat pelipisnya. "Jadi dari tadi lo ngalor-ngidul panjang lebar dikali muter-muter cuman gitu doang? ck!"

"Emang lo pikir gue bakalan ngemis cinta sama lo gitu? Gue juga O-GAH kali!"

Boom! perkiraan gadis itu dari awal memang terbukti benar. Bagaimana laki-laki ini akan menyatakan cinta pada perempuan jika caranya saja membingungkan seperti itu. Sekarang Keysa dapat bernafas dengan lega. Setidaknya dia tidak akan terjerat kasus yang aneh-aneh karena terseret oleh lelaki itu.

"Okey. Karena lo nggak mau jadi pacar gue, lo harus jadi babu gue selama 5 bulan."

Keysa membulatkan mulutnya seirama dengan matanya yang membelakak. "Gilaaa 5 bulan?!! Gak mau gue." tolak gadis itu mentah-mentah sambil memalingkan wajahnya dan bersendekap.

"Harus mau. Kalo gak mau jadi babu, yaudah jadi pacar gue." santai Devan seraya membenarkan posisi tas-nya.

"Asal lo tahu ya, gue gak mau jadi dua-duanya. Emangnya lo siapa gue bisa nyuruh-nyuruh milih kayak gitu, hah?!

"Yaudah, kalau lo nggak mau dua-duanya, sini duit ganti ruginya!"

Lihat kan? Ini maksud dia! Kenapa laki-laki itu terus mengejarnya seperti rentenir, padahal sudah beratus-ratus bahkan berjuta-juta kali Keysa mengatakan bukan dia yang melakukan itu. Namun perkataan Keysa sama sekali tidak didengarkan olehnya.

"Kenapa diem? Lo nggak usah gengsi deh, tinggal bilang nggak punya duit aja susah. Jadi sebagai gantinya, sekarang lo harus milih dari dua pilihan tadi. Jadi pacar gue atau jadi babu gue selama 5 bulan?" lagi-lagi Devan mengatakan itu dengan santai. Namun perkataannya lah yang sama sekali tidak damai.

"Gue lebih milih jadi babu lo dari pada gue harus pacaran sama orang angkuh kayak lo! puas?!" setelah ia memantapkan pilihannya, Keysa langsung melengos begitu saja dari hadapan laki-laki itu. Ia benar-benar sudah lelah dengan hari ini, lalu ditambah lagi dengan datangnya makhluk menyebalkan ini semakin membuat kepalanya pening bukan main.

"Bagus kalau gitu." Devan menyeringai dengan tangannya yang sengaja ia tenggelamkan pada saku celana.

_____

Bye bye aku sibux xixixi.

Makasih yang udah mampirrrr

Jangan lupa voment yaa.. karena satu vote / komen dari kalian membantu banget bagi aku..
Oh iya, itu juga gratis kok.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

Stay healty yaa💚

Salam,

Nata

Devano [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang