7. Seporsi Mie Instan dan Perasan

46 28 21
                                    


Malam ini,  Kota Bandung diguyur hujan. Gelap yang semula sunyi, kini diisi dengan suara petir yang saling menyahut. Kilatan merah dan unggu berpadu seperti meriahnya petasan di malam tahun baru. Sebenarnya, warna yang diciptakan petir sangatlah indah. Namun, suara mengerikkan itulah yang menyebabkan sebagian orang tidak mengetahui bagaimana menyenangkannya menatap warna-warna tersebut.

Benar, warna kilatan itu tak ayalnya seperti pelangi. Ia datang memberikan keindahan yang hanya sekejap mata. Namun bedanya, pelangi dicintai semua orang, ia disanjung karena memiliki warna juga suasana yang menenangkan. Sedangkan petir, ia ditakuti oleh semua orang. Tidak ada yang berani menatapnya ketika bersanding dengan hujan. Mereka takut jika suatu saat petir akan membunuh mereka dengan sadis.

Nyaris tidak ada yang menyukai petir. Hingga pada akhirnya, seorang Zakeysa Adisty Wijaya datang dengan wujud manusia berjenis kelamin perempuan. Seorang perempuan yang menyukai kejamnya pecutan petir. Kilatan maupun suaranya.

Orang lain mengira, bahwa hobinya itu adalah suatu kelainan. Ia pernah dilarikan ke rumah sakit karena ibunya mendengar suara tawa terbahak-bahak ketika petir menyambar, yang ternyata itu adalah suara tawa Keysa. Ibunya khawatir, ia berpikir bahwa anaknya akan mempunyai kekuatan super setelah kejadian itu. Maka karena kekhawatiran tersebut, esoknya juga sekeluarga membawanya ke dokter untuk diperiksa lahir juga batinnya.

Namun nihil, hasil pemeriksaan dokter menyatakan Keysa baik-baik saja. Ia tidak mengalami kelainan atau memiliki kekuatan super. Setelahnya, keluarga Keysa dapat bernafas dengan lega dan tidak mengherankan lagi jika petir tiba, suara tawa yang mirip hantu itu menggelegar di sudut rumah mereka.

Ada saatnya dimana Keysa menyukai hujan, dan ada masanya juga gadis itu sangat membenci rintikan air itu. Namun, melihat gadis itu tengah memandangi hujan dan kilatan petir di balik jendela kamarnya, sepertinya perasaan suka sedang condong pada hatinya. Ia mengamati bagaimana pepohonan basah karena hujan. Ia senang ketika aroma petrikor yang begitu kuat mampu menenangkan pikirannya. Dan ia suka bagaimana suara hujan membuat insomnianya menghilang.

Di saat-saat seperti ini, Keysa membayangkan dirinya tengah menonton film ditemani 2 porsi indomie kuah dengan segelas teh hangat. Namun, lamunan itu tidak dapat terwujud sekarang. Alasannya karena si keparat itu! Ya, siapa lagi biang keroknya jika bukan Yudha. Laki-laki itu menghabiskan stok mie di dapur untuk dibagikan kepada teman-temannya yang kemarin lusa datang ke rumah untuk main.

Ada sekitar 9 orang yang ia undang. Maka tak heran jika semua camilan beserta toplesnya hilang entah kemana. Ketika Key pulang sekolah dan menanyakan dimana mie dan minuman sodanya berada, Yudha dengan santai menjawab, "makanannya gue sumbangin kepada orang yang membutuhkan."

Pernyataan yang Yudha katakan memang tidak bohong. Banyak diantara teman-temannya yang merupakan pengangguran sejati. Yudha tidak tega melihat mereka hanya makan singkong setiap harinya. Maka dengan kebaikan hatinya, Yudha menyumbangkan semua camilan yang ada di rumah untuk mereka bawa pulang.

Namun, apa yang Yudha lakukan tidak sepenuhnya benar. Ia berbaik hati berbagi kepada sesama. Ia juga orang yang dermawan--kecuali soal uang. Masalahnya, mie dan soda yang disumbangkan itu merupakan hasil nyata dari tabungan Keysa selama sebulan. Si empu jelas merasa kesal dengan kejadian itu. Mana mie yang dibagikan adalah mie kesukaannya lagi.

Sudahlah, lupakan saja kejadian tidak bermutu itu.

Sekarang, yang Keysa lakukan hanya berdiam diri menikmati alunan hujan. Ia memejamkan mata dan menyandarkan punggungnya pada badan kursi.

lima menit berlalu, akhirnya Keysa membuka mata dan mengambil buku diarynya. Menuliskan apa saja peristiwa yang dialaminya hari ini. Di antara deretan hitam itu, Keysa menuliskan syair tentang hujan dan petir. Bagaimana dirinya menyukai hujan di malam hari dan membencinya kala siang hari. Bagaimana hujan menggagalkan setiap rencananya untuk keluar rumah. Serta bagaimana hujan membuat tidurnya begitu lelap di antara kubangan masalah yang sedang ia hadapi. Jika soal petir, Keysa tidak akan menceritakan bagaimana dia bisa begitu menyukai petir.

Devano [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang