1. Telat

103 37 14
                                    


Di sebuah kerajaan terkenal, terdapat seorang tuan puteri cantik nan anggun. Ia terduduk disebuah batu besar sembari menuliskan sesuatu di buku catatannya. Menyangga dagunya oleh kedua tangan setelah ia selesai menulis. Puteri tersebut tersenyum lebar, memikirkan perjodohan yang diputuskan oleh keluarganya dengan seorang pangeran tampan. Sang puteri merasa sangat beruntung, karena pangeran yang dijodohkan dengannya adalah lelaki pujaan hatinya. Setiap malam, ia selalu menuliskan surat tentangnya di sebuah buku catatan tebal itu. Sekarang penantian panjang itu akhirnya terwujudkan. Sebuah impian bukan lagi sekedar angan-angan belaka. Surat-surat yang ia tuliskan selama ini akan terjawab.

Hari pernikahan pun telah tiba, pangeran itu datang dengan menaiki kuda putih. Menganakan baju pernikahan-yang menurut puteri itu membuat pangerannya semakin gagah dan menawan. Ia mengenakan gaun mewah berwarna biru terang dan rambut yang sengaja digerai menambah kesan dirinya dengan pangeran semakin serasi.

Pangeran tampan itu menghampiri dirinya mengendarai kuda putih tersebut. Di tengah perjalanan menuju tujuannya, tiba-tiba saja tangan pangeran merasa disfungsi dan tidak bisa mengendalikan kudanya. Ia memerintah kuda supaya berhenti di depan sekumpulan keluarga sang mempelai wanita. Namun, seakan kuda itu tidak menyukainya atau tidak merestui sang puteri untuk menikah dengan majikannya, ia melanjutkan langkahnya dan menghampiri puteri itu seperti seekor banteng yang mengamuk. Sadar akan keselamatan nyawa yang terancam, orang-orang disana berhamburan kesana-kemari untuk menyelamatkan diri masing-masing.

Disisi lain, kuda itu hanya mengincar tuan puteri cantik dihadapannya. Sementara sang puteri berlari sebisa mungkin menghindari kuda itu. Pangeran sudah berkali-kali memperingatkan kuda-nya, tapi nihil, kuda tersebut tidak menurut. Merasa sepatu kaca yang dikenakan membuat gerak larinya lambat, ia akhirnya melempar sepatu berkilau tersebut ke sembarang arah. Teledor. Saat  melempar sepatu itu, ia tidak memerhatikan jalan yang dilaluinya. Baru saja akan melanjutkan lari, namun dirinya sudah terlebih dahulu terjun kedalam sungai yang sangat dingin. Otomatis, kuda itu berhenti ditempatnya. Kemudian, kuda tersebut bersuara lantang seumpama menertawai puteri mulia itu mengambang dengan gaun yang dikenakannya.

KRIIIIING

KRIIIIING

KRIIIIING

UUUUWWIIIII

Seorang gadis meraba nakas untuk menemukan suara bising tersebut dan menghentikannya. Dengan setengah kesadaran, ia membuka mata kemudian melihat sebuah ponsel dengan notifikasi alarm yang kini ia genggam.

"HEH, JAM BERAPA SEKARANG?! MAMPUS LO TELAT, KEY!!!"

Gadis yang kini sedang berada di ruangan tidurnya membelakkakan mata seraya melihat jam di ponselnya tengah menunjukkan pukul 07.20.  Meskipun ia memasang belasan alarm untuk hari ini, namun sepertinya alam bawah sadarnya yang tengah bersenang-senang dengan pangeran tampan lebih memikat dibanding rajin bangun pagi. Ia bergeming sejenak. Mimpi macam apa yang tadi ia alami? Pikirnya.

Dengan jurus Shinra Tensei-nya Pain Deva Path, ia menendang selimut yang melekat di tubuhnya menggunakan kaki dan segera bangkit dari ranjangnya.

Bukannya menuju kamar mandi, tapi kini ia sudah berdiri di depan meja riasnya. Cermin besar berbentuk bundar dengan laci di bagian bawah meja sedang ia amati, bagaikan seorang pujangga yang pertama kali berjumpa lagi dengan kekasihnya setelah berwindu-windu lamanya merindu.

"GILA! Baru bangun tidur aja gue masih cantik gini. Emang beruntung banget ntar yang jadi suami gue, punya istri maceman bidadari." jelasnya senyam-senyum di depan cermin, mengelus pipi tirusnya.

Tiga detik setelahnya, Ia menggeleng-gelengkan kepala tanda sadar. Sontak ia menepuk jidatnya. Senyumnya hilang dalam sekejap digantikan dengan rasa cemas.

Devano [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang