00

37 6 8
                                    

"Cantik. Kamu cantik sekali, aku sayang sama kamu, sungguh. Aku tidak bisa melihatmu nangis, sedih, apalagi aku adalah penyebabnya. Maafkan aku jika pernah menjadi penyebab sedihmu, maafkan aku jika pernah menjadi penyebab nangismu, maafkan aku, La. Maafkan aku. Aku menyesal, atas perasaanku sendiri. Aku menyesal atas sekian banyak nya waktu yang kita lalui bersama, aku tidak pernah jujur atas perasaanku terhadapmu. Maafkan aku membuatmu menunggu, aku terlalu bodoh karena masih ragu dengan balasan perasaanmu padaku nantinya. Maafkan aku La, bangunlah. Tolong, bangun dan aku akan mengatakan dan melimpahkan seluruh cintaku, sayangku bahkan diriku padamu. Bangun, sayang"

"Nadila, ini aku Hendery. Aku selalu ingat semua yang kita lalui, setiap detik, semuanya. Ku mohon kembali lah padaku, aku tersiksa. Aku tahu, kau tidak sejahat itu untuk meninggalkan aku sendirian dengan segenap rasa penyeselan. Aku tau, Beribu kata maaf pun takkan mampu membiarkan diriku dimaafkan olehmu. Aku akan menyerahkan semuanya padamu, bahkan duniaku. Jadi ku mohon, kembalilah padaku"

Laki-laki berumur seperempat abad masih setia disitu, disebelah gadisnya yang terbaring lemah dengan berbagi alat yang melekat ditubuhnya. Tangan kekar dingin, yang selalu mengantarkan rasa hangat melalui genggamannya ke gadis nya itu. Bibirnya tersenyum, namun tidak dengan matanya. Mata itu, mata yang selalu tertuju pada satu wanita, mata yang selalu sedih jika sang wanita bersedih juga. Mata yang juga ikut berbinar, ketika sang wanita tertawa lepas ataupun bahagia.

Hendery. Duduk disebelah sang gadis dan menatapnya sambil tersenyum.

Kemudian...

Menangis lagi...



¤¤¤¤
Semua unsur didalam cerita ini, baik tokoh, watak, kejadian, maupun sifatnya tidak berhubungan sama sekali dengan idol di dunia nyata. Jadi, dimohon untuk seluruh pembaca dimohon untuk bijak dan bisa membedakan cerita dan realita idol.

Terimakasih.

Accismus.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang