04. Decision

12 1 0
                                    

Happy Reading💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading💙







"Huang Hendery hari ini mau dengar keputusan calon istrinya, doakan dia. Karena, saya lihat dia begitu menyayangi gadis itu"

Kalimat tegas yang keluar dari mulut seorang perempuan berusia setengah abad, melalui telepon yang entah siapa lawan bicaranya.

"Aku mau ketemu Dery, bisa? aku mau minta maaf"

Suara sang lawan bicara disana terdengar bergetar.

"Hubungi dia sendiri, saya tidak akan ikut campur untuk urusan ini. Dia sudah dewasa, dia tau mana yang baik mana yang buruk"

Tuutt...

Telepon dimatikan sepihak. Sang wanita yang menutupnya dan menghela nafas panjang.

"Semoga tidak kejadian lagi, cukup di kehidupanku dulu"

Kini di sore hari, 5 jam sebelum pertemuan. Ada 2 laki-laki sedang berhadapan dan tidak mulai berbicara. Masing-masing sibuk dengan urusannya, mungkin sedang memikirkan bagaimana cara memulainya.


"Jangan gugup gitu, papa yakin kamu bisa"

Lelaki yang lebih tua mengusap lengan anak laki-laki nya itu untuk menenangkannya dari rasa gugup.

"Gimana kalo Nadila gak terima Dery?"

Tanya Dery sambil menatap Sang Ayah. Bagaimana jika kekhawatirannya betul-betul terjadi? Nadila menolaknya misalkan. Bagaimana juga jika Nadila menerimanya atas alasan belas kasihan, karena dirinya sudah berbaik hati ke Nadila.

"Kalo misalkan begitu, kamu usaha lagi dong. Perempuan itu hampir segalanya pake hati Der, makanya itu kalo kita mau dia jadi milik kita seutuhnya, dapatkan hatinya. Bukan berarti juga kita bisa menyakiti dia seenaknya ya"

Papa nya menjelaskan sedikit dan segera bangkit dan berniat meninggalkan sang anak. Sebelum benar-benar pergi, Papa nya memegang pundaknya dan berkata...

"Kalo memang serius dan bener cinta sama Nadila, usaha. Gamungkin juga sih Nadila mau nolak kamu, ganteng gini anak Papa"

Menggoda anaknya sedikit dan meninggalkannya begitu saja. Dia yakin sang calon menantu-Nadila- tidak akan menolak anaknya, mengulur waktu lagi mungkin tapi kalo untuk ditolak dia tidak yakin.

Insting Ayah yang satu ini jarang sekali meleset, entah itu 'definisi ucapan adalah doa' atau memang dia hebat dalam hal yang bisa dibilang meramal seperti ini.

Accismus.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang