TRIO COOL JADI TRIO TROUBLEMAKER
Sore ini sepulang sekolah, Halilintar pulang sendirian karena baru saja selesai mengikuti latihan karate. Ketika melewati toko mainan, ia melihat tiga anak kecil berusia 8 tahunan sedang menakut-nakuti seorang anak perempuan seusia mereka dengan mainan karet berbentuk kecoa, ular dan laba-laba hingga menangis ketakutan.
Halilintar tersenyum jahil dan mengambil ponselnya sembari mendekati mereka.
"Ekhemm!" Halilintar berdehem cukup keras hingga anak-anak itu berhenti.
Keempat anak itu menoleh dan terkejut melihat wajah gelap Halilintar karena posisi Halilintar membelakangi matahari sore. Yang terlihat hanya tatapan tajam mata merahnya membuat anak-anak itu bergidig ngeri.
Halilintar menyalakan senter ponselnya dari bawah kearah wajahnya membuat mereka ketakutan dan lari terbirit-birit meninggalkan gadis kecil itu dan mainannya.
"Huwaaaa!! Setaaan!!" teriak ketiganya.
Halilintar hanya menghela napas dan mematikan senter di ponselnya. Ia berjalan mendekati gadis kecil yang menangis dalam diam dan menggigil ketakutan. Ia melihat kaki dan rok anak itu basah.
"Lah? Ngompol, pulak."
Halilintar melepas jaketnya dan memberikannya pada gadis kecil itu. Namun, gadis itu malah ketakutan dan menjauhinya.
"Jangan takut, aku bukan orang jahat, kok. Pakai ini untuk menutupi yang basah," ucap Halilintar sembari memakaikan jaketnya di pinggang anak itu dan lengan jaket sebagai pengikat.
Halilintar mengusap lembut gadis itu sembari tersenyum membuat gadis itu tak lagi ketakutan.
"Terima kasih, ya, Kak," ucap anak itu.
"Sama-sama. Siapa namamu?"
"Hanna. Nama Kakak siapa?"
"Aku Halilintar. Rumahmu dimana, biar Kakak antar."
"Terima kasih, tapi Hanna bisa sendiri. Rumah Hanna yang itu," ucap Hanna sembari menunjuk sebuah rumah besar yang biasa disebut mansion tak jauh dari tempat itu, hanya berjarak 5 bangunan.
"Oo, baiklah. Hati-hati, ya," ucap Halilintar setelah sesaat terpesona melihat mansion itu.
"Iya, dadah, Kak Halilintar. Sampai jumpa," ucap Hanna, kemudian berbalik dan berlari menuju rumahnya sembari melambaikan tangan pada Halilintar.
"Sampai jumpa," jawab Halilintar sembari melambaikan tangan. Ia terus menatap kepergian Hanna hingga Hanna memasuki gerbang rumahnya.
Halilintar mengambil mainan karet yang ditinggalkan anak-anak itu dan memerhatikannya sejenak. Ia tersenyum jahil ketika terlintas ide di pikirannya.
"Abang!!" panggil seseorang dari arah belakang Halilintar.
Halilintar berbalik dan mendapati Solar dan Ice sedang berjalan mendekatinya. Mereka terkejut melihat benda yang Halilintar pegang.
"Huwaa!! Kurma bersayap!!" teriak Solar ketakutan dan langsung melompat ke gendongan Ice.
"A. Abang ngapain bawa-bawa begituan? Dapat dari mana?" tanya Ice yang juga bergidig ngeri.
"Oh, ini cuma mainan dari karet. Tadi ada anak-anak yang ngejahilin anak perempuan pakai ini. Tapi, langsung lari dan ninggalin mainannya begitu ngeliat aku."
"Muka Abang nyeremin, jadi pada kabur, lah," sindir Ice.
"Hmm," Halilintar hanya mendengus kesal menanggapi ucapan Ice. Ia tidak mau berurusan dengan beruang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN ELEMENTALS BROTHER
HumorIni adalah sebuah kisah kehidupan 7 elemental Boboiboy yang absurd luar biasa hasil pemikiran ngawur Author yang tak kalah absurd akibat otak error akut. Cerita absurd ini terjadi disebuah rumah di kawasan Pulau Rintis yang didiami oleh tujuh pemud...