Siang itu, Hali sedang santai di ruang keluarga sembari membaca novel dan minum kopi hitam favoritnya. Sedangkan Solar baru saja keluar lab dan menuruni tangga sembari menguap setelah begadang semalaman. Ia duduk di samping Hali.
Karena terlalu fokus dengan novelnya, Hali tidak menyadari kehadiran Solar di sampingnya. Ia terkejut dan menunduk ketika Solar berbaring di sampingnya dan menjadikan pahanya sebagai bantal.
"Wei, Bensin! Kenapa lu tidur di paha gue? Tidur, tuh di kamar."
"Numpang tidur bentar, Bang. Ngantuk gue."
"Terserah."
Hali kembali membaca novelnya, namun nggak konsentrasi karena Solar mengubah-ubah posisi hingga kepala Solar bergesekan dengan pahanya. Terlebih ketika wajah Solar menempel di perutnya.
"Weh, Bensin! Tenang dikit kenapa, sih. Kalo gue bangun, nggak bisa jalan lu besok."
Solar hanya menggumam dan kembali tertidur. Hali menghela napas jengah. Ia kembali membaca novel tanpa mempedulikan Solar yang sudah mendengkur. Tanpa sadar, ia mengusap kepala Solar setelah topinya terlepas.
"Huwaaa!! Solar dimana??"
Suara tangisan Thorn yang sedang menuruni tangga membuat Hali terkejut dan menoleh.
"Kenapa, Thorn?"
"Abang liat Solar, nggak?"
(Posisi Thorn di belakang sofa, jadi posisi Solar tertutup sandaran sofa)"Tadi, sih liat. Tapi, sekarang nggak."
(Dia lupa, guys.)"Alaah. Padahal Thorn mau nanya sesuatu," ucap Thorn kecewa.
"Udah dicari di lab?"
"Udah, tapi nggak ada."
"Di kamar?"
"Nggak ada juga, Bang."
Tangisan Thorn semakin kencang membuat Hali jengah.
"Udah, nggak usah nangis. Tanya yang lain aja kenapa, sih?"
"Nggak bisa, Bang. Mak Gem ke pasar sama Kak Ice. Kak Blaze juga lagi sibuk ngurus kandang ayam. Tadi Thorn udah nanya Kak Ufan, tapi Kak Ufannya nggak tahu. Makanya Thorn mau nanya Solar. Apa Thorn nanya Abang aja, ya."
"Emang Thorn mau nanya apa?"
"Kata orang kan malu bertanya sesat di jalan."
"Terus."
"Kemaren Thorn di ajak bapaknya Gopal makan bakso beranak sama bakso mercon."
'Perasaan gue kok nggak enak, ya?'
"Terus.""Nah, itu bakso beranak siapa yang hamilin, ya? Terus lahirinnya normal apa caesar? Terus kalo bakso mercon itu apa baksonya terbuat dari mercon?"
'Tuh, kan bener!'
Seketika Hali membeku, emosinya meronta, otaknya menjerit mencari jawaban sampai lampu bohlam muncul di kepada Hali."Gini ya, Thorn. Kalo bakso beranak, yang jelas bukan Abang yang ngehamilin, tapi ngelahirinnya dicaesar. Kalo bakso mercon itu diisi mercon cabe. Ngerti?"
"Oo, gitu. Emang enak ya, Bang bakso dikasih mercon cabe?"
"Yo ndak tau, kok nanya saya. Mending nanti lo tanya Solar, deh. Bikin esmosi aja lo, Bendul."
"Esmosi? Itu es krim rasa baru, ya?"
"Lo nanya sekali lagi, beneran gue lempar ke luar angkasa lu biar ketemu bapak berdikari."
"Okelah, Bang. Thorn nyari Solar dulu."
"Hmm."
Thorn pun pergi mencari Solar. Sedangkan Hali hanya menghela napas dan kembali membaca novelnya.
"Ini juga si beruang, hibernasi mulu kerjaannya."
Karena tidak ada respon, Hali melanjutkan membaca novelnya sampai Gempa dan Ice pulang dari pasar.
"Assalamualaikum," sapa Gempa dan Ice bersamaan.
"Wa'alaikumussalam. Udah pulang, Gem?" jawab Hali tanpa mengalihkan pandangan dari novelnya.
Mereka tertegun dan tersenyum melihat Solar tidur di pangkuan Hali dan Hali tidak marah. Hal itu membuat Hali heran.
"Kenapa?"
"Tumben akur," ucap Gempa sembari berjalan ke dapur.
"Biasanya kayak Tom and Jerry," sahut Ice mengikuti Gempa.
"Tom Jerry juga nggak selalu bertengkar, kan? Kadang-kadang mereka akur juga. Lagian sejak kapan gue bertengkar sama Ice?" tanya Hali cuek sembari membaca novel.
"Hah? Kok, gue sih, Bang? Gue nggak ngapa-ngapain," sergah Ice setelah menaruh belanjaan di dapur.
Hali terdiam, ia menoleh dan mendapati Ice berjalan menuju sofa. Hali jadi bingung, 'kalau Ice di sana, yang tidur siapa?'
Solar melenguh dan perlahan membuka mata. Ia duduk di samping Hali dan meregangkan tubuh sembari menguap. Hali terkejut tiba-tiba Solar sudah ada di sampingnya.
"Sejak kapan lo di sini?"
"Dari tadi gue tidur di sini, kan?"
"Ooh."
Hali terdiam. Ia berfikir sejenak dan mengingat kembali urutan kejadian.
"Huapaaah!?"
"Apaan, sih, Bang?" tanya Solar bingung.
"Dari tadi elo yang tidur di paha gue!?"
"Iya. Kan gue juga udah bilang numpang tidur di sini."
"Grrr. Jadi lo harus tanggung jawab!"
"Tanggung jawab apaan, sih? Gue cuman tidur doang, nggak ngapa-ngapain," sergah Solar mulai emosi dan berdiri.
Hali berdiri dan mencengkeram tangan Solar. Solar berbalik dan memucat melihat Hali menatapnya tajam dengan aura membunuh yang sangat pekat.
"Lo nggak akan bisa jalan lurus karena lo udah bikin gue berdiri dan udah bikin otak gue hampir konslet akibat pertanyaan Thorn yang ajaib karena nggak ketemu sama lo!" desis Hali penuh penekanan.
"A. Ampun, Bang. Gue nggak tahu," Solar mencicit dan keringat dingin mengucur di pelipisnya karena takut. Nasibnya akan buruk kalau Hali sudah berkata seperti itu.
Hali tidak mendengar ucapan Solar dan menarik Solar menuju kamar agar Solar tidur di kamar saja. Ice dan Gempa hanya menatap diam mereka berdua.
"Hmm, tu lah akibat membangunkan singa yang lagi tidur tenang," ucap Ice malas sembari duduk di sofa.
"Lu juga, Ice. Jangan tidur sembarang di paha Abang. Bisa-bisa lo juga nggak bisa jalan lurus," sahut Gempa.
"Gue kan Alpha juga. Jadi, nggak mungkin."
"ICE!! SINI, LU!!" teriak Hali dari kamar.
"HUWAAA!! AMPUN, BANG!!" teriakan Solar menyahut.
"Tuh, kan."
Ice membeku dan bergidig ngeri. Wajahnya pucat dan berkeringat dingin. Ingin kabur, tapi ia tahu hukumannya akan lebih berat lagi. Berat langkahnya menaiki tangga menuju kamar kakak sulungnya.
Warning :
Pas baca cerita ini, jangan biarin otak libur. Bisa-bisa traveling nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN ELEMENTALS BROTHER
HumorIni adalah sebuah kisah kehidupan 7 elemental Boboiboy yang absurd luar biasa hasil pemikiran ngawur Author yang tak kalah absurd akibat otak error akut. Cerita absurd ini terjadi disebuah rumah di kawasan Pulau Rintis yang didiami oleh tujuh pemud...