Halilintar dan Solar sedang dalam perjalanan pulang setelah berbelanja di supermarket terdekat dari rumah mereka, ya meski tak begitu dekat dari rumah.
Solar terus menggerutu dan mengeluh atas kerja bakti yang baru saja dikerjakannya.
"Aaah, penatnye. Habislah badan aku ni." keluhnya sambil menggerak-gerakkan badannya untuk meregangkan otot yang tegang karena kelelahan setelah mengepel.Halilintar hanya diam dan menyimak untuk menahan emosi yang sejak tadi siap meledak saat itu juga. Kenapa Halilintar marah? Berlapis pulak tuh emosi dia. Bagaimana tak marah coba?
Pertama. Saat membersihkan kamar Taufan, dia menemukan kertas hasil ujian matematika dia yang sangat tak memuaskan yang diselipkan dibuku dan sedikit terlihat. Taufan hanya bisa minta maaf dan Halilintar tak bisa menerima begitu saja. Halilintar menghukum Taufan dengan menguncinya di kamar mandi. Tapi justru itu yang membuat Hali (panggilan Halilintar) semakin geram dan berhasil melempar ponsel yang ada di tangannya hingga pecah karena kesal akibat teriakan GaJe Taufan dari dalam kamar mandi yang meminta untuk di keluarkan. Ditambah lagi Blaze memintanya belanja karena bahan masakan di dapur hampir habis. Saat dia menolak dan meminta yang lain saja, tapi tak bisa karena Ice masih belum selesai menjemur cuciannya karena dia sempat tertidur tadi. Sedangkan Thorn masih sibuk dengan tanamannya. Dan tentu saja Blaze tak bisa pergi karena akan menyiapkan makanan spesial untuk saudara-saudaranya."Habislah popularitas aku nih. Dah nggak keren banget karena harus ngepel. Nanti gantengku ilang dan penggemarku juga kabur semua." keluh Solar tak henti-hentinya.
Hali hanya mendengus kesal dan tetap menggerutu atas insiden pelemparan ponsel.
"Sendirinya yang melempar, malah orang lain yang disalahin." begitulah Solar menimpali gerutuan Hali sejak berangkat tadi.
"Awas kau Taufan..." gerutu Hali. Dia memang menyesali kebiasaan buruknya melempar benda yang dipegangnya kemanapun bila benar-benar marah tingkat dewa.
*****
Sementara di rumah, Taufan terus berteriak mengabsen saudara-saudaranya untuk minta dikeluarkan sampai suaranya serak. Terutama memohon pada Hali untuk memaafkannya dan dia berjanji akan memperbaiki nilainya.
"Abang Halilin sedang belanja dengan Solar, kak Fan." jawab Blaze dari dapur.
"Blaze! Tolong keluarin aku! Haus, nih!" pinta Taufan.
"Lah? Di dalem situ kan banyak air." jawab Blaze yang terus melakukan aktivitasnya di dapur, entah apa yang dia lakukan.
"Maksudnya lu nyuruh gue minum air bak mandi gitu?"
"Ya iya, lah. Rempong amat sih idup lu, Kak. Minum aja apa yang ada."
"Idiihh. Ogah gue minum. Mending mati kehausan."
"Ya udah, serah lu."
"Ayolah Blaze. Tolongin aku. Nanti aku pinjamin game baru aku, deh. Pliiiss." nada suara Taufan seperti memelas dan memang melas.
"Blaze ingin sih nolongin kakak." kata Blaze seraya mendekati pintu kamar mandi.
"Yeeyy!! Terima kasih Blaze." seru Taufan girang.
"Tapi... " kata Blaze ragu dan membuat kegirangan Taufan berhenti.
"Tapi apa, Blaze?"
"Nggak jadi, ah." kata Blaze seraya berbalik dan berjalan menjauhi kamar mandi menuju dapur.
"Aik? Kenapa pulak?"
"Itu urusan Abang Halilin. Blaze nggak mau digorok oleh Abang Halilin."
"Lah? Tolonglah, Blaze."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN ELEMENTALS BROTHER
HumorIni adalah sebuah kisah kehidupan 7 elemental Boboiboy yang absurd luar biasa hasil pemikiran ngawur Author yang tak kalah absurd akibat otak error akut. Cerita absurd ini terjadi disebuah rumah di kawasan Pulau Rintis yang didiami oleh tujuh pemud...