SEKILAS PERISTIWA

4.5K 329 23
                                    

KARENA DIKI DAN TUTI

Solar duduk di samping Halilintar yang sedang serius membaca koran pagi di depan televisi yang menyala. Solar memperhatikan Halilintar yang sama sekali tak menanggapi kehadirannya.

"Serius amat, kak baca korannya." kata Solar basa-basi seraya memainkan ponselnya, selfie sana-sini, update status dan berburu like and comment dari followernya.

Sadar tak ditanggapi oleh sang kakak, Solar kembali menggoda Halilintar tanpa mengalihkan fokusnya pada ponselnya.
"Awas, tu huruf pada lari semua karena Kakak pelototin terus dari tadi." cletuk Solar tanpa tau apa yang akan dia dapatkan dari si mata Ruby itu.

Tanpa kata-kata, Halilintar melirik Solar dengan deadglare andalannya. Sadar di lirik oleh Halilintar, Solar pun menengok dan merinding seketika. Solar hanya menghela nafas lega setelah Halilintar kembali memfokuskan matanya pada koran yang dipegangnya. Solar memang terlihat tenang menghadapi deadglare kakak sulungnya itu karena memang sudah biasa, namun jangan abaikan bulu kuduk Solar yang sudah berdiri dan siap melarikan diri.

Ruang keluarga sepi seketika dan hanya suara televisi yang menayangkan serial animasi.

"Oh iya, kak." kata Solar memecah kesunyian.

"Hmm?" jawan Halilintar dengan kata ajaibnya seraya melirik Solar sejenak.

"Dapet salam tuh dari Diki."

"Wa'alaikum salam. Diki siapa?" tanya Halilintar yang tak mengalihkan fokusnya pada koran namun konsentrasinya sudah buyar sejak tadi.

"Dikibulin."

Srekk!!
Tanpa basa-basi, Halilintar yang sudah geram pun meremas koran yang dipegangnya. Kilatan merah samar-samar mengalir diseluruh tubuhnya. Solar yang tahu kakaknya itu mulai naik pitam pun bersiap kabur bila Halilintar benar-benar mengamuk.

Tapi sepertinya Halilintar masih bisa menahan emosinya pada sibungsu satu ini. Dia hanya menghela nafas dan kilatan yang mulai mengalir di tubuhnya pun hilang dan digantikan oleh senyum jahil yang tipis hingga Solar tak menyadari hal itu.

"Kau juga dapat salam." kata Halilintar santai dan meneruskan membaca korang.

Solar yang tak menyadari niat Halilintar pun merasa tenang karena Halilintar tak jadi mengamuk dan tak terlintas difikirannya kalau Halilintar akan membalas kejahilannya.
"Wa'alaikum salam. Dari siapa kak?" tanya Solar penasaran.

"Dari Tuti." jawab Halilintar santai dan tanpa ekspresi.

"Tuti?" tanya Solar memastikan.
"Tuti kawan tetangga kita yang cuma sebelah?" tanya Solar ngawur.

"Hmm?" Halilintar pun melirik Solar bingung. "Cuma sebelah?"

"Tetangga sebelah, Kak."

"Hmm." Halilintar hanya memutar mata. "No coment."

"Terus gimana dengan Tuti? Kakak ketemu dia dimana?" tanya Solar penasaran.

"Kemaren aku ketemu dia waktu hujan-hujanan sepulang sekolah. Kasian dia. Berdiri sendirian di pinggir jalan, kehujanan lagi."

"Lalu dia bilang apa?" Solar mendengarkan cerita Halilintar dengan seksama.

"Dia bilang, kamu mau nggak jadi pacar dia?"

"Mau mau. Dia memang incaran aku, kak." kata Solar penuh semangat.

Halilintar hanya tersenyum jahil mendapati Solar sudah masuk perangkapnya.

"Tapi apa kamu yakin kalau Tuti yang aku maksud ini yang kamu incar?" tanya Halilintar memastikan seraya melipat koran yang dibacanya.

"Memang Kakak ketemu Tuti yang mana?"

Halilintar memperlebar senyum jahilnta dan berdiri.
"Tutiang listrik. Kalau kamu mau pacarin aja sana." kata Halilintar yang kemudian meletakkan koran di meja dan berjalan meninggalkan Solar yang masih bengong dan memproses kata-kata Halilintar barusan.

Setelah beberapa saat, Solar baru memahami maksud kata-kata Halilintar dan langsung memasang wajah kesal.
"Dasar Pikachu. Kena juga gw..."

"Hehe...  Halilintar lu kibulin. Kena batunya lu, Lar."

SEVEN ELEMENTALS BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang