Malu Bertanya Sesat di Jalan 2

669 55 15
                                    


Siang itu, Thorn sedang berada di kebunnya sedang memanen cabai dan beberapa sayuran untuk dimasak oleh Gempa. Ia memerhatikan pohon pisang yang sedang berbuah. Bukan buahnya yang membuat ia penasaran, namun sesuatu berwarna merah yang tergantung di bagian ujung bawah buah pisang yang masih hijau dan berukuran kecil. Ia menelengkan kepala dan menyentuh pipinya dengan ujung jari telunjuk.

"Itu apa, ya?" tanyanya bingung.

"Thorn, panennya udah selesai, belum?" tanya Gempa dari arah pintu dapur. Ia berjalan ke arah Thorn.

Thorn tersadar dan menoleh, "udah, Mak. Ini dia," jawab Thorn sembari menyerahkan keranjang berisi sayuran yang ia panen tadi pada Gempa.

Gempa menerima keranjang itu dan mengusap kepala Thorn. Ia berbalik dan hendak kembali masuk rumah untuk memasak. Namun ia berhenti ketika Thorn memanggilnya.

"Ada apa, Thorn?"

"Emm, itu apa, ya?" tanya Thorn sembari menunjuk pada benda merah yang tergantung di bawah buah pisang muda.

"Oh, itu jantung pisang."

"Pisang juga punya jantung?"

"Iya, begitulah."

"Berarti bisa jantungan, dong. Terus, kalau jantungnya..."

"Mak mau masak dulu. Terimakasih sayurannya, Thorn," ucap Gempa buru-buru masuk rumah untuk menghindari pertanyaan Thorn yang sudah pasti membuatnya pusing tujuh turunan.

"Yaah, Mak Gem malah pergi. Padahal Thorn mau nanya sesuatu," keluh Thorn.

Ia kembali menatap jantung pisang itu. Ia penasaran, tapi tidak tahu harus bagaimana.

"Oh, iya. Thorn tanya Solar aja, deh. Pasti Solar tahu," ucapnya girang.

Thorn masuk rumah lewat pintu belakang yang langsung ke dapur. Ia melihat Gempa sedang meracik sayuran untuk di masak.

"Mak Gem, liat Solar nggak?"

"Nggak liat. Coba cari di lab atau di kamarnya."

"Oke, Mak."

Gempa melanjutkan memasak, sedangkan Thorn berjalan ke tangga menuju kamar Solar. Namun, ketika melewati ruang tengah, ia melihat Solar sedang membaca buku bersama Hali yang juga membaca novel di depan televisi yang menyala.

"Solar!" panggil Thorn sembari menghampiri Solar membuat Solar dan Hali agak terkejut dan menoleh.

"Ada apa, Kak Thorn?" tanya Solar setelah Thorn berhenti di hadapannya.

"Thorn mau tanya sesuatu."

"Mau tanya apa?"

"Emang pohon pisang beneran punya jantung, ya?"

"Oh, itu bunga pisang, Kak."

"Tapi, kok disebut jantung?"

"Itu karena mirip jantung."

"Berarti pohon pisang bisa jantungan, ya? Terus, kalau dikagetin jantungnya copot, nggak? Terus kalau jantungnya copot, nanti pohonnya mati, nggak?"

"Eee...." Solar bingung harus menjawab apa. Ia melirik Hali yang sejak tadi menyimak dan menahan tawa di balik novel.

"Kalau kamu penasaran, kenapa nggak dicoba aja, Thorn?" ucap Hali santai.

"Beneran boleh dicoba?" tanya Thorn senang.

"Iya, coba aja."

"Kalau gitu, ayo kita coba, Solar," ajak Thorn bersemangat sembari meraih tangan Solar dan menariknya.

SEVEN ELEMENTALS BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang