Sesion 2: Kampus Biru

1K 30 0
                                    

Pov RAKHA.

Kampus Biru 1987

Pertarungan dua kandidat hari ini adalah puncaknya. Setelah mengalami pertarungan hingga polisi turun tangan.

Kini di atas panggung pemilihan ketua BEM--Badan Eksekutif Mahasiswa Kampus--Rakha berdiri, siap bertarung dengan 2 kandidat lain. Salah satunya perempuan.

Hari ini penentuan. Rakha telay melihat perjuangan rekannya dalam mengkampanyekan, dari mulai sosialisasi, loby sampai negosiasi.

Teror pun tidak luput, banyak intrik di dalamnya. Puncaknya, kemarin adalah kerusuhan mahasiswa sesama pendukung hingga dan diamankan polisi. Kini dengan pengawalan satgas kampus dan polisi pemilihan ini berawal. 

Dua kandida lawannya sudah memukau para mahsiswa. Roni Kurniawan dengan kemampuan prestasinya dan janji akan mendatangkan lebih banyak beasiswa untuk mahasiswa berprestasi, menggiurkan bukan? Lalu kandidat perempuan, Gita Herawati, zaman di mana emansipasi sedang didengungkan maka kandidat perempuan sangat menarik sebagian kaum hawa. Bagai oase di tengah padang pasir. Apalagi kelebihan lainnya, tokohnya cantik selain cerdas tentunya.

Tapi diluar kelebihan mereka, pendukung Rakha mempunyai satu andalan, Rakha adalah aktivis terpiawai dan paling banyak mengadakan penggalangan dan kegiatan sosial. Namanya sangar dikenal seantero kampus, dia juga aktif sebagai wartawan kampus dan beberapa kali namanya menghiasi majalah kampus serta koran, sebagai opini. Namun membuatnya masuk jajaran selebritis kampus.

Kemampuannya dalam beretorika pun patut diacungi jempol. Orasinya jangan ditanya! Kali ini kampanyenya membangkitkan kebebasan berpendapat dan peran serta mahasiswa dalam politik. Hal yang sangat sensitif di awasi kampus dan pemerintah. Namun diam-diam diminati, hampir seluruh mahasiswa.

Beruntung retorikanya halus sehingga tidak dibrendel karena Rakha main aman.

"Rakha! Rakha! Rakha!" Gemuruh mahasiswa saat dia berpidato. Layaknya Bung Karno dan Soe Hoek Gie dia menyuarakan keadilan bagi mahasiswa.

Akhirnya jadwal pemilihan suara pun dibuka. Dengan debar-debar mereka menunggu hasil perhitungan hingga akhir.

Perhitungan pun sangat ketat dan diawasi aparat. Rakha dan kandidat perempuan ebrsaing ketat kejar kejaran. Sisanya tertinggal jauh.

"341---1"
"340---2"
"300---3"

"Akhirnya jawara kampus kita hari ini adalah, Rakha Purnama Aditia Putra dengan perolehan 400 suara! Selamat kepada ketua Senat Kampus!" teriak panitia.

Gemuruh sorak sorai kemenangan. Acara ditutup hiburan tari kupu-kupu.

Rakha tersenyum antara bangga dan beban baru. Kini ia naik ke atas podium memberikan  pidato kemenangan.

"Merdeka!" teriaknya diakhir orasi.

***

Pulang kuliah Rakha memejamkan mata dengan penat seraya memeluk sebuah buku kecil.

Setelah lulus dari SMA Nusantara Rakha melanjutkan kuliah di kota Bandung. Fakultas Komunikasi adalah pilihannya, jurnalisme adalah jurusannya.

Selepas lulus SMP, ia melihat gadis pujaan hati dipinang dan dinikahi orang lain. Dalam hatinya hanya mampu berucap bertekad membuktikan belajar dan menjadi orang besar. Apalah dia hanya anak SMP yang diremehkan. Ingin menyelamatkan Lily apa daya dia hanya anak kecil.

Cita citanya yang dering didengungkan dengan Lily akan dia buktikan. Cukup hanya Lily tidak usah ada Lily Lily lain yang menjadi korban. Maka bergabung dengan komunitas peduli perempuan dijalani demi memahami apa yang terjadi dengan kekasih hatinya.

Lily, dia tidak menduga gadis cerdas dan baik hati itu harus kehilangan masa depan hanya karena hegemoni kaum lelaki.

Nafsu.

Begitu rendahkan di mata mereka? Bukankah setiap perempuan berhak mendapatkan pendidikan uang layak. Dan kenapa masih ada Lily yg terkekang dan harus menjadi korban? Dulu ia tak mampu memahaminya. Kini, ia mulai menemukan benang merah keterkaitan. Budaya yang mengakar. Lama dan membumi dianggap suatu kebenaran hakiki.

Dijodohkan?

Frustrasi tidak habis pikir. Ketika ia mendengar Lily hamil karena diperkosa, dan pelakunya adalah gurunya sendiri, wakil kepala sekolahnya. Semenjak itu ia merasa underestimate terhadap praktisi pendidikan yang sok suci. Sungguh biadab bukan? Guru yang seharusnya untuk di gugu dan ditiru. Malah memberikan tauladan buruk. 
Perempuan untuk dijaga dan dilindungi. Sebab keparat tua itu, masa depan Lily hancur. Impian kekasih hatinya, luluh lantak dan harus rela menerima  kodrat jadi ibu rumah tangga di usia muda. Ah Li ... nasibmu kini ....

Memahami fenomena rape culture yang terjadi pada kasus Lily-- Rakha-- di kampus ia menjadi sangat consern terhadap isue-iseu perempuan. Secara pribadi ia pun sangat peduli dan ramah pada gadis yang rajin belajar dan memiliki kemiripan seperti sosok Lily.  Sehingga ketika ada seorang gadis yang rela membantu dengan semangat juang yang  tinggi, ia mulai menaruh perhatian. Dialah Laila mutmainah. Gadis cantik lugu sahabat Nena. Nena adalah partnernya di BEM. Laila mengingatkannya pada Lily. 

Laila memiliki kulit putih, pipi chubby dan bibir penuh serta mata indah. Laila berwajah lokal. Lily berwajah Indo entah turunan dari mana. Ayah ibunya terlihat lokal, kulit pun hitam. Sepintas jika diamati memang ada garis kesamaan di wajah ibunya. Cantik. Mungkin pada masa mudanya kulitnya bersih seperti Lily karena di hari tua jadi petani, terik matahari membakarnya menjadi coklat tua. Kemudian jelas hidung mancung dan tubuh tinggi besar itu milik bapaknya. 

Berbeda dgn Lily yg gadis sederhana, Maka Laila adalah putri seorang Kyai. Jika Rakha menganut nasionalisme maka Laila menyeimbangkan dalam hal agama. Percis seperti I.r Soekarno menyeimbangkan dengan H.O.S Cokroaminoto.

Sungguh, paduan yang sempurna. Kerinduan pada Lily, teralihkan dan terobati pada sosok Laila. 

Mungkin jika Lily mendapatkan kesempatan dia akan menjadi bintang kampus seperti Nena dan Laila. Cerdas dan memperjuangkan perempuan sepeprti cita-citanya dulu, ingin memajukan desa. Ah Lily .... Hati Rakha disergap sakitnya rindu dan pilu. 

Memahami fenomena rape culture yang terjadi pada kasus Lily-- Rakha-- di kampus ia menjadi sangat consern terhadap isue-iseu perempuan. Secara pribadi ia pun sangat peduli dan ramah pada gadis yang rajin belajar dan memiliki kemiripan seperti sosok Lily.  Sehingga ketika ada seorang gadis yang rela membantu dengan semangat juang yang  tinggi, ia mulai menaruh perhatian. Dialah Laila mutmainah. Gadis cantik lugu sahabat Nena. Nena adalah partnernya di BEM. Laila mengingatkannya pada Lily. 

Laila memiliki kulit putih, pipi chubby dan bibir penuh serta mata indah. Laila berwajah lokal. Lily berwajah Indo entah turunan dari mana. Ayah ibunya terlihat lokal, kulit pun hitam. Sepintas jika diamati memang ada garis kesamaan di wajah ibunya. Cantik. Mungkin pada masa mudanya kulitnya bersih seperti Lily karena di hari tua jadi petani, terik matahari membakarnya menjadi coklat tua. Kemudian jelas hidung mancung dan tubuh tinggi besar itu milik bapaknya. 

Berbeda dgn Lily yg gadis sederhana, Maka Laila adalah putri seorang Kyai. Jika Rakha menganut nasionalisme maka Laila menyeimbangkan dalam hal agama. Percis seperti I.r Soekarno menyeimbangkan dengan H.O.S Cokroaminoto.

Sungguh, paduan yang sempurna. Kerinduan pada Lily, teralihkan dan terobati pada sosok Laila. 

Mungkin jika Lily mendapatkan kesempatan dia akan menjadi bintang kampus seperti Nena dan Laila. Cerdas dan memperjuangkan perempuan seperti cita-citanya dulu, ingin memajukan desa. Ah Lily .... Hati Rakha disergap sakitnya rindu dan pilu. 

**

Cinta semakin lama semakin bersemi pada Laila. Berbeda dengan cinta pada Lily yang terjadi pada masa remaja yang dikenang sepanjang masa, cinta  Laila ini hadir ketika Rakha sudah dewasa. Seluruh hormon tubuhnya sudah aktif. 

Dengan berbagai pertimbangan dan kebersamaannya dnegan Laila putri sang kyai, ia melabuhkan diri pada pelabuhan hati terakhir. Laila cinta dewasa, tujuan hidupnya, ingin melabuhkan rasa dan hormon cinta yang pertama. Rasa itu ada. Setiap berdekatan ada gelenyar di tubuh yang aktif. Ia normal. Namun, ia tak ingin merusak kehormatan. Ia lelaki yang memuliakan wanita dan menjaga kehormatan mereka. 

Ia melamar Laila putri pimpinan pesantren. 

Bersambung yaa. 

Gadis Desa yang Ternoda [proses revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang