Book 4

4.3K 552 122
                                    


Sinar matahari yang menerobos masuk melalui lubang kecil di atas jendela mengenai mata si pemuda manis, memaksa kedua mata miliknya membuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari yang menerobos masuk melalui lubang kecil di atas jendela mengenai mata si pemuda manis, memaksa kedua mata miliknya membuka. Zhan terbangun di kamar atap yang sepi dan penuh barang tak terpakai. Sebuah matras usang menjadi alas tidurnya, menghindarinya dari lantai yang dingin beserta sebuah selimut menutupi tubuhnya.

Memeriksa keadaannya, pikiran Zhan membawanya kembali pada peristiwa malam pengantin di mana seharusnya ia kini berada di Italia untuk berbulan madu.

Di tengah jalan, Yibo, pria yang baru menjadi suaminya, mengubah rute perjalanannya menuju sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian.

Berhenti di sebuah rumah tingkat dua yang terletak di tengah kebun anggur, Yibo menggiring Zhan masuk ke dalamnya.

"Ge, ini di mana?" Zhan melangkah memasuki rumah dengan ragu-ragu.

"Maafkan aku." Namun wajah Yibo tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun. "Aku mendadak ada sedikit urusan di daerah sini. Jadi terpaksa kita tunda bulan madunya. Apa kau keberatan?"

"Oh, begitu." Zhan mendesahkan kelegaannya. Rupanya ia terlalu berpikir berlebihan. "Kenapa tidak bilang sebelumnya? Supaya tiketnya tidak hangus. Kan, sayang, ge."

Yibo tersenyum. "Tidak apa-apa, baby. Uang bukan masalah bagiku selama aku mendapatkanmu."

Pemuda manis itu tersipu. Ia sama sekali tidak mempunyai pikiran lain selain bahwa Yibo betul-betul sangat mencintainya. Dengan perasaan bahagia Zhan memeluk Yibo, menempelkan kepalanya di dada pria itu tempat cintanya berlabuh.

"Aku mencintaimu," katanya setulus hati.

Sambil tersenyum, Yibo mengangkat tangannya lalu membelai kepala Zhan. Sebenarnya selama delapan bulan mengenalnya, ia merasa Zhan adalah orang yang baik. Prilaku pemuda itu sangat lembut, tenang serta menyenangkan. Sebagian dari diri Yibo mengakui kehadiran pemuda itu mewarnai kehidupannya yang selama ini selalu monoton. Tanpa disadarinya tahu-tahu ia bisa begitu menantikan waktu di mana ia bisa bersamanya. Kalau saja tidak ada dendam tentang adiknya, mungkin Yibo bisa benar-benar mencintai Zhan.

Namun, bukankah semua orang jahat memang tidak pernah menampilkan wujud aslinya? Yibo yakin kalau Zhan berusaha menutupi kelakuan buruknya, begitu juga dengan dirinya sekarang. Yibo jadi ingin tahu antara ia dengan Zhan, dalam skenario kehidupan yang penuh tipuan ini, siapa yang akan menang pada akhirnya?

"Aku juga mencintaimu," balas Yibo sebelum mengulum bibir Zhan demi membuat pemuda itu percaya padanya. "Baby, malam ini aku harus pergi untuk urusan itu. Apa tidak apa-apa kalau kau sendirian di sini?"

Untuk sesaat Zhan terkesiap tapi kemudian ia mengatur perasaan kecewanya lagi. "Apakah harus malam ini, sayang?" Bibir Zhan mencebik. "Ini malam pengantin kita."

"Aku tahu dan aku sangat menyesal untuk hal itu. Tapi urusan ini tak bisa ditunda lagi."

Zhan tertunduk. Kali ini ia tidak bisa menyembunyikan raut kecewanya. "Apa aku boleh ikut?"

THE LIE ✓ [END PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang