Book 10 ✓

5.5K 519 94
                                    

Yibo menghilang.

Dan tak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya.

Namun, berita menyiarkan penemuan mobil di pinggir jalan yang rusak serta bekas darah di atas aspal yang setelah dicocokkan, ternyata itu adalah milik Yibo. Tubuhnya tidak ditemukan di sekitar tempat kejadian peristiwa tetapi sebuah petunjuk lain, yaitu darah yang tercecer mengarah pada pinggir dinding yang membatasi laut, akhirnya polisi menyimpulkan bahwa Yibo hilang ke dalam laut. Kemungkinan besar telah mati mengingat darah yang tercecer cukup banyak.

Menerima kabar tersebut, Zhan merasa syok. Sebagian dirinya merasa tidak rela. Ia membenarkan perasaan itu dengan alasan bahwa ia belum sempat membalas dendam padanya. Padahal ia sudah berusaha hidup dan merencanakan banyak hal untuk membalasnya. Sekali lagi Zhan merasa bahwa hidupnya tidak adil.

* * *

Tiga bulan kemudian.

Berdiri di depan cermin seukuran tubuhnya, Zhan membiarkan kemeja dalamnya jatuh di luar pinggang untuk menutupi perutnya yang mulai membesar. Syukurlah tidak terlalu besar untuk ukuran empat bulan jadi ditutupi begitu saja tidak akan ada yang mengira kalau ia sedang hamil.

Terakhir ia menggenakan jas warna senada dengan celananya yang berwarna hitam, untuk menimbulkan kesan tetap rapi dalam jamuan makan malam yang akan dihadiri bersama ayahnya.

Hari ini ia akan muncul sebagai penerus bisnis keluarganya. Acara ini adalah acara amal yang selalu dimanfaatkan oleh para investor ataupun orang-orang bisnis untuk menjalin kerja sama.

Ketika Zhan pulang tiga bulan lalu dan menemui orangtuanya. Ia menceritakan kejadian sebenarnya, lebih tepatnya bahwa Yibo salah menuduhnya. Saat itu juga ia tahu kalau Yibo tidak menceritakan apa-apa kepada orangtuanya, malah orangtuanya tahu tentang Zhan dari Zui.

Bicara soal Zui, Zhan belum mengambil keputusan apa pun terhadap gadis sepupunya itu. Dia masih harus menyelidiki dengan benar sejauh mana hubungannya dengan Chenyu. Tapi kini Yibo sudah tidak ada, mungkin dendam ini selesai begitu saja.

Yibo ....

Sampai saat ini Zhan masih belum mendengar kepastian kabar tentangnya dari mana pun. Entah apakah pria itu masih hidup atau sudah mati.

Bukan karena masih cinta.

Hanya ingin tahu bagaimana hidupnya sekarang.

Zhan berputar dari cermin ketika mendengar suara ibunya memanggil lalu keluar kamar.

Dengan langkah ringan ia menuruni anak tangga.

"Jalannya hati-hati!" seru sang ibu yang sudah menunggu di kaki tangga bersama ayahnya.

Zhan terkekeh, "Aku kan bukan anak kecil, bu."

"Ibu memperingatkanmu bukan karena menganggap kau masih kecil tapi karena kau sedang hamil."

Zhan menyeringai, "Aku tahu, ibu. Terima kasih sudah mengingatkan." Ia mengecup sebelah pipi ibunya.

"Apa kau yakin ingin melakukan ini?" tanya nyonya Xiao meyakinkan. "Kau sedang hamil. Apa tidak sebaiknya di rumah saja sampai kau melahirkan? Tidak perlu bekerja segala. Ayah dan ibumu masih bisa membiayaimu."

Zhan menggeleng. "Aku belum sempat membalas kalian. Begitu selesai kuliah aku langsung menikah, mana sempat bekerja. Sekarang aku ingin menjadi anak yang bisa membalas kebaikan orangtuaku yang baik-baik ini." Ia mengecup pipi ibunya sekali lagi, sehingga membuat wanita itu tersenyum kegirangan. "Lagipula aku sudah akan mempunyai anakku sendiri. Aku harus memberi contoh padanya tentang bekerja keras."

THE LIE ✓ [END PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang