Jatuh cinta itu hanya perkara soal waktu. Bersabar menunggu atau membiarkannya berlalu.
***
Azzam hanya mampu mengunci bibirnya rapat saat Adiva terus saja menolak untuk berpegangan padanya. Sesekali Azzam melihat Adiva yang tengah memperhatikan jalanan raya dengan kedua tangan bersedekap di dada melalui kaca spion motor. Rasanya Azzam ingin sekali menambah laju kecepatan motornya agar segera sampai di rumah. Tapi Azzam tak mungkin melakukan itu karena khawatir Adiva akan jatuh. Jadi Azzam mencoba menahan diri untuk sementara waktu hingga sampai di rumah dan barulah akan berbicara secara baik-baik dengan istrinya yang sedang merajuk tersebut.
Pertemuan tanpa sengaja mereka dengan Aqila dan putrinya di alon-alon kota tadi menjadi masalah baru dalam hubungan mereka berdua. Azzam sendiri tak menyangka jika suasana romansa di antara mereka harus hancur hanya gara-gara pertemuan dengan perempuan dari masa lalunya.
Setibanya di rumah, Adiva langsung saja masuk meninggalkan Azzam begitu saja. Tapi Azzam tetap bersikap tenang agar tidak sampai terpancing emosi. Azzam turun dari motor lantas mengunci gerbang rumah dahulu barulah memasukkan motornya ke dalam garasi. Setelah melepaskan helm dan mengunci pintu garasi Azzam bergegas menyusul Adiva ke kamar mereka. Azzam mulai melepaskan pakaian dan menyisakan bokser serta kaos putih tipis tanpa lengan di tubuhnya saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Lalu duduk di tepian ranjang untuk menunggu Adiva ke luar. Mereka harus duduk bersama dengan tenang dan kepala dingin untuk mengurai semua kesalahpahaman.
Tak lama Adiva ke luar dari kamar mandi dengan pakaian dress rumahan panjang selutut bergambar doraemon. Azzam melangkah mendekati Adiva, sedikit menunduk seraya memegangi bahu Adiva dengan mengunci kedua mata indah itu yang terlihat menyiratkan sebuah amarah. Lantas kedua tangan Azzam menurun hingga berhenti di jari-jemari Adiva. Menggenggam jemari lentik itu dengan erat.
"Jangan marah dong Sayang!" bujuk Azzam tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan dari wajah cantik di hadapannya yang tengah merajuk karena cemburu.
"Udah Mas Azzam ngaku aja klo masih cinta kan sama Bu Aqila?" sinis Adiva sembari menghentak kedua tangan Azzam dari genggamannya. "Jangan-jangan di kampus kalian sering berduaan!" tuduh Adiva dengan tatapan tajam. Untuk pertama kalinya Azzam melihat istrinya dibutakan oleh amarah.
"Astagfirullah Sayang, kamu ini su'udzon terus sama orang," ucap Azzam dengan terkejut karena tuduhan Adiva yang menurutnya tak berdasar tersebut. Azzam menatap lekat Adiva lalu mengusap puncak kepala istrinya mencoba menenangkan.
"Aku nggak su'udzon Mas. Nyata-nyata anak kecil tadi mengenali Mas Azzam. Gitu bilangnya Mas Azzam udah nggak ada kontak dengan Bu Aqila hampir 8 tahun," cecar Adiva mengungkapkan semua isi hatinya. Jujur, Adiva tidak menyukai cara Aqila menatap suaminya. Apalagi perempuan itu seperti tidak memiliki rasa malu dengan memanfaatkan anak kandungnya sendiri untuk mencari simpati dari Azzam.
Andai Aqila berniat mengusik rumah tangganya tentu Adiva tidak akan tinggal diam. Dirinya bukan perempuan lemah yang rela suaminya direbut perempuan lain. Tapi jika suaminya sendiri yang memberikan celah Adiva bisa apa. Yang jelas Adiva tidak pernah menerima adanya poligami dalam rumah tangganya. Adiva paham jika dalam islam seorang laki-laki diperbolehkan memiliki lebih dari satu istri dan sah meskipun tanpa seizin istri sebelumnya. Tapi Adiva tidak akan pernah menerima akan hal itu dengan alasan apapun.
"Dengerin aku ngomong dulu Sayang," balas Azzam dengan lembut. Jemari Azzam meraih rambut adiva yang terlihat berantakan, menyelipkannya ke belakang telinga. Azzam merapikan rambut yang memang sengaja diikat asal oleh pemiliknya itu dengan lembut.
"Tidak, aku nggak mau denger apa-apa. Aku mau tidur, ngantuk!" kesal Adiva lalu bergegas naik ke atas ranjang. Namun belum sampai keinginan Adiva terpenuhi Azzam menarik tubuh mungil Adiva, membawa ke dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Hati Satu Cinta (End)
RomanceRate 18+ Blurb Perpisahan dengan seorang sahabat terbaik beserta dengan cinta pertamanya tentulah hal yang tak mudah bagi Adiva Dania Khanza, gadis berusia 18 tahun itu. la terisak tatkala harus melambaikan tangannya melepas Aldebaran Malik pergi me...