1. Wanita Yang Malang

797 29 8
                                    

Seorang wanita berlari dan terus berlari melewati semak belukar lalu masuk ke dalam hutan belantara. Wajahnya yang cantik terlihat berantakan. Luka lecet di sana sini membuatnya terlihat menyedihkan. Kedua kakinya bahkan tak mengenakan apa pun saat berlari. Tangis ketakutan tak bisa lagi terbendung.

Dooorrr!

Suara tembakan membuat beberapa burung beterbangan. Untuk sesaat wanita itu berhenti. Lalu dengan segera ia mempercepat larinya tanpa mempedulikan kondisinya yang sudah sangat berantakan. Ini masih siang tapi suasana sudah sangat mencekam baginya dan dia sudah kehabisan tenaga saat ini. Dia pun memutuskan untuk bersembunyi.

Langkah kaki seorang pria mulai mendekati sebuah pohon besar tempat wanita malang itu meringkuk bersembunyi. Pria itu tersenyum licik seolah dia merasa akan segera menemukan wanita yang saat ini menahan tangisnya dengan kedua telapak tangan menutup rapat bibirnya agar tidak mengeluarkan suara apa pun.

"Kau ingin bermain-main denganku," celetuk pria itu.

Wanita malang itu menangis dengan suara tertahan di tenggorokan. Dia bahkan menahan napas untuk sesaat. Dress putihnya sudah robek di bagian sana-sini akibat terkena ranting beberapa kali.

"Bukankah ranjang ku lebih nyaman untuk kau tiduri?" tanya pria itu sambil mengedarkan pandangannya perlahan.

Wanita itu menggeleng dengan cepat. Sungguh dia tak ingin kembali ke tempat mengerikan itu. Sangat tidak ingin. Dia bahkan lebih memilih menjadi gelandangan daripada harus berada di tempat mengerikan seperti itu.

"Kemari lah, aku akan bersikap lebih lembut lagi. Aku bahkan akan membuatmu sangat menikmatinya," kata pria itu tersenyum.

Dia berjalan ke depan perlahan dan tak sengaja menginjak sesuatu. Pria itu tersenyum ketika dia melihat sesuatu yang ia injak adalah potongan ranting dengan darah segar di atasnya. Darah yang berceceran seperti sebuah jejak yang mengarah ke sebuah pohon besar. Tempat dimana wanita itu bersembunyi dengan luka di kakinya yang kini telah berlumur darah.

Wanita malang itu tersentak kaget. Dia baru menyadari bahwa kakinya telah berlumur darah. Dia juga yakin darah itu bisa memberikan pria kejam itu petunjuk keberadaannya. Sungguh malang nasibnya.

"Keluarlah," kata pria itu.

Di tempat persembunyiannya, wanita malang itu menggelengkan kepala cepat. Dia sangat ketakutan. Dengan menahan tangisnya dia sangat berharap pria itu tidak menemukannya. Karena jantungnya terus berdegup ketakutan sejak tadi. Bahkan ritmenya semakin cepat.

"Hukuman mu akan sedikit ringan jika kau keluar sebelum kesabaran ku habis," tambah pria itu lembut.

Wanita itu menangis sambil menekan luka di kakinya. Lalu dia bersiap dengan kesakitan untuk kembali berlari. Perlahan ia bangkit lalu menarik napas panjang dan kembali ia berlari.

Pria itu tertawa lepas. Dia berjalan perlahan ke arah wanita malang itu. "Hahaha... Mari kita lihat sampai sejauh mana kaki cantik mu itu mampu berlari," kata pria itu.

Wanita itu berlari semakin menjauh dan pria itu sama sekali tak berusaha dengan giat untuk mengejarnya. Sesekali wanita itu menoleh kebelakang. Sampai pria itu di rasa tak terlihat lagi, dia pun mulai berhenti berlari. Butuh waktu untuknya dapat mengatur napasnya dan menyeimbangkan ritme detak jantungnya.

Wanita itu menangis lemas. Dia terduduk di semak-semak. "Apa salahku sampai aku mendapatkan kehidupan yang mengerikan ini?" tanyanya pilu.

Sesaat kemudian wanita itu terdiam. Hidungnya mulai mencium sesuatu. Aroma lezat masakan dengan banyak sekali rempah. Wanita itu pun segera bangkit dan menghapus air matanya. Kemudian dengan senyum merekah dia kembali berjalan dan mengikuti aroma tersebut.

"Aku pasti sudah sampai. Sedikit lagi," celetuknya penuh semangat.

Perlahan wanita itu turun ke bawah. Di sana terdapat beberapa rumah bambu. Pastilah ini sebuah desa. Tapi kemudian langkahnya terhenti. Tangannya telah berada dalam genggaman pria itu. Napasnya menderu karena ketakutan. Tapi dia tak ingin menyerah. Dia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman pria itu. Kemudian pria itu justru merobek dress yang ia kenakan hingga membuat wanita malang itu nyaris telanjang.

"Jangan lakukan itu. Kumohon..." pintanya sambil berusaha menjauhkan tangan pria itu dari tubuhnya.

"Kau ingin pergi bukan?" tanya pria itu lembut dengan senyum licik di bibirnya.

"Lepaskan aku..." pintanya lirih dengan tangis yang sudah tak terbendung lagi.

"Kau akan masuk ke sana tanpa mengenakan apa pun," ucap pria kejam itu dengan wajah serius.

"Apa?"

"Rumah itu," ucap pria itu menunjuk sebuah rumah terdekat dari tempat mereka.

Wanita itu menoleh ke arah rumah yang pria itu tunjuk. Salah satu rumah bambu yang letaknya tak jauh dari mereka. Rumah itu terlihat masih di tempati. Namun banyak botol-botol minuman keras bersandar pada salah satu tiang kayunya.

"Di sana tinggal beberapa pria yang hidup tanpa orang tua," katanya dengan senyuman penuh siasat.

Deg!

Apa lagi ini, tanyanya dalam hati. Di tatapnya nanar rumah bambu yang letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Lalu pandangannya beralih ke arah pria kejam itu.

"Jika mereka melihat tubuhmu yang sangat menggiurkan itu, entah apa yang akan mereka lakukan. Aku bisa membayangkan betapa mereka akan sangat bersenang-senang atas tubuhmu," tambah pria itu sambil merobek pakaian yang wanita itu kenakan hingga tak tersisa. Tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh wanita malang itu. Pria itu tersenyum melihat lekuk tubuh yang baginya sangat menggiurkan. "Begitulah cara mu lepas dari genggamanku."

Wanita itu tak bisa lagi berkata-kata. Dia hanya bisa menangis dan menangis. Dia bahkan harus bersandar pada pohon agar tetap bisa berdiri dengan tegak. "Kenapa?" tanyanya lirih.

Pria itu mengernyit.

"Kenapa kau lakukan ini padaku?" tanya wanita itu setengah membentak.

Pria itu menatap kembali tubuh polos wanita itu. Baginya itu sangat menggiurkan meski terdapat beberapa luka seperti goresan tinta merah di atas kain putih. "Semua yang ada pada tubuhmu telah membuatku menggila. Sangat menggiurkan dan membuatku ingin terus dan terus menikmatinya," kata pria itu.

Wanita itu kemudian berbalik perlahan dan kembali berlari. Pria itu pun dengan panik segera mencengkeram leher wanita malang itu. Dengan sorot mata menyala, pria itu menempatkan satu telapak tangannya untuk menekan leher wanita itu. Sekuat tenaga wanita itu menahan sakit sambil berusaha melepaskan diri dari pria itu. Tapi semua usahanya sia-sia.

Semakin lama wanita itu semakin kehilangan kesadarannya. Perlahan tubuhnya terkulai lemas. Pria itu segera memastikan napasnya masih ada. "Dia masih bernapas," celetuknya lalu segera membungkus wanitanya dengan mantel bulu miliknya.

Diangkatnya tubuh wanita itu dan di bawanya pergi dengan senyuman merekah di bibir. Dia terlihat sangat puas karena akhirnya bisa menangkap buruannya lagi.

Issac Constantine adalah pria kuat yang kejam dan tanpa ampun. Pria yang menjadi satu-satunya pewaris keluarga Constantine. Memiliki kecerdasan di atas rata-rata membuatnya lebih unggul dari pendahulunya. Dia juga menjadi satu-satunya pewaris sah keluarga Constantine yang terkenal dengan kekayaan yang tak terhitung serta gen dengan kecerdasan otak di atas rata-rata.

Lalu wanita itu adalah Freya Arthur. Wanita malang yang harus menerima nasibnya menjadi tawanan Issac yang kejam. Usianya baru sembilan belas tahun dan sudah menjadi sarjana di universitas tempatnya menimba ilmu. Seharusnya wanita malang itu bekerja di sebuah perusahaan saat ini karena dia sangat pintar dan mendapat gelar cumlaude. Sayangnya Freya harus bernasib malang setelah di jebak oleh tunangannya sendiri.

Lucas adalah pria yang entah sejak kapan Freya cintai hingga mampu melakukan apa saja hanya demi pria itu. Namun dia juga dengan tega melakukan hal buruk padanya. Kini entah apa yang akan terjadi pada Freya sekarang. Pria asing itu membawanya kembali ke tempatnya, ke rumahnya yang terletak di atas bukit yang menghadap ke lautan lepas.

***

Prisoner Of ConstantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang