24. Kehancuran Hans Dan Tekad Freya

106 4 0
                                    

Freya terlihat waspada ketika Issac mulai menggodanya. Dia harus fokus pada tujuannya. Jika tidak segera di selesaikan maka semua akan hancur. Dia harus kuat dan berani menghadapi pria yang saat ini tengah berdiri dengan bersandar pada pinggiran meja. Tatapannya menghadap ke arah Freya dengan kedua tangan terlipat ke depan.

"Ini tentang keluarga Hans," ucap Freya dengan suara lantang.

"Kau sudah membaca koran ternyata," celetuk Issac santai.

"Kenapa kau bisa begitu tenang dan santai?" tanya Freya tak habis pikir.

"Bagaimana? Apakah itu masih kurang?" tanya Issac.

"Kau memang orang yang seperti itu. Sekarang, membencimu memiliki alasan lain lagi. Kau sama sekali tak memiliki empati," kata Freya.

"Menghancurkan seseorang yang telah menyentuk milikku dengan berakhir dengan hanya sebuah kebangkrutan kecil, seperti nya itu terlalu ringan. Seharusnya ku habisi mereka semua," ujar Issac tenang.

"Apa?"

"Kau ingin apa? Tiba-tiba datang kemari dan menemuiku," Issac menatap Freya dengan tatapan tenang.

"Kau telah salah orang. Tak seharusnya kau bertindak sejauh ini," kata Freya.

"Bagaimana mungkin aku salah?" tanya Issac.

"Grace Hans adalah temanku. Keluarganya tidak bersalah," jawab Freya.

"Salah satu dari mereka telah mencelakaimu," kata Issac. "Salahkan Grace Hans yang tak mampu mendidik adiknya dengan baik."

Freya tertawa kecil. Seorang pria yang sudah menghancurkannya sampai ke inti, bicara seperti itu padanya. Seolah dia tak rela Freya terluka. Tak hanya itu. Dia bahkan tetap demgan tenang menatap wajah Freya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Tidak ada satu pun yang boleh mencelakaimu," ucap Issac dengan tatapan lurus ke arah Freya.

"Kau salah paham," kata Freya tertawa. "Terlalu jauh kau menerka. Bahkan yang terlihat jelas saja kau tak memahaminya."

Issac menatap wanitanya penuh tanya. Dia tak seperti biasanya. Wanita itu kini terlihat sangat berbeda. Dia tertawa dengan rasa pedih. Tapi bukan itu, melainkan menertawainya adalah hal baru bagi pria itu.

"Ada tiga hal yang kau sendiri tidak pernah menyadarinya. Bahkan kau merasa itu semua sangat wajar," lanjut Freya.

Issac menatap wanitanya dengan penuh tanya. Ia mencoba mendengarkan dengan sabar. Wanita itu memang sedikit berbeda. Mungkin dia ingin menyerah dan menerima takdirnya sebagai istri seorang Constantine.

"Yang pertama adalah Grace Hans tidak bersalah dan Gratel lah yang merencanakan ini semua," ucap Freya dengan raut wajah serius.

Issac memgangguk-angguk tanda setuju. Itu memang benar. Namun Gratel tetap lah bagian dari Hans.

"Lalu yang kedua aku tidak meminum obat aneh dari mereka dan kau menyiramku dengan air es yang sangat dingin. Kau menyiksaku pada malam itu adalah sebuah kenyataan," lanjut Freya.

"Ah iya. Maaf tentang hal itu. Aku pikir kau akan tersiksa," kata Issac santai.

Hal itu membuat Freya terkekeh. Dia bahkan sampai bertaruh nyawa. Lalu pria kejam itu mengatakan hal yang baginya sangat berat menjadi sesuatu yang sangat mudah.

"Dan yang terakhir tentang siapa yang mencelakaiku," kata Freya.

"Apakah ada lagi selain mereka yang membuatmu tidk senang?" tanya Issac. "Sebagai permintaan maafku, aku akan menghancurnya mereka untukmu."

"Kau lah orang nya," ucap Freya terkekeh.

"Apa?"

"Kau yang membuatku celaka hingga nyaris kehilangan nyawaku. Tak hanya sekali namun berulang kali. Kau menerimaku hanya untuk kau siksa sesuka hatimu," cerca Freya.

Prisoner Of ConstantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang