4. Sebelum Semua Ini Terjadi 2

213 19 2
                                    

Di bawah, Lucas dengan setia menunggu Freya dengan wajah sedih. Yang kemudian berubah saat Freya tengah berlari ke arahnya lalu memeluknya erat. Tatapannya pun berubah. Ada sedikit perasaan bersalah dari tatapan wajahnya saat ini. Tapi Freya yang polos sama sekali tak menghiraukannya dan bergegas masuk ke dalam mobil.

Lucas bergegas masuk dan mobil pun mulai melaju. Sesekali pria itu melirik ke arah Freya dengan wajah penuh teka-teki. Tapi Freya sama sekali tak menyadarinya. Senyum wanita itu merekah dengan indahnya. Dia bahkan tak pernah menyangka ini akan menjadi saat terakhirnya bahagia.

"Kita akan makan malam dimana?" tanya Freya.

"Di dekat apartemenku," jawab Lucas.

Jantung Freya kembali berdebar. Bagaimana tidak, saat ini wanita malang itu memimpikan untuk bersama pria di sampingnya malam ini.

"Kau..."

"Malam ini aku akan menuruti semua perkataan mu. Aku tidak akan menolak mu lagi," potong Freya sambil tersenyum.

Lucas pun tersenyum paksa.

"Apakah aku terlihat cantik?" tanya Freya riang.

"Cantik. Malam ini kau sangat cantik," jawab Lucas.

Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai ke tempat itu. Lucas agak mempercepat laju mobilnya. Ia ingin ini semua segera berakhir. Mobilnya pun mulai memasuki area parkiran. Lucas bergegas keluar dari mobilnya setelah mencari tempat parkir lalu bergegas membukakan pintu untuk sang tunangan.

Freya meletakkan tangannya untuk berada dalam genggaman sang kekasih pujaan. Mereka mengenakan cincin pertunangan. Cincin pengikat antara keduanya. Freya yang terlihat bahagia sama sekali tak pernah mengira bahwa malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya.

Keduanya memasuki sebuah hotel berbintang dimana terdapat resto yang makanannya terkenal enak. Tentu Freya tahu betul selera sang tuan muda ini. Hanya saja semenjak bersama dengannya, dia selalu menolak untuk makan di tempat mewah dan terkesan menghamburkan uang. Dia lebih memilih makan di tempat biasa dengan uang pribadinya sendiri.

"Kali ini biarkan aku membayar semua yang kita makan," bisik Lucas lembut di telinga Freya.

Wanita itu terkekeh. "Baiklah. Malam ini aku akan menuruti perkataan kalian," kata Freya.

"Siapa selain aku?" tanya Lucas bingung.

"Elijah memintaku untuk memberikan segalanya untukmu malam ini. Kau memintaku untuk membiarkanmu membayar semuanya malam ini. Kalian memang benar-benar suka mengaturku. Hanya kalian yang kumiliki. Tak ada siapa pun. Bahkan orang tuaku membuang ku," kata Freya sambil tersenyum.

"Sudah. Jangan bahas itu lagi. Kami benar-benar menyayangimu. Kau harus bersyukur," kata Lucas sombong.

"Hahaha baiklah. Sekarang kita akan duduk dimana? Tempatnya sangat ramai," kata Freya saat mengedarkan pandangan ketika mereka sudah masuk ke dalam restaurant itu.

Seorang pria berjalan ke arah mereka. "Selamat malam, selamat datang di resto kami. Ada yang bisa saya bantu?"

"Atas nama Lucas Zion," ucap Lucas.

"Silakan ikuti saya," ucap pria itu sambil menunjukkan jalan.

Rupanya Lucas sudah mempersiapkan segalanya. Freya amat sangat tersentuh. Pria yang sudah menjadi tunangannya itu telah mempersiapkan segalanya untuk membuatnya merasa terharu. Sebuket bunga pun ikut melengkapi kebahagiannya malam ini. Lucas memberikannya langsung pada Freya.

"Terima kasih," ujar Freya terharu.

"Kau suka?" tanya Lucas.

"Tentu saja aku sangat menyukainya," kata Freya.

"Sekarang saatnya kita menikmati hidangan malam. Aku tahu pasti kau belum makan sejak siang tadi," kata Lucas tersenyum.

Freya mengangguk segera. Lucas sangat menyukai sifat Freya yang apa adanya. Hal yang juga membuatnya jatuh cinta pada wanita muda itu. Di tatapnya wanita itu dengan perasaan tak biasa.

Sesaat kemudian hidangan mereka datang. Lucas sudah memesannya sebelum sampai ke tempat ini. Mereka hanya tinggal menikmatinya saja. Bersama musik klasik yang mengalun lembut. Freya amat sangat bahagia. Sangat nampak dari raut wajahnya. Berbeda dengan Lucas yang menatapnya penuh penyesalan. Tapi menyesal sekarang pun sudah terlambat, pikirnya.

"Aku harus ke kamar kecil dulu," kata Lucas.

Freya mengangguk sambil menikmati steak di hadapannya. Sementara Lucas segera pergi dengan ponselnya. Wanita itu mulai menaruh sedikit curiga. Tapi mungkin Lucas ingin menelepon seseorang, pikirnya. Kembali ia menikmati makanannya. Lalu ia meminum wine yang terlihat enak itu.

Sesaat kemudian kepalanya terasa pening. Kepalanya terasa berat sekali sampai tak tertahankan. Freya pun tak sadarkan diri. Seseorang berjalan dengan langkah penuh keraguan ke arahnya lalu mengangkat tubuh Freya. Lucas telah menunggunya sejak beberapa saat yang lalu. Dia membawa Freya pergi dari tempat itu setelah membayar tagihan mejanya.

"Freya... Maafkan aku," celetuknya lirih ketika mereka telah sampai di dalam mobil dengan Freya yang tak sadarkan diri duduk di sampingnya.

Ingatannya kembali pada saat dirinya bersama sang ayah beberapa waktu yang lalu.

"Kita akan hancur jika kau tidak juga mengambil keputusan," kata Leonard Zion.

"Apa maksud Ayah dengan..."

"Lucas, wanita itu bahkan tidak berarti untukmu. Jika kita menjualnya pada pria itu maka kita akan selamat dari kebangkrutan," kata Leonard memberi penekanan.

"Aku mencintainya, Ayah." Lucas dengan wajah sendu menundukkan kepalanya.

Di ruang kerja Leonard ini, tawa pria itu terdengar sangat nyaring. Itu karena hanya ada mereka berdua saja. Dirinya dan juga pria yang akan menjadi penerusnya. "Jika kau mencintainya maka kau tidak akan melukainya," kata Leonard.

"Kami sudah bertunangan," kata Lucas.

"Selama belum ada bayi di antara kalian maka kau dan dia masih bisa berpisah. Lagi pula ibumu juga tidak menyetujui hubunganmu dengannya," ujar Leonard.

Perkataan sang ayah seolah menggema hingga saat ini, saat dia benar-benar melakukannya pada Freya. Perlahan ia melajukan mobilnya dan pergi dari tempat itu. Lalu berhenti di sebuah jalanan sepi. Untuk sesaat Lucas menatap wajah Freya. Tangannya terulur mengusapi wajah wanita itu.

"Aku tidak punya pilihan lain. Aku harap suatu saat nanti kau mau mengerti posisiku saat ini," kata Lucas sambil menatap wajah Freya sedih.

Lucas menghela napas panjang lalu segera turun dari mobilnya. Di bukanya pintu mobil dan mengangkat tubuh Freya keluar dari mobil. Untuk sesaat dia menatap wajah cantik itu. Wajah yang tak akan ia lihat lagi, mungkin. Wajah cantik yang terpaksa ia lepaskan untuk menjadi rusak, mungkin.

Tatapannya beredar mencari mobil yang ternyata sudah terparkir tak jauh dari tempatnya. Lucas segera membawa Freya pada seorang pria yang berdiri di samping mobil itu. Pria itu segera membuka pintu belakang mobil itu. Lucas pun segera meletakkan Freya di dalam sana.

"Tuan mengatakan jika apa yang tuan Leonard Zion ucapkan salah maka dia tidak akan mengirimkan uangnya," kata pria itu.

"Aku yang akan menjaminnya sendiri," ujar Lucas.

Setelah itu dia berbalik perlahan dan berjalan ke arah mobilnya. Perasaannya kali ini sangat kacau. Jika Freya ternyata bukanlah seorang perawan maka orang itu tidak akan memberikan apa pun padanya dan Freya akan benar-benar tak di ketemukan. Dia akan benar-benar menghilang. Mungkin orang itu akan membunuhnya. Bahkan Lucas tak pernah mengira orang seperti apa pria yang akan bersama kekasihnya nanti.

"Freya... Ampuni aku..." celetuknya lirih sambil menangis.

***

Prisoner Of ConstantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang