22. Gratel Bukan Grace

97 3 0
                                    

Freya berlari dan terus berlari. Napasnya hampir putus ketika dia memutuskan untuk berhenti di sebuah kursi taman.

"Sudah gelap," celetuknya lirih. Rupanya ia berlari tanpa tahu waktu dan tempat. Pandangannya menyeluruh ke sekitar tempatnya duduk. Ini adalah sebuah taman. Terlihat cantik dan memukau. Namun bukan saatnya untuk dia memuji.

Sesaat setelah ia merasa tenang, Freya berdiri. Wanita itu melangkah pergi dengan lunglai. Tenaganya kali ini sungguh benar-benar nyaris habis. Bahkan untuk berjalan saja dia merasa sangat lelah.

"Freya!" seru seseorang memanggil namanya. Wanita itu berbalik dan mencari sumber suara. Seorang wanita yang tidak asing namun sulit baginya mengingat wanita ini.

"Maaf," celetuk Freya setelah wanita itu berada tepat di hadapannya. Dia mengenakan setelan baju kerja formal.


"Kau terlalu dekat dengan Elijah lalu melupakanku. Bukankah itu sangat kejam?" rengeknya.

"Grace?" sebutnya perlahan.

"Akhirnya kau mengingatku," ujar Grace.

"Syukurlah aku bertemu denganmu. Kumohon bantu aku," kata Freya panik.

Grace mengamati Freya. Semua yang di pakai wanita itu terlihat sangat mahal. Dia bisa tahu karena semua itu buatan desainer ternama. Dia menjadi tidak yakin Freya membutuhkan bantuan.

"Lucas menjual ku pada seorang pria kejam. Ini semua pemberian dia," ujar Freya menundukkan kepala sedih.

"Pria itu memberikan semua ini padamu. Itu tandanya dia sangat baik, bukan?" tanya Grace.

"Dia kejam dan tanpa ampun. Aku melarikan diri darinya. Sudah berulang kali ku coba. Ini adalah usahaku yang terakhir. Jika dia sampai menangkapku lagi, entah apa yang akan terjadi. Aku tidak ingin kembali padanya," cerca Freya panik.

"Sebaiknya kita cari tempat yang aman untuk berbicara," kata Grace sedikit ragu.

Grace membawa Freya masuk ke dalam mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat itu. Wanita itu mulai sedikit tenang. Dia berharap tak akan pernah bertemu dengan pria kejam yang sial nya adalah suaminya itu.

"Bagaimana jika kau mengganti pakaian dulu?" tanya Grace sedikit tidak nyaman.

Freya hanya mengangguk menuruti perkataan temannya itu. Grace membawanya ke sebuah toko baju yang letaknya tak jauh dari tempat itu. Lalu membelikan Freya baju baru yang lebih santai. Freya oun segera berganti baju.

"Bagaimana jika kita makan sesuatu sambil kau bercerita?" tanya Grace lagi.

Lagi. Freya hanya mengangguk menuruti ajakan Grace. Wanita itu pun mengajaknya ke sebuah restaurant. Freya makan dengan lahap seolah kesempatan ini adalah kesempatan emas baginya.

"Setelah ini, kita kembali ke rumah." Grace menatap Freya tersenyum.

Deg!

Freya berhenti. Dia menatap wajah Grace ragu. Apa yang Grace ucapkan sekarang? Kembali ke rumah siapa? Mungkinkah Grace...

"Kau telah salah mengenali aku sebagai Grace," kata wanita itu.

"Apa?" Freya terkejut.

"Aku bukan Grace temanmu yang bodoh itu," katanya.

Freya berpikir keras. Jika bukan Grace lalu siapa wanita ini? Bagaimana bisa dia mengaku sebagai Grace? Tidak. Dia tidak mengaku sebagai Grace. Freya sendiri yang mengira wanita itu adalah Grace.

"Aku Gratel. Kau juga melupakanku, Sayang. Aku sangat sedih sekali," katanya mengolok-olok Freya secara tidak langsung.

"Gratel," lirihnya mencoba mengingat. "Kau adalah kakak Grace yang ..."

"Tepat sekali!" serunya senang.

"Aku harus ..."

Kedua mata Freya semakin lama semakin gelap. Dia pun tak sadarkan diri. Seseorang datang dengan memberikan sejumlah uang pada Grace. Wanita itu tersenyum puas lalu pergi meninggalkan Freya bersama pria asing itu.

Dua orang wanita dengan tubuh kekar datang dan mengangkat tubuh Freya. Mereka membawanya pergi entah kemana. Sementara Freya yang masih tak sadarkan diri, entah apa yang akan terjadi padanya. Mereka membawanya masuk ke dalam mobil.

"Kita akan untung besar kali ini," kata pria berjas hitam yang semula memberikan uang pada Gratel.

"Kita jual dengan harga berapa?" tanya salah seorang wanita yang duduk sebagai sandaran Freya yang tak sadarkan diri.

"Karena ini bekas dari Constantine maka kita akan menjual nya dengan harga premium," kata wanita yang duduk di samping pria itu.

"Apakah kalian yakin dia bukan kesayangan Constantine? Bagaimana jika dia salah satu kesayangannya?" tanya wanita yang duduk di belakang.

"Constantine tidak memiliki kesayangan. Dia murni wanita yang mungkin sudah di buang oleh mereka," kata wanita yang duduk di samping pria itu.

"Selena benar. Dia pasti sudah bosan pada wanita ini," kata pria itu.

"Charles, kau memang pandai mencari mangsa. Kita akan benar-benar untung besar kali ini," kata Selena, wanita cerdas yang duduk di samping Charles, pria yang tengah mengemudi.

"Bagaimana jika kita jual dulu pada Constantine?" tanya wanita di belakang.

Selena melirik sekilas ke arah wanita itu lalu kembali menatap ke depan. "Percuma saja. Constantine tidak membutuhkan wanita kotor seperti dia. Nick, sebaiknya kau diam dan turuti kami. Kau juga akan untung banyak nanti," kata Selena.

"Baiklah," Nick pun menyerah, wanita yang menjadi sandaran Freya yang menatapnya iba.

Ketiganya terlihat bersuka cita. Kali ini mereka akan mendapatkan uang yang sangat banyak. Mereka adalah komplotan penjual wanita. Terkadang juga pria dengan spesifikasi yabg memukau untuk di ambil organ dalamnya. Namun untuk wanita yang terlihat cantik, mereka akan membawanya ke sebuah acara lelang untuk di lelang.

Korbannya akan di berikan obat aneh terlebih dahulu sebelum di pertontonkan untuk di lelang. Mereka adalah tiga dari puluhan orang di organisasi rahasia. Kali ini Freya benar-benar akan di pertontonkan di khalayak umum. Penikmatnya adalah para pria berkuasa dari hampir di seluruh dunia.

"Kali ini, sepertinya kita tidak perlu obat itu." Selena memberi ide usai ketiganya sampai di sebuah gedung tua yang terlihat terbengkalai. Namun anehnya banyak sekali mobil-mobil mewah di area parkir.

"Kenapa?" tanya Nick polos sambil memapah Freya.

"Karena sepertinya dia akan sangat menurut," kata Selena.

"Kita turuti saja apa kata Selena. Dia paling pintar di antara kita," ujar Charles lalu mengajak mereka masuk ke dalam.

Freya di letakkan di sebuah tempat yang mirip dengan rumah anjing. Terdiri dari jeruji besi yang saling berkaitan membentuk sebuah kurungan kecil. Dia yang masih tak sadarkan diri di lucuti pakaiannya dan di pakaikan kalung mirip dengan kalung anjing.

Selang satu jam, Freya sadar dan meronta. Wanita itu panik ketika mendapati dirinya tak mengenakan apa pun di tubuhnya. Kini bahkan dirinya sudah di pertontonkan di depan banyak pria yang semuanya mengenakan topeng.

Seorang pria bertubuh tinggi membawa kain yang sangat besar dan berlari menuju ke atas panggung. Dia menatap Freya yang saat ini sangat ketakutan. Pria itu tersenyum puas melihat wanita itu sangat ketakutan. Ia kemudian menutup hampir seluruh kurungan itu dengan kain merah maroon yang ia bawa.

"Aku akan membeli dengan harga tertinggi," kata pria itu.

Freya yang berada di dalam kurungan terkejut mendengar suara pria itu. Suara yang tidak asing lagi. Freya sangat mengenal suara itu.

***

Prisoner Of ConstantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang