8. Penjelasan Lucas

205 12 2
                                    

Freya berjalan keluar dari gedung aprtemennya dengan kepala tertunduk. Perlahan ia berjalan keluar dari area parkir. Di angkatnya perlahan kepalanya dan menatap ke sekitar. Issac tak lagi di sana. Tak ada seorang pun di tempt ini yang menghampirinya.

Wanita malang itu tak kuasa lagi menahan air matanya. Menangislah sudah dia ketika menyadari bahwa saat dia kembali semua telah lenyap. Namun dia tak pernah menyangka bahwa kekasihnya akan berbuat seperti itu terhadapnya. Tapi semua pertanyaan selalu ada jawabannya. Dia harus mencarinya meski saat ini dia ketakutan. Meski saat ini dia sendirian tanpa seorang oun dan tanpa apa pun di tangan. Ponsel, dompet, uang. Dia tak memiliki semuanya. Bahkan tidak juga untuk tanda pengenalnya.

"Aku akan menemui Lucas di apartemennya," ujar Freya sambil menghapus air matanya.

Bahkan untuk naik taxi saja dia tak memiliki uang. Kembali dia berpikir keras. Sambil berjalan menyusuri jalan dia berpikir dengan kepala tertunduk. Lalu berhenti ketika ia melihat beberapa lembar uang tergeletak di depannya. Kedua matanya mencari seseorang. Tak ada siapa pun di sana. Jalanan lengang dan tak seorang pun melintas.

"Uang ini... Apakah aku boleh memungutnya?" tanyanya ragu pada diri sendiri.

Perlahan ia memungut uang itu. Ia kembali menangis. Namun kali ini adalah tangisan haru. Dia benar-benar bersyukur dengan uang yang berada di jalan. Sesaat dia terdiam. Ada sebuah catatan kecil tertempel di salah satu uang. Di sana tertulis bahwa uang itu memang untuk dirinya, Freya Arthur.

"Siapa sebenarnya orang ini? Kenapa tiba-tina memberiku uang?" tanyanya bingung. "Jika orang itu menjebakku, apa yang harus aku lakukan?"

Keraguan di rasakan Freya saat ini. Dia sangat membutuhkan uang itu. Namun dia juga tak berani mengambilnya. Itu bukan miliknya meski di kertas kecil tertulis miliknya.

"Jika aku mengambil uang ini dan pemiliknya membalaskan balas budi bagaimana?" tanyanya panik.

Tapi kemudian sebuah taxi berhenti di hadapannya. Freya langsung masuk ke dalam dan menyebutkan alamat tujuannya pada si sopir yang terlihat aneh. Freya sama sekali tak menyadarinya. Dia hanya ingin bertemu Lucas seceptnya.

Kenapa dirinya masuk ke dalam taxi dan kenapa dia tetap mengambil uang itu menjadi pikirannya setelah ia sampai di apartemen Lucas. Entah apa yang ia pikirkan sejak tadi hingga tak mampu mengontrol tindakannya. Meski tak masuk akal, dia tetap berjalan masuk ke gedung apartemen Lucas segera.

"Ini masih siang. Lucas pasti sedang sibuk bekerja. Lebih baik aku tunggu di sini," celetuknya ketika sampai di depan pintu apartemen Lucas usai menekan bel berulang kai dan tak ada jawaban.

Cukup lama Freya menunggu hingga sore tiba. Namun, Lucas tak juga kembali. Hingga Freya tak sengaja tertidur pun Lucas tak juga kembali. Hingga malam tiba dan Lucas mendapati Freya terduduk di samping pintu apartemennya dengan posisi tidur.

Lucas terkejut. Dia tak tahu harus berkata apa dan bersikap bagaimana terhadap Freya. Sesaat wanita itu menggeliat lalu membuka mata perlahan. Senyumnya merekah ketika mendapati Lucas berdiri di depannya. Hal yang justru membuat pria itu lebih terkejut lagi.

"Lucas," panggilnya sambil bangkit dan tersenyum penuh kelegaan.

"Lebih baik kita masuk dulu," ajaknya lalu membuka pintu dan mempersilakan Freya masuk ke dalam.

Lucas memberikan selimut pada Freya. Diluar sangat dingin dan dia hanya mengenakan dress tanpa lengan. Lalu Lucas membuatkannya teh herbal. Freya mengucap terima kasih dan tersenyum lembut.

Wanita ini sangat cantik dan berhati lembut, pikirnya. Tak seharusnya dia melukai wanita itu. Dia bahkan telah banyak berkorban untuk memahami sifatnya yang tidak berpendirian.

"Aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Apartemenku sudah berpindah tangan. Aku tidak tahu dimana Elijah dan bagaimana keadaannya sekarang," kata Freya dengan raut wajah bingung.

"Maaf, aku menjual apartemenmu. Aku kira kau tidak akan kembali lagi," kata Lucas denga kepala tertunduk penuh penyesalan.

"Lalu dimana Elijah?" tanya Freya cemas.

Lucas tak memgatakan apa pun. Dia hanya diam dengan kepala tertunduk. Bagaimana bisa pria ini bertindak gegabah, pikirnya.

"Dia pasti sangat ketakutan di luar sana. Aku tidak bisa menghubungi siapa pun karena ponsel pun aku tidak punya," kata Freya. "Apakah kau menyimpan ponselku?"

Freya menatap Lucas penuh harap. Dengan perasaan penuh penyesalan, Lucas menggelengkan kepalanya. Dia tak sanggup mengatakan apa pun pada wanita di hadapannya itu.

"Semua sudah hilang. Tak perlu lagi di cari," gumam Freya.

Keduanya terdiam untuk sesaat. Ini kesalahan Lucas. Namun, Freya masih selalu berpikiran positif terhadap pria yang ia percaya masih menjadi tunangannya.

"Kenapa kau menjualku?" tanya Freya dengan nada biasa saja. Tak ada amarah jug tak bermaksud ingin marah.

"Apa?"

"Aku hanya ingin tahu alasannya," kata Freya santai.

"Maafkan aku, Freya. Perusahaan ayahku di ambang kebangkrutan," kata Lucas tertunduk.

"Lalu?" tanyanya tak sabar.

"Aku meminta bantuan pada semua orang yang ku kenal dan tak satupun dari mereka mau membantu," ucapnya tertunduk penuh penyesalan.

Freya mencoba menahan tangis namun tak bisa. Air matanya tetap keluar tanpa henti. Rasa sakit itu begitu nyata dan sangat menyesakkan. Lucas yang duduk tak jauh darinya menatap iba ke arah Freya. Dia harus melanjutkan penjelasannya. Karena Freya menunggu tanpa menyela.

"Lalu hanya tersisa Issac Constantine. Dia satu-satunya yang bisa menyelamatkan kami dari ambang kebangkrutan," lanjut Lucas.

Freya tak kuasa menghentikan tangisnya. Dia masih menunggu penjelasan lengkap dari seorang Lucas. Dia ingin semua menjadi jelas tanpa dia mengutarakan pemikirannya tentang ini semua.

"Aku mendatamgi pria itu dan dia meminta seorang istri. Aku benar-benar tak bisa menolaknya. Tapi aku meminta satu hal padanya," kata Lucas.

"Apa?" tanyanya terdiam dari tangisnya. Hal yang sangat membuatnya penasaran.

"Jika kau hamil anaknya maka dia bisa mendaftarkan pernikahan kalian," jawab Lucas.

"Kau meminta hal yang sangat..."

"Aku ingin membebaskanmu segera dari pria itu," potongnya segera.

"Bagaimana caranya? Kau bahkanbtak pernah datang," kata Freya.

"Aku harus membawa banyak uang untuk datang ke tempat itu dan memberikan jaminan atas dirimu," kata Lucas. "Lima puluh persen untuk bisa betemu denganmu. Lima puluh persen dari hutang kami padanya."

"Kenapa harus aku? Tidak adakah wanita lain?" tanyanya.

"Issac meminta dirimu karena dia tahu kau adalah tunanganku," ucap Issac.

Freya tak kuasa menahan sakitnya. Saat-saat dia di lecehkan pria yang membelinya terekam dengan jelas di otaknya. Dia merasa kotor dan tak lagi pantas untuk Lucas.

Lucas berdiri dan berjalan mendekatinya. Di peluknya erat tubuh rapuh itu. "Maafkan aku, Freya. Sungguh aku sangat menyesal," ujarnya lirih.

Wanita itu menangis sambil memukuli tubuhnya. Ia merasa sangat kotor. Namun, Lucas berusaha menghentikannya. Dia merasa sangat bersalah terhadap sang tunangan tercinta. Bahkan jika Freya mengetahui semua yang terjadi maka Freya akan sangat membencinya.

"Aku akan bertanggung jawab," celetuk Lucas.

Seketika Freya terdiam. Pria yang tengah mendekapnya akan bertanggung jawab.

***

Prisoner Of ConstantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang