7. Saat Kembali Semua Telah Hilang

247 11 2
                                    

"Nyonya, kenapa kau melakukan itu? Kita bisa mencari jalan keluarnya bersama," kata Clara menatap Freya iba.

Wanita itu membuka kedua matanya dan menatap ke atas. Dia pun akhirnya tak kuasa menahan tangisnya yang kemudian pecah. Clara segera mendekat, membantu Freya untuk duduk. Clara menatap iba ke arah wanita malang itu lalu mendekap Freya yang sedang menangis.

Butuh waktu untuk Freya kembali tenang. Wanita malang itu sudah melewati masa kritisnya. Bersama Clara dia mencoba untuk kembali tenang dan berhenti menangis.

"Tidak ada lagi cara lain," celetuk Freya dengan tatapan datar.

"Nyonya," panggilnya penuh harap.

"Aku ingin pergi dari tempat terkutuk ini, Clara." Freya kembali tak kuasa menahan air matanya.

Clara menatap Freya iba. Seandainya saja tuannya tak memperlakukannya dengan sangat buruk. Seandainya pria itu memperlakukannya dengan sangat baik. Seandainya kedua insan itu bisa mengarungi bahtera rumah tangga seperti pasangan normal lainnya.

Freya meraih kedua telapak tangan Clara. Tatapan penuh harap di tujukan untuk wanita muda yang melayaninya selama ini. "Bantu aku sekali ini saja," pintanya memohon.

"Tuan pasti akan luluh oleh kebaikan hati Nyonya," kata Clara mencoba membujuknya.

Freya melepaskan genggaman tangannya. Dia terkekeh mendengar ucapan Clara. Bagaimana pun juga Clara tak akan mengerti posisinya.

"Tunggulah sebentar lagi. Tuan selalu mencemaskan dan memperhatikan Nyonya," ujar Clara.

"Bukan itu yang aku inginkan," celetuk Freya dengan kepala tertunduk.

"Nyonya," panggil Clara penuh harap.

"Bukan mencoba meluluhkan hatinya. Aku hanya ingin kembali pada tunanganku dan menanyakan banyak hal padanya. Aku yakin dia memiliki alasannya sendiri," jelas Freya dengan kedua mata yang sudah sembab.

Clara terdiam untuk sesaat. Dia tak pernah mengira nyonyanya akan berpikir demikian. Dia memberi kesempatan untuk seorang pria yang ada dalam hatinya, yang juga tega menjualnya pada tuan muda Constantine.

Freya tak punya pilihan lain. Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri sekarang. Sesaat dia lupa jika Clara adalah salah satu orang kepercayaan Issac. Sangat tidak mungkin baginya untuk melawan tuannya sendiri.

"Aku yakin dia masih mencintaiku," kata Freya penuh keyakinan.

Tapi kemudian Freya terdiam dengan tatapan tak biasa dari seorang Clara. Tajam meski masih terasa ada sedikit kelembutan di dalamnya. "Jika dia mencintaimu maka dia tidak akan pernah menjualmu dengan alasan apa pun," kata Clara.

Dari balik pintu, Issac mendengarkan semua perkataan Freya. Senyum liciknya telah menghiasi wajahnya. Dia memiliki rencananya sendiri sekarang. Ini akan sangat menarik, pikirnya lalu berjalan pergi bersama John yag sedari tadi menunggunya.

***

Issac membawa Freya keluar dari rumah besar yang terletak ditepi laut. Tanpa penolakan wanita muda itu menuruti perintah Issac. Dengan mengenakan gaun yang terlihat mahal dengan kesan lembut, Freya berjalan keluar dari rumah itu mengikuti Issac. Pria itu membukakan pintu untuknya. Tindakan yang membuat Freya bertanya-tanya juga lebih waspada.

"Aku tidak akan melukaimu," kata Issac menahan tawa.

Freya pun masuk perlahan ke dalam mobil. Lalu Issac bergegas masuk dan mengemudikan mobionya. Sesekali Issac menolek ke arah Freya yang tertunduk takut. Ini adalah kali pertamanya keluar dari rumah itu tanpa halangan apa pun. Justru Issac yang membawanya keluar saat ini.

"Pemandangan tepi pantai," celetuk Issac.

Freya mengangkat wajahnya perlahan. Ia menatap lautan lepas di hadapannya. Jalan ini berkelok-kelok dan hanya mengikuti garis pantai. Lebih tepatnya berada di atas tebing curam.

"Kita akan kemana?" tanya Freya ragu.

"Kembali ke ke tempat mu," jawab Issac.

"Apakah kau benar-benar akan melepaskanku?" tanya Freya antusias. Bahkan dia tak sanggup menahan senyuman penuh harapan itu.

"Kita lihat, seberapa lama kau berada jauh dariku." Issac tersenyum licik.

"Jangan permainkan aku," kata Freya kembali murung.

"Kau selesaikan urusanmu dengan tunanganmu itu," kata Issac.

"Apakah setelahnya kau akan menangkapku lagi?" tanya Freya ragu.

"Kita serahkan semua pada takdir dan keputusan Lucas," kata Issac tersenyum penuh siasat.

"Apa maksudmu?" Freya sama sekali tak mengerti.

"Jika dia pernah menjualmu sekali, bukan tidak mungkin dia akan menjualmu lagi." Issac terkekeh.

"Dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama," kata Freya penuh keyakinan.

"Kau begitu yakin padanya. Aku ingin melihat ketulusan pria itu mencintaimu," kata Issac.

"Dia tidak akan melepaskanku lagi," kata Freya lirih.

"Apakah itu juga berlaku jika kau sudah ternoda?" tanya Issac memprovokasi. Senyumnya terlihat menghina. Semua yang terjadi pada Freya, mungkinkah dapat Lucas terima?

"Dia akan menerimaku kembali," jawab Freya penuh keyakinan.

"Keyakinanmu membuatku ingin tertawa," ujar Issac terkekeh. Lalu ia mempercepat laju mobilnya membuat Freya yang tak siap harus berusaha sekuat tenaga menahan guncangan.

***

Issac tak berdusta untuk mengembalikan Freya ke tempat tinggalnya. Sebelum pria itu berubah pikiran, Freya bergegas keluar dari mobil Issac dan berlari masuk ke dalam apartemen miliknya. Dia mencari sosok yang sangat ia rindukan. Elijah. Teman satu apartemen yang sangat ia sayangi. Namun, hal aneh terjadi. Kode pintu yang ia masukkan selalu salah untuk ketiga kalinya. Lalu percobaan ke empat dan kelima pun salah.

"Aku memasukkan nomor pin yang sama. Bagaimana bisa ini tetap tidak terbuka?" gumamnya bingung.

Beberapa orang berjalan menghampiri pintu apartemennya. Mereka seperti sebuah keluarga, sepasang suami istri dengan anak gadisnya yang masih mengenakan seragam sekolah. Mereka tertawa bersama saat sang ayah memasukkan pin dan pintu terbuka.

"Tunggu," cegah Freya.

Mereka menatap Freya bingung. "Ada yang mengenalnya?" tanya si pria tinggi nan tampan di usia yang sudah tidak muda lagi. Usianya berkisar empat puluhan.

Baik istri maupun anaknya menggelengkan kepala. Benar saja mereka memang tak mengenal Freya. Pun Freya demikian. Dia juga tak mengenal mereka.

"Nona, kau ini siapa dan mau apa di apartemen kami?" tanya pria itu mencoba untuk ramah.

"Maaf, sepertinya terjadi kesalah pahaman disini. Apartemen ini milik saya," kata Freya.

"Kami baru saja melunasi uang pembayaran apartemen ini, Nona. Sepertinya kau salah tempat. Kami juga punya surat-suratnya," kata si pria.

"Tidak. Ini..." Freya terlihat linglung. Hanya itu satu-satunya tempat tinggalnya.

"Mungkin kau memilikinya atas nama orang lain dan dia yang menjualnya pada kami," kata si istri ramah. Tatapannya mengiba pada Freya yang terlihat kebingungan.

"Apartemen ini..." Freya mencoba menyangkal pikirannya.

"Apartemen ini milik kami sekarang," tegas si pria dengan nada biasa saja tanpa penekanan. Ia bahkan menatap Freya iba. Wanita dengan pakaian desainer terkenal namun tak memiliki apa pun di tangannya.

Freya pun berbalik dengan berusaha menelan kenyataan bahwa dirinya tak lagi memiliki hak atas apartemen itu. Dia ingat betul bahwa apartemen itu sudah berbalik nama. Itu milik Lucas. Tapi kenapa dia menjualnya? Lalu dimana Elijah tinggal sekarang? Pastilah ada jawaban atas ini semua.

***

Prisoner Of ConstantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang