8. Rehan

104 21 2
                                    

Amy telah selesai akan segala urusan. Dia pun pergi ke kantin untuk membeli minuman. Sayangnya langsung takut karena pasang mata kaum hawa menyerangnya.

"Itu ceweknya Jonah Pradava?"

"Cantik aja enggak. Kelihatan bego lagi. Gak salah orang lo pada?"

"Badannya lumayan. Mungkin itu yang dia tukar sama Jonah. Makanya itu cowok mau."

"Hey."

Tangan besar menepuk bahu Amy. Saat saling pandang, Amy mengerutkan dahi. Wajah yang tidak familiar. Rasanya dia tidak pernah kenal sama sekali dan lagi, laki-laki tersebut terlihat seperti kakak tingkat. Itu kemustahilan besar bagi Amy untuk memiliki kenalan kakak tingkat.

"Gue Rehan."

Tangan berurat terulur pada Amy. Ragu-ragu dia menyambutnya.

"Amy."

"Namanya manis. Persis deh kayak orangnya."

Tanga Rehan naik mencubit pipi Amy. Sontak Amy memundurkan diri. Belum kenal main sentuh-sentuh. Jelas dia bukan cowok baik-baik.

"Lo mau beli apa?"

Pertanyaan Rehan mengingatkan Amy kembali pada tujuannya. Itu pun membuat dia seolah lupa akan perlakuan kurang ajar dari Rehan.

"Smoothies taro satu," pesan Amy pada penjaga stand.

"Gak mau makan?" tawar Rehan. "Mie ayamnya enak loh."

Amy tahu itu. Dia sudah pernah mencobanya, tapi rasanya mungkin akan berubah kalau Rehan yang menawarkan.

Rehan mencondongkan bibirnya ke telinga Amy. "Gue kakak tingkat. Yakin lo mau nolak?"

Tengkuk Amy mendadak terasa dingin. Rehan memilki tampilan brandal. Meski tadi bersikap ramah, tapi apa yang baru dia katakan telah membuka jati dirinya yang baru, yakni tukang intimidasi. Itu benar-benar sesuatu yang buruk bagi Amy.

"Tapi gue gak suka mie ayam," kata Amy beralasan.

"Well, makanan apa yang lo suka?"

Tanpa izin Rehan mengambil selebaran berisi menu makanan.

"Ada spaghetti, ayam goreng, burger atau..."

"Brownies." Amy kira itu tidak ada di stand. Nyatanya matanya yang tidak teliti.

"Itu ada brownies." Rehan menunjuk etalase desert. "Mau berapa?"

Kalau sudah begini Amy tidak mungkin lagi untuk menolak. Dia akan terlihat nyata menghindari Rehan. Yang mana itu bisa membuat Rehan tersinggung dan dia pun terjerembab dalam lubang masalah.

"Dua aja."

"Oke, empat brownies dan satu cola."

Sambil menunggu Rehan menyandarkan siku pada meja etalase. Pandangannya pula dimiringkan sempurna pada Amy. Kalau dilihat-lihat sih lumayan. Tidak cantik, tapi manis.

"Lo jurusan apa?"

"Manajemen, Kak."

"Panggil Rehan aja."

Kepala Amy mengangguk kecil.

"Anak manajemen Lympus biasanya didominasi sama anak-anak pengusaha. Apa lo juga salah satunya?"

Amy menggeleng. Dia bukan anak pengusaha. Ayahnya hanya buruh saja. Kalau Jonah sih iya. Ayahnya pengusaha dan dia sendiri juga telah begitu.

"Kalau gitu lo harus sering-sering main sama gue."

Bola matanya berkedip beberapa kali. Merasa tidak percaya akan apa yang dia dengar.

"Kasta di Lympus ini memegang peran penting. Kalau lo berasal dari kasta rendah, lo gak akan mendapatkan teman. Sebaliknya lo bakalan jadi korban bullying."

Between [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang