28. Faster Baby

288 13 3
                                    

Tidak banyak pelanggan di siang ini. Apalagi saat azan berkumandang. Sebagain pelanggan malah keluar cafe, menyisakan Jonah dan Amy saja.

Entah sudah berapa puluh kali. Amy terus mengaduk jus jeruknya dalam keadaan menunduk. Sekalipun dia tidak berniat menyesap isinya.

"Gue harus mulai dari mana?"

Amy mengerutkan alis. Tidak mengerti sama sekali akan pertanyaan Jonah.

"Ah kayaknya dari ucapan selamat aja ya. Lo kan baru tunangan."

Itu bukan ucapan selamat, itu adalah sindiran bernada ketidaksukaan.

"Tapi ada yang aneh. Gue gak melihat satupun berita pertunangan kalian di televisi maupun koran. Yakin lo benar-benar tunangan sama Jeyanandika?"

"Gue bukan artis."

"Memang bukan, tapi lo adalah calon menantu Jeyanandika."

"Jojo sebenarnya mau ngomong apa?"

Amy memberanikan diri menatap mata Jonah. Berusaha terlihat tegar akan pertanyaannya.

"Kalau lo jadi menantu Alexander. Gue pastikan berita pernikahan kita sampai ke pelosok negeri."

"Memangnya itu penting?" Amy bersorak untuk keberhasilannya menyeka kalimat Jonah. "Pertunangan gue dan Louis tulus. Bukan demi mencari perhatian publik."

Jonah berdiri, berpindah menuju kursi di samping Amy. Pergerakan cepatnya membuat Amy langsung berteriak ketakutan.

"Jojo!"

Jonah melotot. "Apaan sih? Gue bukan mau memperkosa lo."

"Tapi gak usah tiba-tiba kali." Amy menekuk bibir.

"Apanya yang tiba-tiba?"

"Pindahnya!"

"Berisik lo. Tuh jadi dilihatin gue sama mbak-mbaknya."

Tadinya Amy tidak berniat mengusir. Namun Jonah bukan sekedar duduk. Dia menggeser kursinya hingga lengan mereka saling menempel.

"Jojo!"

"Teriak-teriak melulu. Lo lagi simulasi gue perkosa ya?"

Tangannya bergerak tanpa izin, meraih gelas dan melempar isinya ke wajah Jonah. Sorot Jonah tidak berubah. Otot-otot wajahnya hanya sedikit menegang. Amy jadi jantungan. Dia baru sadar. Dia telah melakukan tindakan pemicu emosi.

Amy mengembalikan gelas, merunduk. Memainkan jari-jari tangannya dengan cemas.

"Untung gue sayang sama lo." Jonah menarik tisu. Menyeka basah di wajahnya yang bertemankan bulir-bulir jeruk.

"Salah Jojo sendiri. Mulutnya kotor."

"Yang penting hati gue kan bersih."

"Dari mana Jojo tahu hati Jojo bersih?"

"Buktinya sampai sekarang lo masih aman-aman aja sama gue. Jadi awas aja kalau lo begituan sama Louis." Jonah meletakkan tisu bekasnya ke meja. Itu mengerut oleh air dan lengket akibat gula. Dia meraih yang baru. Kali ini menyeka basah di lehernya. Amy memang tidak main-main. Semua isi gelas tumpah ke wajahnya, meluncur ke leher dan turun ke badan.

Rasa lengket langsung membuatnya tidak nyaman. Seperti katanya tadi, untuk sayang. Jika tidak, maka dia bisa saja melakukan balasan yang lebih para tanpa memperhatikan gender.

"Begituan apa?"

"Sini telinga lo."

Amy menggeser tubuh. Jonah melempar bekas tisu ke meja dan mendekatkan bibirnya ke telinga Amy. Dia membisikkan beberapa patah kata. Itu langsung membuat Amy meraih gelasnya.

Between [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang