20. Pria Manis

69 14 2
                                    

Happy reading, Bestie✨

Jonah tersenyum berkali-kali, melatih bibirnya agar tidak kaku. Namun ia masih merasa tidak puas. Hasilnya mungkin tidak akan bagus. Terlebih dia tahu, dia memang jarang tersenyum. Ekspresi lembut tidak cocok baginya, apalagi manis begitu. Yang cocok malah ekspresi antagonis.

Itu tidak bisa dipakai sekarang. Dia harus menjadi pria manis, lembut dan beberapa lagi yang sepadan dengan kata tersebut.

"Oke."

Ia mengangguk yakin. Mengetuk kemudian pintu di hadapannya dengan punggung tangan. Sela beberapa menit knopnya berputar. Kepala Amy menyembul keluar.

"Hai," sapanya.

Amy menutup pintu di belakangnya. Ada mama dan papanya di ruang TV. Jika Jonah ketahuan, maka segalanya tidak akan bagus.

"Jojo, ngapain di sini?"

Jonah mengulurkan buket bunga mawar. Itu sangat besar hingga Amy kewalahan untuk memegangnya.

"Ini bukan hari valentine."

Umpatan sudah di ujung lidahnya, tapi Jonah berhasil menahannya. Dia tersenyum dan mencubit pelan pipi Amy. "Cinta gue bukan hanya untuk hari valentine, Amy."

Amy ingat dan sadar. Dia tidak boleh lagi memiliki perasaan pada Jonah, tapi kalimat semanis itu telah membuatnya lupa diri.

Ia menunduk dalam. Menyembunyikan senyumnya yang merekah seperti bunga mawar di dalam buket.

Senang sekali Jonah melihat itu. Amy masih seperti yang ia duga, terpesona akan dirinya. Ternyata pula dalam spektrum tertinggi saat dia memperlakukannya dengan manis. Jadi Jonah pikir benar, Amy memang menyukai pria lembut dan manis.

"Jojo udah minta maaf sama Kak Rehan?"

Amy menemukan topik itu untuk menyudutkan Jonah. Dia tidak merasa bersalah. Yang Jonah lakukan pada Rehan memang bukan hal baik.

Tidakpun sebagai kekasih, sebagai manusia Amy harus memberinya nasehat. Lagipula ini demi perubahan Jonah. Ia tidak suka seandainya itu menjadi faktor Jonah dipandang buruk oleh orang-orang di kemudian hari.

"Rehan?"

"Yang kemarin Jojo pukul itu. Namanya Rehan. Dia kakak kelas."

Embel-embel kakak kelas sengaja Amy tambahkan. Dari yang ia tahu senioritas di mana-mana dijunjung tinggi. Jadi bisa saja ada kemungkinan bahwa Jonah menurut meski Amy kurang yakin sebab Jonah yang ia tahu adalah sosok tanpa rasa takut.

"Kenapa gue harus minta maaf?"

Songongnya kembali. Menyulut emosi karena perasaan tidak suka akan pembelaan Amy untuk Rehan.

Memangnya dia siapa? Apa mereka sedekat itu sampai perlu dibela?

"Jojo udah buat Rehan terluka. Padahal dia kan gak punya salah."

"Gak lo bilang?"

Jonah menarik dagu Amy. "Menurut lo begitu? Gue yang salah? Iya?"

Menyusut sudah niatnya menyudutkan Jonah. Amy pikir sampai kapanpun dia memang akan bisa melawan Jonah. Namun itulah masalahnya dan dia harus mengatasinya.

"Ya udah sih kalau Jojo gak mau minta maaf."

Amy menarik tangan Jonah, mengembalikan buket bunga itu ke sana. Ia hampir masuk, namun Jonah mencekal cepat pergelangan tangannya.

"Maaf."

Dalam keadaan genting begitu tentu dia sadar diri bahwa dia harus mengalah. Jadi meskipun dadanya panas, dia tidak memperdulikannya.

Between [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang