10. Makin Stress

108 20 0
                                    

Corbyn Fradika♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Corbyn Fradika♡

.
.
.

"Ada yang mau kamu katakan?"

Amy tercengir lebar. Akhirnya isi pikirannya ketahuan.

"Tadi Louis ngomong apa aja sama Davis?"

"Kenapa?" Louis melirik sekilas. Ingin tahu jenis ekspresi apa yang ada di wajah Amy. Tidak khawatir ketahuan, tapi dia juga tidak bisa menutup mata bahwa perbuatannya terlalu mencurigakan untuk tidak terdeteksi. Terlebih Amy sudah lama mengenalnya, memberi makna bahwa perempuan tersebut mengerti seperti apa dia yang normal dan tidak. 

"Ada sesuatu yang aneh?"

"E-nggak sih."

Amy tercengir lagi. Merasa bodoh untuk pertanyaannya yang tidak memiliki bukti. Tepatnya lagi tidak perlu ditanyakan sama sekali.

"Cuma pembicaraan bisnis," jelas Louis kemudian. "Siapa sangka, Davis tidak sebodoh yang wajah tenangnya tampilkan."

Davis memang tidak bodoh. Sejak awal Amy malah melihatnya sebagai pria yang memiliki misteri.  Di mana salah satunya dia yakini adalah kemampuan intelegensi.

"Malam ini ada undangan makan malam dari kediaman utama."

Louis memutar stir kembali ke pusat kota. Berniat membawa Amy ke butik lebih dulu sebelum datang ke kediaman utama.

Undangan makan malam. Janggal benar dalam pikiran Amy.

"Benar, saya diundang. Aneh bukan?"

Amy mengangguk. Kediaman utama adalah kekuasaan ibu tiri Louis. Dari cerita Louis, ibu tirinya tersebut paling benci akan keberadaan dia dan ibunya di sana. Bahkan bertahun-tahun selalu menghapus Louis dan ibunya dari daftar tamu.

"Sebenarnya sudah tidak aneh. Saya telah mendapatkan informasi dari Trian. Wanita tua itu mau menjodohkan saya dengan seseorang."

Bola mata Amy berbinar. Dalam benaknya langsung terpikir akan Jonah. Hatinya kemudian mencelos begitu teringat perkataan Jonah tadi. Dia sudah memiliki pacar.

Apa yang gue harapkan sih?

Louis menarik telapak tangan Amy ke dalam genggaman. Dia menikmati sensasi hangat yang tersalur ke dalam darahnya.

"Berulang kali saya katakan ini. Semenjak kamu mengklaim saya di masa kecil, tepatnya setelah saya meminta kamu menandatangani perjanjian tersebut. Saya telah memutuskan bahwa saya hanya menikah dengan kamu. Hati saya dan pikiran saya juga hanya untuk kamu."

Mata Amy berlarian. Kalimat Louis mungkin masih terkesan biasa, tapi tatapan Louis terlampau penuh cinta. Dia jadi takut karena hatinya sungguh tidak dapat menerima pemberian Louis tersebut.

"Saya mengerti."

Tangan Louis mengusap lembut surai Amy. Penuh kelembutan, sama seperti hatinya. Amy dulu sangat menyukainya. Dia yakin itu masih sama seperti isi hati Amy saat ini. Hanya saja Jonah terlanjur masuk, mengubur namanya jauh ke dalam.

Between [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang