17. Kriminal

66 14 0
                                    

Sudah satu jam dia di sana. Mengamati satu persatu orang yang keluar dari pintu utama. Sosok yang ia cari tidak kunjung terlihat. Dia mulai merasa ragu bahwa orang yang ia cari sungguh ada.

Situasi mungkin tengah tidak baik antara Amy dan Louis. Jadi Jonah kira masuk akal juga akan Amy yang belum keluar. Mereka barangkali tengah bertengkar hebat.

Sisi lain dirinya bersorak senang. Amy dan Louis bertengkar, itu berarti dia memiliki spasi untuk masuk. Namun sisi lainnya mendesah berat. Amy adalah penakut. Dalam keadaan ribut, besar kemungkinan bahwa dia akan memilih menunduk, menerima semua yang dilontarkan oleh Louis. Parahnya berujung menuruti intimidasi yang diperintahkan.

Dering ponselnya terdengar nyaring. Nama Pasha tertera di layar. Ia menempelkan segera benda tersebut ke telinga.

"Apa?"

Suara di sana begitu datar. Kentara benar bahwa Pasha tidak cukup senang akan panggilannya beberapa menit lalu.

"Gimana? Berhasil?"

Dia kalah pandai dengan Pasha dalam urusan teknologi. Jadilah terus bergantung padanya, apalagi dalam kasus menyadap ponsel Amy.

Ponsel pemberiannya waktu itu telah berhasil disadap. Sayang kini Amy memiliki ponsel baru. Ponsel yang benar-benar berisi hal lebih krusial dari sebelumnya. Dia tentu saja harus tahu isinya.

"Udah."

"Oke, nanti gue transfer komisi lo."

Panggilan tidak terputus, tapi mereka sama-sama diam. Jonah memeriksa layar ponselnya. Masih menyala. Lantas kenapa Pasha tidak berbicara?

Beberapa detik setelahnya barulah suara di sana kembali terdengar. Datar dan dingin.

"Lo sadar dengan perbuatan lo kan?"

"Gue sadar. Gue menyadap ponsel Amy. Itu ilegal. Gue melanggar beberapa hak privasinya."

Dia benar-benar tahu apa yang dia kerjakan. Meski itu salah, dia kira tidak masalah selama dia tidak memakainya untuk kejahatan. Dia hanya ingin informasi Amy untuk dirinya sendiri.

"Jika lo berada di posisi Amy. Apa lo akan menerima hal ini?"

"Kenapa enggak?" Ia tertawa kecil jadinya. "Amy mengambil semua informasi gue. Itu berarti bahwa dia selalu ingin tahu tentang gue. Itu tidak mungkin sekedar kepo. Dia pasti merefleksikan perasaan cintanya sama gue."

"Cinta berlebihan yang mendekati gila," sambut Pasha. "Hati-hati, nanti lo malah melenceng."

"Lo ngomong apaan sih? Melenceng? Maksud lo gue berubah menjadi kriminal gara-gara terlalu cinta?"

"Itu lo tahu."

"Kriminal? Lo mengira gue akan menjadi seperti itu karena Amy?"

Jonah menjatuhkan punggung pada kursi. "Pash, gue melakukan ini demi kebaikan Amy. Dia masih sayang sama gue. Apa yang gue lakukan sekarang bukan hanya untuk mendapatkan Amy untuk diri gue sendiri, tapi gue juga memberikan dia kesempatan untuk mengikuti kata hatinya. Lo tahu, gue dan Amy masih sama-sama cinta. Perjuangan gue pantas dilakukan."

"Seperti lo membantu orang yang ketumpahan air panas dengan menyiramkan air es. Menurut lo itu terbaik karena mampu memberikan sensasi dingin, tapi apa sama baiknya dengan kenyataan orang yang lo bantu?"

Jonah memijat pelipisnya. Merasa berat memikirkan kalimat Pasha.

"Gue bukan mau ikut campur dengan urusan lo, tapi gue kasihan sama Amy. Lo mengendalikan dia sejak awal seperti boneka. Apa lo kira dia bukan manusia? Gue rasa lo perlu belajar artinya cinta."

Between [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang