23. AGAIN

4.2K 577 54
                                    

23. AGAIN

CANGGUNG. Mungkin itulah satu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan di antara keduanya selepas kejadian tadi.

Seorang Khatulistiwa Lakeswara benar-benar memilih diam. Kata-kata yang sudah ia rangkai sedemikian rupa benar-benar terhenti di ujung lidah saja apalagi saat melihat wajah Kinan.

Dalam hati, ia benar-benar tak berhenti memaki dirinya sendiri yang tiba-tiba bisa kelepasan seperti tadi.

Setan apa tadi yang merasukinya?

"Kinan." Dari ribuan kata yang telah dia susun di otak, hanya satu kata itu saja yang berhasil dia ucapkan. Itu saja pun terdengar begitu pelan akibat jantungnya yang terasa berdegup kencang.

Kinan mendongakkan kepalanya. Gadis itu sedang berjongkok mengikat tali sepatu merahnya dan Khatulistiwa sendiri berdiri tepat di depannya.

"Kenapa?" tanyanya.

Jujur, Kinan merasa bahwa atmosfer UKS ini benar-benar berubah 180° semenjak kejadian sebelum dibunyikannya bel pertanda masuk tadi.

Khatulistiwa si cerewet itu mendadak diam seribu bahasa hingga menciptakan aura kecanggungan yang luar biasa di antara mereka.

Kinan yang sudah selesai mengikat tali sepatunya kini kemudian berdiri tegap dan menatap pria di depannya itu.

"Kenapa?" Gadis itu mengulang kembali pertanyaannya yang belum di jawab oleh Khatulistiwa tadi.

"Sorry."

Kinan terdengar berdeham untuk mengusir kecanggungan ini. "Gak usah dibahas. Mendingan buruan cabut daripada khilaf lagi."

Buru-buru Kinan melangkahkan kakinya meninggalkan Khatulistiwa di belakang.

Muka gadis itu memerah jika mengingat kejadian memalukan itu. Dia juga tak paham dengan dirinya yang sama sekali tak ada niatan untuk mendorong atau paling tidak menampar Khatulistiwa seperti biasanya.

Kerasukan setan jenis apa tadi dia sebenarnya?

Khatulistiwa menyusul langkah Kinan. Pria yang membawa kotak bekal dan juga botol minum itu terlihat sedikit kesusahan menyamakan langkahnya.

"Beneran mau ikut pelajaran? Emang udah enggak pusing?" Khatulistiwa bertanya saat dia dan Kinan sudah dalam posisi sejajar.

"Enggak. Lagian juga mendingan gue di kelas daripada sendirian di UKS banyak setan."

Khatulistiwa terdengar berdeham pelan. "Katanya tadi gak mau bahas itu lagi!"

"Iya iya, sorry."

Koridor tampak begitu ramai akibat murid-murid yang baru kembali dari kantin. Meskipun bel sudah dibunyikan semenjak beberapa menit yang lalu, namun hal itu tidak digubris oleh beberapa murid. Bahkan terlihat masih ada yang duduk-duduk santai di depan kelas masing-masing.

"Hai, Kak Khatulistiwa!" sapa seorang adik kelas yang berpapasan dengan mereka sembari melambaikan tangan.

Khatulistiwa merespon dengan senyuman manisnya. Laki-laki itu bahkan sesekali mengedipkan matanya ke arah adik kelas adik kelasnya yang duduk bergerombol di sana.

Gadis-gadis yang berkumpul di sana tentu saja langsung menjerit heboh mendapat kedipan dari seorang pria tampan yang menjabat sebagai kapten futsal sekolah itu.

Khatulistiwa tertawa pelan melihat respon heboh mereka. Terhitung ini adalah kali pertama dia tebar pesona dengan adik kelas semenjak dia mengklaim Kinan sebagai pacarnya.

"Cih buaya darat beraksi," komentar Kinan saat melihat aksi pria di sampingnya itu. Gadis itu semakin mempercepat langkahnya menapaki koridor kelas sepuluh ini.

KHATULISTIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang