Harry

33 1 0
                                    

Waktu makan siang tiba, semua murid Hogwarts berkumpul di great hall untuk menyantap makanan. Draco datang dengan perban yang membalut tangan kanannya.

"Ayo suapi aku !" Rengek Draco manja.

Shaka menyodorkan sendok lengkap dengan sup di dalamnya. "Ayo bayii ku, ku suapi" ucapan Shaka mengundang gelak tawa dari Viona, tidak biasanya Shaka mau bercanda gurau dengan Draco.

Tidak terima dijadikan bahan bercandaan, Draco menepis tangan Shaka yang ada di depannya. Alhasil sup di sendok itu ikut terciprat ke wajah Viona.

"Draco !"

"Dia duluaan, Viona" rengek Draco kembali, berharap Viona tidak jadi marah kepada-nya. "Biar Pansy yang menyuapi mu, tangan ku penuh sekarang ini"  ucap Viona memperlihatkan tangannya yang tengah memegang garpu dan sendok.

"Baiklah, Pansy.. bantu aku yah ?"

"Baik, Drake" Pansy pun mulai menyuapi Draco, sup wortel miliknya kepada Draco, Draco pun hanya bisa tersenyum penuh kemenangan kepada Viona.

"Draco ? Bagaimana dengan pelajaran yang ku berikan tadi pagi" segerombolan anak laki laki datang, salah satu dari mereka adalah orang yang memprovokasi Draco. Anak itu bernama Champ Caspian, murid asrama slytherin tahun keempat- satu tahun diatas Viona.

Viona menyeringai, berdiri dari tempat duduknya dan berdiri di hadapan Champ. Gadis itu memperbaiki dasi Champ, tangan Champ malah dengan lihai memeluk pinggang Viona.

"Pria sampah yang lancang" Viona kemudian menarik dasi Champ sekuat tenaga sampai Champ kesulitan untuk bernafas. Harun Benedict, sahabat Champ dengan sigap menjambak rambut Viona.

Shaka tentunya tidak tinggal diam, ia menendang perut Harun dengan sekuat tenaga.

"Thanks tuan anthes" Viona masih dengan posisi yang sama, memojokkan Champ ke dinding. Ia menodongkan tongkatnya ke perut Champ, sehingga Champ merasa sedikit nyeri di bagian perut.

"Aku benar benar tidak akan memaafkan mu jika kau melakukan ide busuk mu pada nona Elineor, atau dengan sahabat ku. Paham ?" Viona mendorong tongkatnya lebih dalam sehingga menusuk perut Champ dengan kuat. Warna baju Champ mulai berubah menjadi merah dan juga meneteskan darah.

"P-paham" tutur Champ. Setelah merasa cukup, Viona sedikit menyeringai lalu melepaskan Champ. Kelima anak tadi lari terpincang-pincang.

"Epione.." Pansy memanggil Viona dengan suara pelan dan bergetar.

"Apa ?" Jawab Viona ketus.

"Cara mu tadi, sama seperti cara Nona Shireen Epione membunuh targetnya.."

🐍

Hermione, Harry, dan Ron berjalan menyusuri lorong sekolah. Ketiganya terlihat sangat tegang dengan kejadian yang baru saja mereka lihat di great hall. Hermione benar benar hafal cara Shireen Epione membunuh targetnya yang ia baca di buku sejarah.

"Pertama, Shireen akan mencekik leher target dengan kain, tali atau bahkan tangannya sendiri untuk sekedar membuat target tidak bisa bergerak. Kedua, ia menusuk perut target menggunakan tongkatnya, tongkat Shireen Epione itu punya ujung yang lancip dan tajam. dan Ketiga, menyeringai" jelas Hermione.

"Hermione, mungkin itu hanya kebetulan" Harry berusaha meyakinkan Hermione.

Hermione berhenti berjalan kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Harry. "Harry, Shireen Epione itu berbahaya ! Kalau benar kata filosof itu, aku sebagai muggleborn merasa terancam !" Bentak Hermione, nafasnya terengah engah.

Harry perlahan memeluk Hermione, "tenang, Hermione. Kami bersama mu, aku dan Ron akan melindungi mu"

Hermione melepaskan pelukan Harry, "kita harus beritahukan ini pada profesor Mcgonagall !"

"Terlambat Hermione, Amate Epione lebih dulu melaporkan ini pada profesor Snape. Ku dengar, Viona dipanggil ke ruangannya" jelas Ron.

Harry menggigit bibir bawahnya, "kalau filosof itu benar, kenapa Viona ?"

"Aku tidak tahu pasti, tapi kita harus menjauh darinya"

"Kenapa, mione ?"

"Harry, dia berba-"

"Apa dia mau membuat dirinya terlihat berbahaya ? Apa dia mau untuk menjadi gadis yang merubah sejarah ? Dia jelas tidak mau dan tidak bertanggung jawab atas semua itu, Mione" protes Harry.

"Harry ?"

"Sama seperti ku, Hermione. Aku tidak ingin menjadi the boy who lived, aku tidak ingin punya kaitan dengan Voldemort, dan aku benci luka di kening ku. Kau juga harus terima fakta bahwa aku sama bahayanya.." harry berjalan meninggalkan Hermione dan Ron.

Harry melihat di depan ruangan Snape sudah banyak anak yang penasaran dengan apa yang terjadi tadi. Tidak lama kemudian, Viona keluar dari ruangan Snape dengan wajah murung.

Gadis itu melemparkan tatapan tajam, "kalian ingin ada pembunuhan berantai di sini ?" Kalimat yang dikeluarkan Vioba berhasil membuat para murid murid dari kalangan asrama langsung bubar dan menyisakan Draco serta teman temannya.

Draco mengusap rambut Viona "Harusnya kau tidak melakukan itu, aku benar benar tidak apa" ucap Draco. "Maaf, aku tidak melindungi mu tadi"

"Tak apa. Lagipula Si Snape itu tidak bicara soal Nona Shireen Epione atau semacamnya. Aku hanya diberikan sanksi berupa ah sudahlah, benar benar banyak sekali sanksinya" keluh Viona

Mata [name] mendapati Harry tengah menatapnya dari jarak jauh. Raut wajah Harry tampak khawatir dan ingin mengobrol dengan Viona, buktinya anak itu tidak mengalihkan pandangan ketika matanya dan mata Viona bertemu.

"Aku ada perlu dengan seseorang, silahkan lanjutkan kelas.. aku disanksi tidak boleh mengikuti pelajaran selama seminggu"

BuddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang