Sean Malfoy

26 1 0
                                    

Viona tercengang, benar saja kata Adrian bahwa buku mengenai Sean Malfoy sangat sedikit dibanding istrinya.

Mungkin karena kematian Sean Malfoy adalah hal yang sangat sensitif bagi keluarga Malfoy, mereka melarang sembarangan media cetak untuk menulis hal hal tentang Sean Malfoy.

Dalam buku sekali pun, kematian Sean Malfoy masih sangat minim informasi, hal hal yang tertulis dalam buku pun sebenarnya sudah diketahui oleh Viona.

"Sean Malfoy mati bunuh diri karena depresi akan kehilangan Sang Istri"

Kata Viona membaca bukunya, "kenapa pria ini sangat terlihat lemah, padahal dia merugikan banyak orang"

"Selanjutnya, Sean digambarkan sebagai pria yang sangat setia karena ia selalu punya luka yang sama dengan Shireen"

"Sean Malfoy juga ditemukan tewas dengan tongkat sihir yang menancap di sama persis seperti.. Shireen Epione"

Viona membeku, pikirannya campur aduk saat membaca buku tersebut.

"..Amate punya luka yang sama dengan Draco, Jika aku bukan Shireen dan Amate adalah Shireen.. lalu hari itu bisikan nya bilang hal tentang Draco mirip dengan Sean. Maka.."

Sementara itu di asrama slytherin lebih tepatnya pada ruang rekreasi, sudah terdeteksi beberapa anak yang telah selesai kelas. Adrian memulai percakapannya ketika melihat Pansy baru saja keluar dari kamar Draco.

"Pansy, kala Viona tahu kau masuk dalam kamar Draco saat dia tidur, Viona bisa saja membunuh mu"

Gadis bersurai coklat itu hanya mengabaikan ucapan Adrian, ia duduk di samping Blaise dan memalingkan wajahnya.

"Aku heran, sebenarnya Viona dan Draco itu ada hubungan apa?" tanya Blaise kepada Adrian.

"Mereka itu sahabat dekat, dari latar belakang keluarga saja sudah sangat dekat apalagi ditambah hubungan pribadi mereka"

Blaise menganggukkan kepalanya pelan, ia akhirnya kembali teringat suatu pertanyaan.

"apa menurut mu, Viona menyukai Draco?" tanya Blaise.

Pansy terlihat menatap ke arah Adrian, turut penasaran dengan jawabannya. "aku tidak tahu" Pansy menghela nafas karena tidak mendapat jawaban pasti.

Tidak lama kemudian, sang pemeran utama dari topik pembicaraan mereka datang lengkap dengan 3 buku di tangannya, ia terlihat kebingungan ketika ketiga orang tadi menjadi panik.

"ada apa?"

"tidak! kau dari.. perpustakaan?"

"Adrian, kenapa kau membentak?"

"hahaha tidak, kami tidak sedang membicarakan mu" jawabannya berhasil memicingkan mata Viona,

"aku tidak bilang kalian membicarakan ku" tuturnya ketus.

skakmatt..

Tidak ada yang berani bicara, semua terdiam membuat Viona akhirnya menyerah bertanya akan hal itu. "Draco belum bangun? hey kau, kau tidak masuk kamar dia sembarangan kan?" kata Viona sambil menunjuk Pansy.

Pansy hampir mati kaku ketika ditanya seperti itu, ia hanya tersenyum lalu menggeleng.

"baguslah. Bisa tolong check keadaannya, jangan lupa ingatkan dia untuk bangun dan makan malam" ucap Viona dengan perlahan agar Adrian dapat mencerna kalimatnya.

"aku ingin istirahat dulu"

.
.
.
.

Adrian masuk ke kamar Draco dan sangat terkejut, ia benar benar panik saat ini hingga hampir pingsan. Draco memegangi dadanya dan terlihat merasakan sakit yang teramat luar biasa. Ia langsung menghampiri temannya itu dan menepuk nepuk pundak Draco.

"Apa yang terjadi pada mu"

"dada ku sesak.."

"apa perlu kau ku bawa ke madam Pomfrey, aku akan panggil Viona"

Draco menahan tangan Adrian dan mengggelengkan kepala, "jangan ganggu dia, dia lelah" ucap Draco terengah engah menahan rasa sakit.

Putra Lucius Malfoy benar benar menolak untuk dibawa ke madam Pomfrey karena takut Viona mengetahuinya, ia memilih untuk di kamar dan membekap mulutnya dengan bantal agar ia tidak mengeluarkan suara erangan.

"draco, tidak akan berhasil.."

Adrian berusaha membantu Draco, mulai dari membawakannya minum, menepuk nepuk punggung Draco, hingga membuat suara berisik agar erangan Draco tak terdengar hingga luar ruangan.

Tidak lama kemudian Draco merasa rasa sakitnya menghilang, ia berusaha mengatur nafasnya sekarang ini lalu meminum sisa air dari Adrian.

"sial, aku kenapa?" tanya Draco turut heran atas apa yang terjadi.

"apa kau yakin? ku rasa Viona tidak akan keberatan untuk.."

"Adrian, jangan beritahukan tentang ini ke Viona, tolong lah"

Shaka masuk ke dalam kamar dengan wajah yang panik,

"ada apa? kenapa tidak mengetuk pintu?" tanya Draco tidak suka dengan kehadiran Shaka.

"profesor Snape menyuruh kita berkumpul di ruang rekreasi.. sebastian ditemukan meninggal menggantung di pohon dekat black lake" ucap Shaka.

Saat Draco keluar ia melihat profesor Snape yang sudah terlihat sangat marah, tangan kanannya nya masih ada noda darah dan ia menggenggam dasi hijau slytherin di tangan kirinya.

"siapa dari kalian yang kehilangan dasi?" tanya profesor membuat seluruh murid saling melihat satu sama lain,

"aku bertanya pada kalian! siapa yang membunuh Sebastian dengan dasi?" tanya profesor Snape semakin berapi api, bagaimana tidak? ini hal yang memalukan bagi seorang kepala asrama mendapati barang milik murid asramanya ada di tempat kejadian perkara.

Ketika mendengar itu, beberapa murid mulai menatap ke arah Viona yang terlihat tidak peduli dengan ucapan profesor Snape.

"apa? kalian buta? lihat dasi ku ini atau kalian ku buat benar benar buta"

Profesor Snape akhirnya menyuruh seluruh murid untuk mengambil dasi mereka, dan sangat mengejutkan..

Draco Malfoy kehilangan dasinya,

"bukan aku, aku seharian tidur di kamar karena cedera" alibi Draco sangat masuk akal, tidak ada yang melihatnya keluar kamar sejak ia masuk ke kamarnya.

"tidak ada  pembunuh yang tidak punya rencana, kau akan kami periksa" ucap profesor Snape lalu menarik kerah baju Draco untuk mengikutinya.

Viona mengusap wajahnya kasar, ia berjongkok dan mulai mengatur nafas. "apa lagi ini.. aku lelah" gumamnya,

Semua anak di sana saling berbisik bisik mengenai Draco, banyak yang bilang bahwa mereka tidak kaget melihat pria blonde itu menjadi pelaku pembunuhan.

"kalau aku tahu ada yang menjebak Draco, aku akan membunuh kalian" kata Viona? tidak, kalimat ini keluar dari mulut Pansy.

Pansy lalu pergi menghampiri Draco, bersamaan dengan itu, Adrian ikut berjongkok di samping Viona, ia awalnya ingin mengusap rambut Viona namun mengingat gadis itu bukan gadis yang bisa disentuh sembarangan jadi ia mengurungkan niatnya.

"Viona, tadi saat aku memastikan draco baik baik saja.. ia sempat sesak nafas dan melarang ku membawanya ke madam Pomfrey"

Gadis itu langsung mengangkat wajah nya dan menatap Adrian serius, "kenapa tidak memanggil ku?"

"ia juga melarang ku melakukannya dan bilang bahwa kau akan kelelahan"

"ah sial anak laki laki selalu bersikap pahlawan" katanya lalu berdiri dan masuk ke kamar untuk mengambil jubahnya kemudian pergi menyusul.. Amate Epione.

BuddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang