masih

34 3 0
                                    

Setelah menjalani beberapa wawancara dari profesor Snape, sang pemberi detensi dan Profesor Mcgonagall, orang yang mewakili kehadiran Dumbledore, Viona memutuskan untuk pergi ke great hall, agar perutnya bisa terisi kembali.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Viona masih sangat bingung dengan kejadian kemarin malam. Setelah diobati sekitar 10 menit, Amate bangun dari pingsannya dan bersikap normal seakan tidak ada yang terjadi, ia juga tidak dapat mengingat apapun. payahhh

"cih, setelah merepotkan ku, dia tidak merasa bersalah sama sekali" ucap Viona ketika melihat Amate bercanda gurau dengan temannya di meja makan gryffindor, hal itu cukup menyebalkan.

"Malfoy ? di mana parkinson" tanya Shaka saat baru saja datang menghampiri meja makan slytherin tepatnya tempat di samping Viona.

Draco mengerutkan keningnya, "kenapa kau tanya aku ? aku sedari malam dengan Viona"

"kau ini sedang menggunakan teknik tarik ulur ?" tanya Shaka lagi.

"kau ini cerewet sekali, aku hanya tidak tahu, masa mau dipaksakan untuk tahu"

Shaka tersenyum, mendapat balasan dari Draco. Tangan Shaka mengusap punggung Viona pelan, "apa semuanya baik baik saja ? luka mu tak parah, kan ?" Kini Viona yang menjadi target pertanyaan Shaka, gadis itu hanya mengangguk pelan.

"Draco, ku dengar Pansy ke hospital wings. aku kira tadi dia hanya ingin menemui mu, ternyata dia sakit" lapor Adrian, wajah Draco nampak sedikit terkejut pasalnya sudah sedari semalam gadis itu tidak bersemangat.

Viona menatap ke arah Draco, "pergi lah"

Merasa sudah mendapat izin, Draco pun langsung pergi menemui Pansy di Hospital wings.

"Pucey, gadis itu sakit apa ?" lagi lagi Shaka menunjukan rasa ingin tahunya.

"tidak tahu, sebenarnya tadi kata madam pomfrey dia tidak kenapa kenapa hanya saja dia merasa tidak enak badan" kata Adrian seadanya, Viona hanya bisa tersenyum tipis mendengar hal itu.

"tiap gadis punya cara mainnya sendiri"

.
.
.
.
.
.

Viona masih harus menjalani 3 hari lagi untuk bisa kembali mengikuti pelajaran, essay-nya sudah dikerjakan dan sudah mendapat nilai dari profesor Snape. Gadis ini sekarang tengah termenung meratapi nasibnya, bosan disaat semua orang tengah mengikuti pelajaran

Sebenarnya sekitar 15 menit lagi sudah waktunya makan malam, tapi Viona sudah terlalu bosan. Tentu saja, ia memanfaatkan rasa bosannya dengan mencari tahu sedikit dari jawaban kejadian sebelumnya.

pengambilan raga..

roh kegelapan..

rasukan jiwa gelap..

Shireen Epione..

Jujur saja, Viona tidak lagi bisa menahan rasa penasarannya terhadap leluhurnya yang amat terkenal ini. Ia tidak bisa membaca buku tentang Shireen Epione saat banyak orang dapat melihatnya, karena hal itu bisa saja menjadi topik pembicaraan satu sekolah

"memangnya dia sekejam apa ? dia mati tanpa adanya dramatisasi, kenapa dibicarakan seperti legenda ?" tanya Viona pada dirinya sendiri.

"dia membunuh banyak orang, Viona" jawab Harry sambil menarik kursi di samping Viona lalu mendudukinya.

Viona hanya bisa mengerutkan keningnya, "ah sekarang kau sudah berani langsung mengambil kursi ya ?" sindir Viona mengingat dulu Harry hanya bisa menatap Viona dari kejauhan dengan mata yang penuh harapan bahwa Viona sadar bahwa ia ingin bicara dengannya.

"habisnya aku mendengar pertanyaan bodoh dari sini" ucapnya.

"pertanyaan bodoh ?"

"kau bertanya kenapa seorang pembunuh berantai menjadi legenda ? apa kau sebercanda itu ?"

Viona mengangguk pelan, ia dan Harry punya pemikiran yang sedikit berbeda. "kau membunuh banyak orang, korban itu menghantui mu, kau menyesal, kemudian bunuh diri. itu konyol untuk disebut legenda. memang pembuhannya melibatkan banyak korban tetapi 150 belum bisa dikategorikan sebagai legenda, mungkin bisa untuk sekedar pelajaran sejarah, tapi seharusnya kisah ini sudah termakan waktu, kan ?" kata Viona berapi api.

"menurut ku, seorang legenda tidak diukur dari kisahnya, tapi seberapa banyak orang yang terkena dampaknya sampai sampai membuat luka besar bagi dunia. korban, keluarga korban, atau mungkin orang yang hanya tahu kisahnya pun bahkan juga bisa merasa takut" balas Harry. Viona merasa bahwa tiap penuturan kata yang keluar dari mulut Harry terdengar begitu halus.

"ah kau benar, terima kasih jawabannya"

tersirat senyum tipis di bibir Harry, "kau seperti belum puas dengan jawabannya. baiklah, alasan lain kenapa kisah ini masih menjadi topik perbincangan hangat adalah fakta bahwa kisah ini akan terulang kembali. Kemungkinannya adalah kebangkitan beliau, reinkarnasi beliau, atau mungkin pewarisan sifat beliau kepada keturunannya"

Kini Viona merasa sedikit takjub dengan Harry, anak itu bukan tipe orang yang memaksakan pemahamannya terhadap orang lain melainkan mencari jawaban mana yang bisa diterima orang tersebut.

"aku mengerti, terima kasih" tidak ingin membanding bandingkan, tetapi Viona merasa sedikit aneh ketika bicara dengan Harry. Biasanya ia hanya akan beradu argumen dengan Draco sampai terjadi perkelahian, tetapi dengan Harry ia bisa sekaligus belajar mengenai perbedaan pemahaman.

Viona membalikkan tubuhnya menghadap Harry, "kenapa kau keluar di saat jam pelajaran ?"

"profesor Snape menyuruh ku keluar, aku berbincang dengan Ron di tengah pelajarannya. Ron memilih untuk langsung ke Asrama, sedangkan aku tidak sengaja melihat mu di sini"

Viona mengangguk paham, ia mengerti bahwa sejak awal Profesor Snape terlihat sangat tidak menyukai Harry.

"Oh ya Viona, kenapa ada banyak buku aneh di meja ini ? aku bisa mengerti kalau ada buku mengenai sejarah Epione di meja mu, tapi soal jiwa ? raga ? kegelapan ? kenapa kau tertarik ?"

Viona mengedarkan pandangannya ke buku yang juga tengah dilihat Harry, "ah itu ? ada sesuatu yang sedang aku cari tahu" Harry mungkin sudah tahu luka Viona, gadis itu memang tidak diperbolehkan memakai kemeja berlengan panjang karena lukanya, jadi bukan hal yang sulit bagi murid murid Hogwarts melihat luka tersebut, tetapi untuk alasan mengenai lukanya, Viona hanya bilang bahwa ia tergores benda tajam di dapur Hogwarts.

Harry mengangguk pelan, mengerti bahwa Viona tidak ingin menceritakan hal tersebut.

Viona berdiri dari kursinya, "jam makan malam hampir tiba, ayo ke great hall"

"baiklah" balas Harry.

🐍

Great hall tampak sudah ramai, padahal jam makan malam masih lima menit lagi. Viona dan Harry tentu saja berpisah, mengingat mereka ada di meja makan yang berbeda. Sebenarnya boleh saja kalau Harry makan di meja makan slytherin, tetapi Harry sudah seperti musuh bebuyutan hampir seluruh slytherin.Viona berfikir itu hal yang aneh.

Viona menghampiri meja di mana dia dan teman temannya biasa duduk, ia duduk di dekat Adrian. "hey, aku pikir kau akan datang setelah semua makanan datang" kata Adrian.

"di mana draco ?" tanya Viona mengabaikan kalimat Adrian barusan.

"kau tidak bertemu dengannya saat perjalanan ke sini, Pansy sakit lagi jadi draco mengantarnya ke hospital wings" jelas Adrian

"Oh tumben sekali Draco menjadi laki laki yang peka"

"peka ? tidak, Pansy yang mengeluh sakit. kami bahkan tidak menyadari bahwa dia sedang sakit. Draco bertanya apa ia memang sangat harus untuk pergi ke hospital wings, jadi Pansy jawab iya" lanjut Adrian.

"lucu sekali"

BuddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang