Kenangan Buruk

17 2 0
                                    

Hari sudah berganti hari, kini Viona sudah bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Kini ia bersama teman temannya tengah berjalan menuju great hall. Viona teringat suatu hal, ia memberhentikan langkahnya, tangannya juga ikut menahan lengan Pansy.

"Draco, aku ada sedikit urusan dengan Pansy. Ini urusan perempuan, jadi kalian duluan saja"

Jantung Pansy saat ini tengah berdegup kencang, ia teringat kejadian saat Viona menikam perut Caspian dengan tongkatnya sendiri, tidak bisa dipungkiri bahwa Viona sering menunjukan rasa tidak sukanya pada Pansy, jadi kemungkinan untuk Viona juga menikam perut Pansy sangat besar.

Draco malah sebaliknya, ia mengartikan itu sebagai bentuk akrab dari pertemanan antara dua perempuan, "baiklah, nikmati waktu kalian" kata Draco santai lalu pergi bersama yang lain tanpa rasa curiga sedikit pun.

Viona melepaskan tangannya dari lengan Pansy, tatapan matanya menjadi tajam, gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada lalu menyandar di tiang koridor. Ia tersenyum, sedangkan Pansy hanya bisa gemetar ketakutan, ingin rasanya gadis itu lari dari situ saat ini juga.

"turut sedih untuk mu, kau sering sakit akhir akhi ini" kata Viona

"i..iya, maaf sudah membuat waktu mu dan Draco jadi sedikit"

Viona tertawa hambar, "Draco bebas melakukan apa yang ia inginkan, aku harap kau tidak salah paham dengan hubungan ku dan Draco" katanya.

Pansy hanya terdiam,

"hey, madam pomfrey bilang bahwa kau tidak menunjukan ciri ciri orang sakit sama sekali tapi berperangai seperti sedang kritis, aneh bukan ?" Pansy membulatkan matanya, kaget dengan apa yang ia dengar dari mulut Viona.

"madam pomfrey bukan perawat amatiran yang bisa salah periksa, sudah lama ia di hogwarts tapi ini pertama kalinya ia melihat ada yang seperti mu" lanjut Viona, "awalnya madam pomfrey ingin melaporkannya pada profesor Mcgonagall, tapi ia masih bingung alasan kau berbuat seperti itu, karena biasanya murid akan berpura pura sakit jika ada sesuatu yang ingin mereka hindari seperti jam pelajaran, tetapi kau malah sakit saat jam istirahat di great hall" jelas Viona.

Pansy terlihat gelagapan, ia langsung berjalan tanpa sepatah kata pun. "aku tidak tahu, perut ku sakit sekali jadi aku benar benar tidak bisa berfikir" katanya

Viona hanya bisa berdecih kesal dan mengikuti Pansy dari belakang. Viona benar benar merasa takjub saat pansy menjatuhkan dirinya saat berada di pintu masuk great hall. Di satu sisi Viona merasa kesal namun melihat bahwa tidak ada yang menyadarinya malah membuat hal itu terasa konyol.

"aww !" teriak Pansy, akhirnya perhatian yang ia cari pun didapatkannya, seluruh mata di great hall menuju padanya, kecuali mata yang ia inginkan, mata seorang Draco Malfoy, anak itu masih nyaman untuk menyantap sarapannya.

Viona menyentuh keningnya kemudian mengerjapkan matanya, ia berusaha untuk bertingkah layaknya orang yang hampir pingsan, ia tidak perlu menjatuhkan dirinya ke lantai untuk mendapatkan perhatian. Shaka, Draco, Tererence, Adrian, Harry, dan beberapa anak perempuan lain menghampiri gadis itu dengan tatapan cemas.

"aku pemeran utamanya, nona Pansy"

.
.
.
.
.

Draco sedang ada di menara astronomi dengan Viona, ia cepat cepat mengajak Viona ke sana saat pelajaran selesai. Senyum tersirat di benaknya saat melihat Viona dengan semangat melihat lihat pemandangan dari atas sana.

"sudah lama kita tidak mengobrol berdua seperti ini"

Viona hanya mengangguk pelan, ia tidakl terlalu memperhatikan bahwa Draco nampak sendu hari ini. "Draco, ini hal yang ingin ku tanyakan sejak dulu. kau menyukai Pansy ?" tanya Viona.

"tidak, awalnya aku pikir aku menyukainya, tapi ternyata aku hanya.." ucap Draco menggantung, ia tengah memikirkan pemilihan kata yang tepat. "aku terbiasa dengan sifat acuh mu, dan sifat menyebalkan amate, jadi saat dengan pansy aku merasa nyaman"

Draco merasa sebuah usapan lembut dari tangan Viona mendarat ke kepalanya sebentar, "maaf ya, draco" kata Viona lembut kemudian kembali menjauhkan tangannya dari rambut sahabatnya itu.

"aku akan sering sering mengajak mu ke sini" ujar Draco.

Mereka kembali memandangi pemandangan yang sangat indah.

🐍

Common room Slytherin sangat ramai. Namun, Viona tidak terlihat di antara keramaian itu, hanya ada Draco, Adrian, Shaka, Tererence, Blaise, dan Pansy yang mendominasi di antara kerumunan anak laki laki, gadis itu nampak tidak terganggu dengan fakta itu.

"Akhir akhir ini Slytherin menjadi pemeran utama di Hogwarts" kata Blaise membuka topik baru.

"lebih tepatnya, Viona Epione lah yang menjadi pemeran utamanya" bela Draco membenarkan kalimat Blaise.

"teman teman, apa kalian sudah mengerjakan essay dari profesor Mcgonagall ? aku sudah, apa ada yang mau ku bantu membuatnya ?" Pansy, sangat terlihat bahwa ia berusaha untuk mengubah topik pembicaraannya.

Draco mulai merasa tak enak di dadanya, ia memegangi dadanya dengan sangat erat dan mulai meringis kesakitan, segala makian keluar dari mulutnya, tangannya senantiasa memukul mukul pelan dadanya.

Viona yang sedang membaca buku di kamar sontak lngsung lari ke common room hanya dengan mendengar ringisan pelan seorang Draco Malfoy, gadis itu bersimpuh di samping Draco lalu menggenggam tangannya.

dia seperti seann..

bisikan terdengar di telinga Viona, ia menggenggam tangan Draco sangat erat. "Dia bukan Sean, aku bersumpah akan mengurung jiwa mu jika terjadi sesuatu padanya !" bentak Viona tiba tiba membuat orang sekitarnya terkejut.

Dari pintu masuk asrama, dua orang murid perempuan Slytherin berlari ketakutan, bukan mereka yang penting melainkan Amate yang berlumuran darah pada keningnya.

"DIA ! DIA MEMBENTURKAN KEPALANYA BERKALI KALI KE PINTU ASRAMA !" teriak salah satu murid perempuan tadi.

"Draco ? Draco Malfoy ? kau dengar aku ? sial sial" Viona frustasi dengan apa yang terjadi, Draco tetap nampak kesakitan dan kesulitan bernafas.

"aku.. menyelamatkan keluarga Epione berkali kali dengan cara mengorbankan nyawa ku sendiri, Shireen ! ini namanya Pengkhianatan sedarah !"

Tidak lama setelah itu, Draco kembali bernafas dengan lancar, ia meremat seragam Viona kemudian memeluknya dengan sangat erat. "maafkan aku draco, maafkan aku" ujar Viona.

"mungkin ini waktunya"

"gerbang kemampuan kedua terbuka, kenangan buruk"

Viona mengerjapkan matanya saat ia mendengar tawa teman temannya, "Viona ? kau kenapa ? berlari dan langsung memeluk Draco ?" tanya Shaka merasa aneh dengan sifat Viona.


Gadis tersebut hanya mengedarkan pandandangannya, gerbang kemampuan kedua benar benar sangat membantu. semua kembali ke awal, seperti tidak ada yang terjadi. Viona buru buru melepaskan pelukannya dari Draco.

"hanyaa, mimpi buruk" kata Viona kemudian langsung pergi meninggalkan teman remannya

"teman teman, apa kalian sudah mengerjakan essay dari profesor Mcgonagall ? aku sudah, apa ada yang mau ku bantu membuatnya ?"



BuddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang