Viona kini berada di depan asrama gryffindor, namun ia tidak bisa masuk ke dalam sana karena tidak mengetahui kata kunci yang perlu diberikan kepada nyonya gendut di lukisan itu.
"tolong biarkan saja aku masuk, aku perlu melihat sesuatu"
"hey nona, kau tidak boleh masuk jika tidak tahu kata kuncinya" balas nyonya lukisan itu sedikit mengejek.
Viona mengerutkan alisnya, "baiklah, kata kuncinya adalah nyonya gendut jelek dan banyak omong" ledek Viona termakan emosi.
Sontak perempuan itu terlihat marah dan mengacuhkan Viona.
Tiba tiba sebuah tangan mendarat di pundak Viona, gadis itu berbalik mendapati Harry yang tersenyum kepadanya. "perlu ku bantu?"
Akhirnya Harry membantu Viona untuk masuk ke dalam asrama Gryffindor. Viona melihat Amate tengah duduk dan bergosip dengan Padma juga Parvati, namun ketika melihat kehadiran sosok slytherin entah mengapa mereka langsung diam disertai raut wajah panik.
"apa kau yakin kau tidak ada hubungannya dengan draco?"
"salam lah terlebih dahulu, dasar tidak sopan! buat malu ke-"
Viona melayangkan sebuah tamparan keras kepada Amate, "jawab, apa kau yakin kau tidak ada hubungannya dengan Draco?" tanyanya dengan nada suara datar seakan ia tidak baru saja menyakiti Amate.
"tidak! apa kau sudah gila? kau tahu aku begitu menyukai Draco"
"bagaimana dengan orang gila yang ada dalam dirimu?"
"siapa? jangan jangan kau yang gila di sini! hey potter, apa kau bodoh membiarkan gadis ini masuk ke dalam asrama kita?"
Harry tidak bergeming, ia hanya menatap Viona dengan tatapan yang tidak bisa diartikan maksudnya. "Kalau sampai Draco celaka dan aku tahu ini karena mu, kau tahu.. aku tidak perlu jadi Shireen untuk bisa membunuh mu" ucap Viona mengintimidasi lalu berbalik ingin meninggalkan asrama Gryffindor.
"kau begitu bekerja keras untuk mendapatkan perhatian darinya, kau bahkan sampai menusuk lengan mu untuk dapat perhatian darinya"
Viona terdiam, ia berbalik lalu menatap ke arah Amate dengan mata membelalak.
"kau.. kau bilang kau tidak bisa mengingat apapun, tapi dari mana kau tahu?"
Tidak pikir panjang Viona beranjak mendekati Amate lalu memukul gadis itu dan menyeretnya ke ruang profesor Snape.
.
.
.
.
.Viona menunggu di luar ruangan sembari Amate dan Draco diwawancarai oleh profesor Snape. Bahkan ketika gadis itu dalam perasaan khawatir, raut wajahnya tidak menunjukkan hal tersebut.
Draco keluar dari ruangan dengan tatapan yang sendu, ia menatap Viona sangat serius, gadis yang ditatap tahu benar bahwa anak lelaki di depannya hampir menangis.
"cengeng! perlu ku panggil ayah mu?" tangan Viona hendak mengusap rambut sahabatnya itu, namun ditepis dengan sangat kasar.
Mata Draco masih senantiasa menatap Viona, seakan tatapan itu tersirat arti yang mendalam.
"kenapa kau tidak bilang?"
"apa? soal lengan ku? draco, kau tahu kan aku tidak bermaksud berbohong" kata Viona berterus terang, bukannya membalas ucapan Viona, Draco malah berlalu meninggalkannya.
Viona terdiam merasa bingung dengan sikap Draco, ia lantas hanya bisa mengikuti temannya itu.
Draco menerobos masuk ke dalam kamar pribadinya, ia mengacuhkan teman temannya yang sedang berada di ruang rekreasi. Viona pun berlari kemudian ikut masuk ke kamar Draco, Shaka dan Adrian juga tak tinggal diam, mereka segera menghampiri kedua sahabat itu.
"kenapa kau tak bilang kalau aku bisa jadi adalah Sean Malfoy, Viona!"
Viona terdiam menatap Draco, anak lelaki itu duduk di tempat tidurnya dengan wajah frustasi. "aku sudah tahu semuanya, Amate diberi varitaserum dan ia menguak semuanya bahkan saat kau menggunakan kemampuan untuk memanipulasi kami semua"
Gadis itu masih diam membeku, berusaha mencari jawaban yang tepat untuk kemarahan Draco.
"Viona, aku Sean Malfoy.. tidak ada yang bisa memastikan bahwa aku tidak akan jadi pembunuh!"
"Draco.."
"Kau pasti tahu fakta tentang itu kan, Viona. kau pasti tahu dan itu alasan mu menyembunyikan ini dari ku"
"Draco, dengarkan aku.."
"pergi Viona, menjauh dari ku.. aku tidak ingin melukai mu"
Dengan sedikit gerakan, Viona menarik kerah baju Draco lalu memukulnya dengan cukup kencang di bagian rahangnya. Setidaknya itu cukup untuk membuat Draco Diam.
"Dengarkan aku! draco dan sean berbeda! kau bukan sean, sialan! jangan mendoktrin otak mu seakan kau sean, kau cengeng! kau tidak bernyali! kau tidak mungkin akan sekejam dia.." bentak Viona.
Draco diam, tatapannya tidak berubah sedikit pun.
Adrian dan Shaka yang berada di sana pun terheran heran. Hanya Viona saja gadis yang ketika orang tengah bersedih dan frustasi malah dipukul dan dibentak.
"Draco, selama ini kau terlalu banyak main main.." ucap Viona.
"aku tidak suka orang lemah" lanjutnya lalu mendorong kerah baju Draco yang sempat ia cengkram
KAMU SEDANG MEMBACA
Buddy
Fantasykebanyakan hubungan berawal dari persahabatang. meskipun bukan sahabat dari kecil, tetapi Viona dan Draco cukup terbilang dekat. Keduanya saling melengkapi satu sama lain, dengan Viona yang sedikit cuek dan Draco yang cukup terbilang jahil, nakal, d...