Cerita ini muncul Ketika sesuatu yang menyesakan terjadi ,iyaa gaada satu manusia pun yang ingin mengalami kegagalan dan berakhir dengan penyesalan GAADA. Rasanya kegagalan dan penyesalan adalah neraka nya dunia.
Saya tau saya hanya seorang anak yang masuk kategori menengah, tidak pintar tidak juga terlalu bodoh hanya bermodal tekad dan keajaiban untuk menjalaninya oh satu lagi keberuntungan, berbicara soal keberuntungan sepertinya belum berpihak pada saya yang saat itu tengah melanjutkan profesi di salah satu universitas bukan mengada ngada tapi memang seperti itu keadaannya, dimana diusia saya yang seharusnya sudah menjadi manusia tapi malah masih menjadi beban keluarga. Pendidikan profesi yang saya jalani hampir satu taun hanya membuat saya berpikir bahawa apakah ini sia-sia ? apakah hanya membuang waktu saya? Atau apa memang saya yang tidak beruntung? Dan pertanyaan pertanyaan itu yang terus muncul di otak saya sampai pada puncak nya dimana hari itu saya salah satu dari sekian banyak nama yang tidak berhasil hahaha memang banyak tapi melihat bahwa saya salah satunya adalah hal yang paling menyesakkan, kemudian saya berpikir bahwa memang benar semesta membenci saya tuhan pun bahkan tidak memberi saya kesempatan dan seperti pintu besar itu tertutup rapat sangat rapat.
"tuhan apakah anda membeciku?"kata yang pertama aku ucapkan sebagai bentuk protes dan diteruskan dengan kata -kata umpatan lain yang seakan keluar dengan bebas sebagai bentuk penghakiman. Lebih menyakitkan Ketika orang tua saya bilang bahwa "tidak papah mungkin bukan rezekinya" entah kenapa kata itu adalah sebuah tamparan yang menyadarkan saya kalo saya bukanlah anak yang bisa dibanggakan, tidak bisa seperi yang lain yang berhasil, tidak seperti yang lain yang bisa orang tua mereka banggakan dengan mengungahnya di sosial media.
Banyak sekali teman-teman saya yang bilang kalo "mungkin belum waktunya" atau "semangat tuhan mau ngasih yang lebih baik lagi buat kamu" dan yang paling biasa "gak papa inimah masalah waktu, nanti tuhan ngasih yang lebih, pasti terlewati" .saya tau dan saya percaya kalo tuhan selalu punya scenario terbaik atau sesuatu yang lebih baik untuk kita saya percaya tapi untuk saat itu saya hanya sedang tidak mau berdamai dengan keadaan dan menyalahkan semua nya termasuk diri saya sendiri, karena ngangkat mental yang jatuh itu bukan hal yang mudah Ketika mereka bilang "tidak apa – apa dan semangat".
Tapi seiring waktu berlalu saya lambat laun harus sadar kalo ini sudah terjadi dan tinggal memikirkan cara terbaik untuk melewatinya. Walaupun rasa bersalah dan penyesalan itu akan selalu ada, tapi ya jalan satu-satu kita hanya harus terus berjalan. Seperti kata bapa saya "kalo ini sudah terjadi dan gaakan bisa dirubah" kemudian dengan wajah serius beda dari biasanya dia bilang kalo "teh bapa gaakan nyalahin kamu atau menghakimi kamu karena gak berhasil inimah sudah rencana allah gakpapa yang penting bapa tau kamu teh udah berjuang dan berusaha urusan hasil mah itu tergantung allah mungkin teteh teh lagi dikasih cobaan dulu sama allah atau allah mungkin ngerencanain buat yang lebih bagus nanti, teteh masih tetep jadi anak kebanggaan bapa mau gimana pun itu, (ia memberi jeda untuk sekedar menarik senyuman) teteh harus semangat dan ikhlas kalo teteh semangat lagi bapa sama mamah juga seneng" ia lanjut mengelus rambut saya "gagal mah biasa proses teteh menuju dewasa, gaada manusia yang sekali berhasil yang penting kita yakin kedepannya bakal ada yang lebih baik dan jangan selalu melihat ke atas teh gaakan ada ujungnya sesekali kita juga harus ngeliat ke bawah yah"
Dari obrolan singkat itu saya jadi banyak mendapatkan hal-hal dan pemikiran baik ,dan yang harus saya lakukan memang terus berusaha dan tebiasa dengan kegagalan yang berharap bahwa jatah gagal saya sudah habis diusia muda, ah saya jadi inget kat-kata Habibie yang menyebutkan bahwa "hidup itu seperti mengayuh sepedah ,kalo kita berhenti mengayuh kita bakal jatuh begitupun saya Ketika saya berhenti saya mati"
Untuk kalian yang memang sedang dalam fase ini atau dalam keadaan ini, saya tau perasaan kalian ini memang sakit dan berat tapi perlahan fase ini akan mengajarkan kita untuk menuju pada sebuah pendewasaan, dan percayalah kalo dibalik badai dan petir yang menakutkan aka nada pelangi indah setelahnya.
Dan begitulah bagaimana saya melewatinya seperti apa yang pernah saya ucapkan kepada teman saya kalo "orang baik ada kalanya mengalami nasib buruk".
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk hati yang cemas
Short Story"Tidak semua hal bisa kamu pahami dengan akalmu Tidak semua hal bisa kamu cari dengan nalarmu Dan tidak semua hal bisa kamu buka dengan pikiranmu" Mari tenggelam bersamaku dengan beberapa cerita pendek yang tersaji di dalamnya, semoga beberapa hati...