Aku bernama Annalisa atmajaya , orang biasa memanggilku anna. Namaku diberikan khusus kedua orang tuaku dengan harapan aku bisa menjadi seseorang yang hebat seperti garis keturunan keluarga ku. Tapi kenyataan itu hanyalah suatu beban yang kutanggung sedari kecil. Seperti tradisi yang haram hukumnya jika dilanggar dengan berbagai aturan dan petuah bahkan mereka yang bukan keluarga serumahku pun ikut andil dalam pertumbuhan ku sedari kecil, dituntut sempurna tanpa celah dan berpura – pura dengan dalih menjaga nama baik keluarga, melelahkan sekali bukan?.
Kedua orang tuaku adalah termasuk dalam kedua orang tua yang seperti yang diharapkan banyak orang memberikan apa yang kita minta dan memberikan kasih sayang tanpa diminta. Tapi buka itu titik masalahnya sehingga aku memutuskan menjadi pembangkang, bahkan orang lain selalu menghakimi kalau aku tidak bisa bersyukur disaat orang lain ingin diposisiku "hey ayolah kalian hanya melihat dari luarnya saja , jadi jangan sok tau" ucapku kepada orang -orang itu.
Annalisa atmajaya hanyalah seorang staff bagian kreatif yang bekerja disalah satu perusahaan tv swasta, tidak banyak orang yang tau bagian ini dan jangan tanyakan keluargaku mereka jelas tidak akan tau dan tidak mau tau bahkan, tidak masalah karena aku suka. Setelah resmi jadi anak pembangkang 5 tahun lalu saat itu juga kuputuskan untuk keluar dari keluarga atmajaya, dengan perjalanan yang tidak mudah dan proses yang membuatku selalu berpikiran sempit. 5 tahun yang lalu aku berfikir bahwa keluar dari rumah adalah pilihan tepat karena membebaskanku dengan pikiran-pikiran kolot yang membelenggu sedari kecil, yang dari aku lahir bahkan semua sudah dewasapun selalu aturan aturan dan pembatasan itu seolah tidak akan lepas dariku, mereka seolah bertindak seakan pilihan merekalah yang terbaik, hingga sebuah Tindakan berani aku ambil, berfikir bahwa mereka bisa menerima dengan mudah keputusanku adalah hal mustahil dengan berbagai perdebatan keras yang akhirnya menimbulkan suatu pukulan telak, ayahku menangis untuk pertama kalinya dengan ditemani isakan ibu yang dari awal kita debat sudah mengeluarkan air mata oh tuhan rasanya aku menjadi anak paling kurang ajar di dunia . ayahku adalah sosok terfavorit didunia dengan segala ketegasanya, dengan ketekunannya dengan humor recehnya dan dengan kasih sayangnya kemudian ibuku dengan segala kecerewetannya dengan kekhawatirannya dengan kepintaran memasaknya dan dengan cinta kasih nya tetap tidak bisa mengalahkan ego yang sudah terlanjur menyeruak ke luar Bersama tekad yang dipaksa bulat melangkah keluar meninggalkan rumah yang telah menjadi saksi seorang annalisa atmajaya hadir dan mengenal dunia.
Disebuah kamar kontrakan yang luasnya bisa dikategorikan lumayan menjadi tempatku selama mengadu nasib di ibu kota ,banyak sekali berserakan kertas dimana mana ahh aku terlalu Lelah untuk membersihkannya. Sepertinya kekurang ajaran pagi ini bukan disematkan kepada jam waker ku tapi juga tetangga ku yang mengetuk pintu seperti sedang melakukan operasi penyergapan "kurang akhlak lo pagi-pagi udah bikin ribut" lontaran kata pertama setelah ku buka pintu sedangkan biang keributan itu hanya menyengir tanpa dosa, oh tuhan ingatkan aku kalo membunuh itu dosa "na liburan tahun baru kali ini lo mau kemana?"tanyanya setelah duduk di depan meja belajarku "lo bikin rusuh pagi-pagi Cuma buat nanyain itu"kesalku ."ini juga pertanyaan penting annalisa"balasnya dengan muka menyebabalkan ,kuputar bola mataku dengan tangan yang Kembali menarik selimut "gatau, ngambil kerjaan tahun baru keknya" tepat setelah ku jawab pertanyaan nya sebuah bantal tepat mendarat di kepalaku "jangan gilaa lo ,lo bukan robot anna kurang uang banget lo sampe tiap tahun baru ngambil kerjaan terus" ku ambil bantal tadi lalu ku lemparkan Kembali ke arahnya "ya terus gue harus apa ?" dia menghela nafas Panjang "pulang ke rumah lo lah ,jangan jadi bang toyib versi cewe ,gue juga mau pulang biar dirumah gue gak khawatir jadi lo juga harus pulang kerumah"tukasnya. Ia gege adalah orang pertama yang selal khawatir akan keadaanku saat aku telat pulang kerja ,saat aku sakit, saat aku stress, saat cape pokoknya tu anak yang selalu ada dalam kondisi apapun walaupun kelakuannya minim akhlak tapi setidaknya aku bersyukur dihadirkan orang seperti gege amira di dalam proses pencarian ini.
Setelah pagi tadi gege mengingatkanku tentang rumah, pikirannku jadi kosong seakan enggan untuk beranjak bahkan sekarang pun pikirannku menerawang jauh kedalam masa laluku. Bohong kalo aku tidak merasa kangen rumah, setiap malam adalah waktu yang pas dimana pikirannku berkecamuk akan keadaan rumah dan berakhir dengan meluluruhkan air mata yang tanpa diundang pun tetap datang. walaupun dalam belakangan ini hubunganku yang entah kenapa berangsur membaik dengan mereka, berkomunikasi seperti sewajarnya bahkan beberapa pertanyaan yang mereka sama sekali tidak tanyakan sewaktu dulu pun mereka tanyakan di waktu sekarang, pertanyaan seperti "ada kesulitan hari ini?" atau "ada yang mau diceritakan sama ibu hari ini?" bukankah hal ini yang aku inginkan, entahlah masih banyak persaan mengganjal di hati yang semakin susah untuk dijelaskan.
Malam itu ditemani semilir angin malam tepi pantai, aku dan gege memutuskan untuk menghabiskan malam tahun baru sebelum dia memutuskan pulang ke kampung halaman nya "pulang kerumah tuh bukan hanya ingin merasakan Kasur empuk kamar atau masakan rumah atau yang lebih parahnya terpaksa pulang" gege memberi jeda dengan meluruskan pandangan pada hamparan laut yang luas dengan sinar rembulan nan indah "tapi kewajiban setiap orang, mau sejauh apa lo ngelangkah atau pinter sembunyi, rumah tetap tempat ternyaman kita menenangkan diri" tutur gege, aku hanya diam menanggapi bagaimana dia mulai membuka obrolan, entah apa yang aku pikirkan sekarang rasanya terasa kosong dan kata-kata terakhir gege terngiang ngiang di otak ku "tapi masalahnya gak se simpel gue pulang ke rumah dengan alasan kangen masakan ibuu" ucapku, terlihat gege menghela nafas "paham gue, tapi jangan sampe gensi dan rencana pembuktian lo ngebuat lo hilang jati diri" kemudian gege menghadapku dengan tatapan serius dan mode serius "anna mereka ngatur lo dari kecil sampe lupa dengan apa yang lo inginkan mungkin karena lo gak pernah komunikasi sama mereka, dan selama lebih dari 5 tahun ini mereka udah dapet balasannya, lo juga udah masuk ke dunia yang sebenarnya dan lo masih baik-baik saja bahkan lo udah kenal berbagai macam karakter orang dan mengatasinya kenapa engga lo balik ke rumah itu dan mengatasinya, mengatasi segala apa yang menjadi alasan elo keluar dari sana, kalo elo berfikir kebelakang dan meresapinya maka ada 1001 alasan elo bakal Kembali lagi ke sana"
Entahlah aku tak tau setan mana yang saat itu merasuki gege sampai anak itu bisa ngomong Panjang lebar seperti itu, tapi terimakasih untuk gege amira atas penuturannya sehingga aku berpikir bahwa banyak sekali jiwa-jiwa yang meronta ingin pulang tapi terhalang gengsi dan keegoisan serta alasan – alasan kemunafikan. Sebenarnya bukan bagian rumahnya yang berdiri kokoh menjadi tujuan kita pulang tapi satu miliyar kenangan dan kasih sayang yang bersemayam didalamnya, dan benar katanya sejauh apa kita melangkah ,seluas apapun lautan disebrangi dan setinggi apa kita mendaki gunung tetap hati yang cemas ini selalu memilih rumah sebagai tempat ternyamannya walaupun keinginan yang timbul hanya 0,001 % dari 100%.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk hati yang cemas
Short Story"Tidak semua hal bisa kamu pahami dengan akalmu Tidak semua hal bisa kamu cari dengan nalarmu Dan tidak semua hal bisa kamu buka dengan pikiranmu" Mari tenggelam bersamaku dengan beberapa cerita pendek yang tersaji di dalamnya, semoga beberapa hati...