Nasi kuning, iya nasi yang warna kuning yang cocok buat sarapan sama gak ketinggalan lauk pendampingnya yaitu tempe oreg, bihun goreng sama sambel kalo ibunya niat bisa dapet telor dadar kalian, udah gak usah dibayanginn enakkk pokokknyaa.........
jangan salfok sama judul, engga engga saya sebagai author disini gaakan bahas makanan atau tutorial nasi kuning, engga ko.
Sebenarnya filosofi nasi kuning itu tercetus dengan secara tidak sengaja oleh abang jaelani, di sebuah tempat kopi dengan ditemani langit jingga, biar singkat kita sebut bang jae emm biar sedikit agak keren. jangan tanya kenapa saya kenal bang jae karena itu akan Panjang sekali dan yang paling penting disini tuh bukan bang jae nya tapi bahas mengenai nasi kuning nya, kalo kalian sadar sebenarnya banyak perumpamaan kehidupan yang bisa di diibaratkan dengan nasi kuning, kedengarannya konyol tapi bagi bang jae menjadi logis.
Sore hari di suatu kedai kopi yang tak jauh dari pusat kota bandung, tempat yang tidak terlalu luas namun cukup nyaman untuk berbagi cerita, mengerjakan tugas atau sekedar menikmati secangkir kopi, saya rasa tempat ini cocok. Dengan berlatar tema reunian, ditemani langit sore nan teduh dan berbagai topik obrolan yang mengalir bak aliran sungai tak terasa menggiring kita pada topik obrolan dulu mengenai nasi kuning, yang waktu dulu diibaratkan untuk kaum perempuan yang terlalu dibutakan cinta sehingga lupa akan hak dan harga dirinya. Iya semenarik dan seenak apapun nasi kuning jika bukan pada tempat seharusnya, cepat atau lambat akan terbuang.
"bagaimana kemajuan nasi kuning jaman sekarang bang?"ucapku membuka obrolan, sembari tertawa dia menjawab "baik, harus di racik ulang tapi" . Seakan menjadi topik menarik, ku buka argument "kalo nasi kuning diibaratkan kita mahasiswa yang baru lulus, gimana biar diterima di dunia kerja?" bang jae terlihat berpikir yang kemudian menegakkan duduknya "harus ada sedikit variasi dan inovasi" sambil menyegitkan dahi aku membalas "maksudnya?"
"kalo diibaratin nasi kuning, dia juga harus punya perubahan dong biar tetep diminati jaman sekarang, terus nasi kuning juga punya standar di tiap level perekonomian, abang contohin nih kalo misalnya nasi kuning itu dipasarkan di kaum perekonomian atas tapi dengan toping dan sajian yang dengan standar perekonomian bawah kan nasi kuning itu tidak akan diterima akhirnya terbuang, begitupun sebaliknya jika dipasarkan kepada perekonomian bawah dengan standar perekonomian atas, itu nasi kuning gaakan laku semewah apapun tampilannya gak akan ada orang yang mau karena terlalu berlebihan dan mahal, intinya gaakan cocok" tutur bang jae sedangkan aku hanya menyimak "nah kalo untuk mahasiswa juga harus punya standar dan tempat yang pas untuk bisa diterima dengan layak. Contoh kalo misalnya kita sebagai ahli Kesehatan bekerja di ranah hukum kan tidak akan bisa, bisa sih memaksakan tapi akhirnya akan terbuang digantikan dengan yang emang punya standar di ranah itu"tutup bang jae
"tapi masih banyak ko kita yang memang standar dan kemampuannya disitu tetap saja dibuang"tanya ku ."nah kita Kembali dulu ke nasi kuning, nasi kuning juga walaupun disajikan dengan toping mewah kaya ayam,telor,ikan,ati ampela dan toping mewah lainnya kalo dalam proses pengolahannya kurang baik tetep gak bisa diterima seperti gaada rasanya trus terlalu kuat asinnya trus ayamnya kurang mateng atau yang lebih parahnya kalo nasinya yang kurang mateng kan pasti dibuang atau dibalikin lagi gaakan diterima. Begitupun dengan kita kalo dari awal gaada skill dan kemampuan atau kita gak bisa memaksakan diri kita buat survive walaupun ranah kita tetep ajah ujung-ujung nya di ganti dan dibuang"
Kuanggukan kepala dan sedikit tepuk tangan "jadi filosofi nasi kuning yang tepat tuh kaya gimana?" dengan satu teguk kopi dia bang jae menjawab "nasi kuning itu ibarat kita dengan putaran roda jaman, sebenarnya nasi kuning itu selalu ada di disetiap perubahan jaman namun diterima dengan baik atau tidaknya tergantung seseorang yang mengolahnya apakah dia mempunyai inovasi atau bergantung dengan cara lama begitupun kita apakah pasrah mengikuti arus atau berbelok keluar dari arus itu". Begitulah kemudian obrolan itu berakhir mengingat kita yang sekarang tidak seluang kita yang dulu, seperti ada banyak sekali hal harus dipersiapkan untuk esok hari yang lebih keras, dan tepat saat jingga tenggelam aku dan bang jae memutuskan untuk meninggalkan kedai kopi itu.
Untuk kalian hati yang cemas hanya tidak perlu takut akan putaran jaman,kalian hanya harus berpikir keras dan mengorbankan beberapa waktu, untuk membuat putaran jaman itu mengelilingi kalian. Dan begitu akhirnya kenapa saya setuju bahwa filosofi nasi kuning mempunyai makna logis buat bang jaelani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk hati yang cemas
Truyện Ngắn"Tidak semua hal bisa kamu pahami dengan akalmu Tidak semua hal bisa kamu cari dengan nalarmu Dan tidak semua hal bisa kamu buka dengan pikiranmu" Mari tenggelam bersamaku dengan beberapa cerita pendek yang tersaji di dalamnya, semoga beberapa hati...