Cie Baikan

51 8 0
                                    

AUTHOR POV

Jumat siang yang terik di kota Semarang, membuat setiap insan manusia di SMA Suka Ilmu, malas mengeluarkan keringat dikarenakan bergerak sedikit. Begitu pula lima bersahabat yang akhir-akhir ini mengalami virus canggung. Canggung untuk berbuat ini dan itu secara bersamaan. Oh tidak semua, hanya berlaku untuk siswi berambut sepinggang dan wajah yang good looking. Berusaha masih mengikuti keinginannya, dan terjadilah kecanggungan tersebut.

"Vinn.. "

"Mau sampai kapan diem mulu? Gue kesepian nihh."

Kini seluruh warga kelas sebelas IPS lima memanfaatkan waktu luang untuk berbondong bondong memenuhi kantin, si para calon ibu. Jika Jumat siang seperti ini, para LAKIK SMA Suka Ilmu memenuhi kewajibannya di mushola sekolah, melakukan sholat Jum'at khusus muslim. 

Di dalam kelas hanya tersisa dua orang bersahabat yang sejak tiga hari yang lalu bersikap canggung karena membuat suatu kehebohan yang menggemparkan dunia perghibahan SMA Suka Ilmu. Siapa lagi jika bukan Indah dan Vina.

Indah dengan posisi mager, menjatuhkan kepalanya di atas meja sambil sesekali sayup-sayup tertidur. Jumat adalah hari yang pendek dan bikin ngantuk. Indah ngga sendirian kok, saya juga begitu.

"Ya udah maafin gue ya, waktu itu kebawa emosi. Gue bakal ngedukung apapun keputusan lu deh."

"Kenapa?"

Siswi yang sibuk menggeser geser layar hp nya, memusatkan perhatiannya kepada sahabatnya yang sedari tadi ia duduk membelakanginya. Dengan ekspresi wajah khas kepo dan bercampur heran, ia membalikkan tubuh sepenuhnya menghadap Indah.

"Nah gini dong Vin, ngomong sepatah dua patah ke gue, gue jadi ngerasa hidup nih. Liat kan gue udah ngga lesu kek orang mau meninggoy."

Kalimat nya yang tidak nyambung membuat sang Vina geram, dan ingin cepat-cepat mengetahui maksud perkataan dengan makna 'dalam' yang diucapkan sahabat gesreknya ini.

Segera ia memegang kedua bahu perempuan rambut pendek di hadapannya dengan menggoyang-goyangkan keras, hingga jidat mulus yang tertutup poni anti badai milik Indah hampir terbentur pojok lancip kursinya. Lah coba bayangin aja seheboh apaan si Vina.

"Ck. Jawab kenapa?"

"Ya karena gue ngga mau kehilangan sahabat kepo yang cantek ini."

Karena perasaan bahagia yang menyergapnya kali ini, Indah tak mempermasalahkan jidatnya yang hampir bonyok. Ia malah memainkan kedua pipi tembem sahabatnya yang ia rindukan selama tiga hari lebih. Memamerkan senyum gemasnya dan kemudian memeluk erat sahabatnya.

"Ngga logis alasan lu!"

Dan ditepis keras oleh Vina dengan cepat. Agaknya ia kurang puas dengan alasan yang diberikan oleh Indah. Ia menjadi semakin dongkol dan bersiap beranjak dan meninggalkan sahabatnya disini sendirian.

Namun baru dua langkah, ia berhenti dan masih tidak menghadap Indah di belakangnya. Memandangi pergelangan tangannya yang dicekal halus oleh Indah membuatnya lebih lunak seketika.

"Gue sadar, karena sikap egois gue ke lu bikin kita jauh. Mungkin apa yang lu bilang juga bener, gue selalu mengekang setiap keputusan lu ya? Asal lu tau, gue ngelakuin itu reflek Vin. Gue ngga mau lu sakit hati."

Indah yang berbicara dengan satu tarikan nafas, memberi jeda seperti memikirkan sesuatu yang membuat ia merasa bersalah pada sahabatnya. Kemudian ia melanjutkan pembicaraannya dengan nada yang redup.

"Tapi ternyata, perlakuan gue yang bikin lu sakit hati. Maafin gue yaaa.. yaa yaaa.. "

Seketika itu juga Vina merasakan jika sahabat sebangkunya ini memiliki sifat kepribadian ganda. Sedikit-sedikit serius, lalu bercanda seperti anak kecil. Vina mengakui jika apa yang dikatakan Indah benar adanya. Tidak, bukan Indah saja yang egois namun ia juga.

Indah yang membuat Vina duduk kembali, dan membuat Vina seperti emak-emak yang harus menuruti perkataan anaknya. Iya, Indah menggoyang-goyangkan lengan kiri Vina dan merangkulnya erat, seakan tidak ingin melepasnya sedetikpun.

Karena Vina yang mulai merasa jengah dengan perlakuan bocil sebangkunya, ia mencoba menepis dengan sekuat tenaganya. Namun apalah daya energi Indah lebih besar daripada dia.

"Ish awas! Lu berat."

"Maafin dulu dong."

Mau tidak mau, Vina menyetujui syarat Indah. Yaitu memaafkannya. Ia berpikir, berlama-lama bersikap canggung dengan keempat sahabatnya, malah membuat hubungan mereka semakin jauh. Dan ia tidak mau itu terjadi. Nanti kelas sebelas IPS lima bakalan sepi kayak kuburan dong.

"Iya iya. Jadi gue bisa kan jadi pacar kak itu."

"Iya deh seterah lu, tapi janji lu ngga boleh sakit hati."

Merasa cewek yang ia genggam lengannya berubah menjadi Vina yang ia kenal. Indah merasa senang bukan main. Dan memberikan nasihat turun temurun yang sangat penting demi kedamaian bersama.

"Lah namanya juga hubungan kasmaran pasti ada sakit hatinya bege."

Benar juga apa yang dikatakan Vina, dengan sengaja ia menoyor kepala Indah dan memberikan kesan gempa bumi dadakan padanya. Kalau begitu berarti Vina menoyor nya keras gess. Hati-hati deketan sama si good looking kepo yang satu ini ya.

"Loh iya bener. Yaudah kalau ada masalah pengen diceritain, cerita ke kita yaa. Jangan diem-diem bae!"

"Emm."

Mereka berdua mulai memberhentikan kegiatan debat yang setara dengan debat presiden, presiden kelompok ibu ibu ges, jangan berharap berlebihan. Karena jam masuk, bel mulai berbunyi membuat para warga bergerombol kembali ke habitatnya masing-masing.

"Baikan nih kalian?!"

Innayah, si gemoy nya sebelas IPS lima memasuki kelas dengan menenteng satu kantong plastik yang berisi berbagai makanan dan minuman yang ia borong di kantin.

"Iyaaa dongg!"

"Nah gitu dongg, kalo kalian akur gini kan panas kita liatnya."

Biasa si mulut toa, pas sekolah dasar nilai bahasa Indonesia nya nol besar. Jadi ia tidak bisa berbicara dengan kalimat yang baik dan benar. Melainkan salah kaprah.

"Jangan ngadi-ngadi Na!"

Sekarang giliran Indah yang sudah tidak tahan ingin menampar secara halus pipi mulus arina. Dan

PLAK

Mendarat mulus di pantat Arina dengan suara nyaring. Yang dipukul tidak menggubris dan melanjutkan kalimatnya.

"Asikkan berantem kek kemaren, ramee!"

"Harusnya lu seneng, kita jadi ngga canggung lagi, mirip banget kayak mantan ketemu gebetan."

"Ra? Lu tau ngomong apaan?"

Rara dengan tangan kiri yang memegang satu bungkus  teh manis dingin, bersiap siap menjawab pernyataan yang terlontar dari mulut pedas Arina. Seketika dipotong cepat oleh Vina yang sedari tadi diam.

"Ngga usah di jawab kita udah tau kok."

"Ish gue bantai satu satu klean."

Mereka berempat tergelak dengan ekspresi ternistakan Rara.

°°°

Assalamualaikum

Waalaikumsalam

Makasih yang udah mau baca, ngga logis kalo aku minta maaf karena update nya lama, tapi ntar diulangi lagi. Kek ngelunjak ya aku ahahaha

Aku ngerasa bersalah banget ngga update part part selanjutnya dengan cepet. Ya walaupun yang baca ngga banyak, tetep aja yang baca ini manusia punya perasaan. Aku banyak salah sama pembaca semuaa. Tapi takut buat minta maaf.

Pokonya di basa-basi kali ini aku cuma mau nyampaiin makasi buannyak polll, buat yang udah baca sampe sini.

Mueheheh

Kok, Kakel Cupu?! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang