Ketar-Ketir

47 8 7
                                    

AUTHOR POV

Seharian penuh, Indah tidak memperhatikan pembelajaran yang dipelajari hari ini, termasuk mapel matematika wajib nya Pak Pramono. Indah hanya melamun dan sesekali gelisah, kepikiran dengan apa yang akan dilakukan Aldo kepadanya.

Indah sudah seperti mayat hidup. Ia juga berfikir mengapa masa-masa SMA nya dihabiskan oleh kesialan. Di hidup sebelumnya apakah Indah melakukan hal yang sangat jahat, sampai di kehidupan kini ia merasa seperti sedang di azab? Tidak ada yang tahu.

"Tolongin gue.."

"Tenang Ndah, kan ada gue. Lagian lu sok sokan si ngelawan kakel tukang bully di depan banyak orang. Pasti dia jadi tersungging laah."

Arina yang tidak tega melihat sahabat baku hantamnya menjadi lemah, letih, dan lesu, perlahan mencoba menenangkannya.

"Monmaap, terbacok harusnya." Sangkal Rara dengan gerakan membacok udara di depannya.

PLAK

"Salah juga lu!" Sanggah Arina dengan menjitak kepala Rara dengan keras.

"Ndah, mending sekarang lu harus menyiapkan kesan pesan terakhir lu buat kita, kalo lu mau ngasih sebagian harta lu juga ngga apa-apa. Insyaallah kita ikhlas."

Ini juga kenapa Innayah selalu mengatakan kalimat yang membuat mereka semua tercengang serempak. Melihat perubahan ekspresi yang sangat ekstrem dari para sahabatnya, segera Innayah memasang senyum kakunya dan menangkupkan kedua tangannya di atas kepala.

Indah tidak terlalu menggubris perkataan mereka. Ia hanya bimbang aja, apa yang harus ia lakukan saat di hadapan Aldo dan sekawanan pembulinya itu.

Ia menoleh ke arah kirinya, tepat di kedua bola mata sahabat sebangkunya, Vina yang sedang menatap ke arahnya juga. Vina terlihat kasihan kepada Indah, namun ia diam saja tidak berkomentar apapun kepada Indah.

"Lu nanti temenin gue kan?"

Yang ditanya hanya diam saja sambil menghela nafas panjang, dan menyembunyikan kepalanya di lipatan lengannya di atas meja.

"Maksud lu ngomong gitu ke Kak Aldo apaan si Ndah?"

Tanya Vina dengan wajah datar dan mata yang tajam menusuk sampai tulangnya Indah.

"Percaya sama gue Vin, gue ngga mau lu bergaul sama orang kayak mereka. Apalagi sampai ada hati sama salah satu dari mereka. Mereka tu cuma sekelompok laki-laki bermulut lemes. Pliss ya jangan terima Kak Aldo."

"Gue bingung. Apa yang harus gue pilih, kebahagiaan atau sahabat kayak lu."

"Apa Vin? Kebahagiaan?"

Tidak hanya Indah yang terheran-heran melihat keanehan Vina. Arina, Innayah, dan Rara pun sampai melotot kaget kepada Vina.

"Iya! Gue tau lu ngga suka sama Kak Aldo karena dia itu suka ngebully Kak Arga kan? Kenapa lu ngebela Kak Arga, lu suka sama dia?"

"Apasi kok lu jadi gini Vin. Namanya pembullyan ya ngga bisa dibenarkan. Tadinya gue bisa setuju kalau lu jadian sama kak Aldo. Tapi sekarang gue ragu."

Arina yang sudah merasa jika Vina sudah mulai tidak beres, segera ia menyentuh pundak Vina dan dengan cepat disentak olehnya.

"Kenapa Na, bener kan yang gue bilang? Gue cuma pengen ngerasain punya pacar. Dari pertama kali sampai sekarang gue ketemu lu Ndah, pasti lu selalu ngatur hidup gue. Lu ada dendam sama gue hah?"

"Vin, sumpah gue ngga bermaksud gitu. Gue cuma mau, lu ngga sakit gegara mereka-mereka itu."

"Iya Vin, lu kan tau lagian ngga cuma Kak Arga aja yang mereka bully. Tapi banyak."

Kok, Kakel Cupu?! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang