T u j u h B e l a s

1.3K 68 2
                                    

Malam semuanya

Hai hai hallo kalian yang lagi rebahan xixixi. Thanks buat para pembaca disini. Me luvv you 💙 semoga sukka dan ikutin cerita ini 😎☺

 Me luvv you 💙 semoga sukka dan ikutin cerita ini 😎☺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

××××

Esoknya, setelah keadaan cukup membaik, Agatha akan kembali bersekolah. Lebih tepatnya gadis itu yang merengek pada ayah bundanya untuk ke sekolah. Setelah berbagai drama akhirnya Bunda mengizinkan dengan syarat dirinya dibawakan printilan-printilan yang wajib dibawa.

“Bunda, jangan bawain bekel sampe dua gitu ahh Bund. Satu aja cukup. Berat tau...,” keluh Agatha melihat tambahan tas berisi bekal dan barang-barang lainnya. Gadis itu merenggut sebal dengan kedua tangan diatas meja seperti gadis kecil yang kesal.

Pagi-pagi di ruang makan sudah diributkan oleh ibu dan anak. Alasannya hanya satu, sekolah. Sang anak ingin cepat-cepat sekolah.

Namun, bundanya khawatir jika ada serangan dadakan dari preman yang sudah melukai anak semata wayangnya.

“Lho lho, ini persyaratan lho semalem. Jangan bawel.” Bunda tersenyum mengejek, lucu juga anaknya kembali ia bawakan bekal.

“Kecepetan sekolah 1 hari dari jadwal ijin aja gak perlu lebay, Bund. Lagipula aku udah sehat bugar gini lho.” Agatha memamerkan ototnya yang tidak perlu diperlihatkan. Lengan tak berbentuk apapun itu dipamerkan membuat bundanya mendelik.

“Ijin sama guru kan sampai besok, tandanya sekarang masih belum pulih. Anak bunda yang ngenyel ini ingin cepet sekolah kan? Yaudah, kalo diizini sekolah terima aja barang bawaan yang Bunda siapkan. Oke anak Bunda yang cantik,” ceramah bunda setelah semua bawaan anak gadisnya selesai ia rapikan.

“Iyah deh gak bisa menang lawan Bunda,” runtuk Agatha tak bisa membantah lagi.

“Jangan lesu gitu dong sayang. Atau besok aja ya sekolahnya.”

Sebenarnya Bunda masih mewanti-wanti kekacauan kemarin. Siapa tau hal tersebut terjadi lagi jika ada celah untuk melakukannya. Atau bisa saja preman-preman kampungan itu balas dendam karna kekalahan.

“Sekolah sekarang ajalah, Bunda... Lena bilang satpamnya udah banyak. Jadi aman kok. Agatha gak bakal kenapa-kenapa kaya kemarin lagi,” sahut Agatha sambil memasukkan roti mentega ke mulutnya.

“Hati-hati ya nak.”

“Iya, Bunda.”

“Kamu gak bareng Zean aja sayang?”

“Ihh Bunda apaan sih?”

“Lho, kan kalian pacaran. Sama Bundanya aja malu,” balas Bunda menyengir. Anaknya ini sepertinya masih malu-malu.

“Dahlah aku pamit dulu ya bunda, rotinya udah abis juga. Babay.” Agatha mengibas telapak tangannya riang.

“Lho kamu makan dikit doang, nambah lagi sini.” Mendengar ucapan Agatha membuat Bunda langsung bergerak untuk mencidukkan nasi goreng ke piring baru.

Amore A Prima Vista (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang