D u a B e l a s

1.5K 80 0
                                    

Cus lanjoot


××××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

××××

Agatha tak tau pasti kapan ia tertidur, tepatnya tertidur menyender pohon dengan Saddam disebelahnya. Terkejut? Jelas.

Saddam juga tertidur, namun belum bangun. Mungkin efek angin sepoi-sepoi di teman belakang.

“Dam bangun ...” Agatha menggoyang-goyangkan bahu Saddam.

Saddam mengeluh lirih, menguap lebar, tapi matanya masih tertutup.

“Astaga Saddam!! Kita gak tau ini jam berapa. Woiiii KEBO,” sentak Agatha dan tetap menggoyang-goyangkan bahu pria itu.

“Apasih Agatha?” ucap Saddam sambil menutup mulut lantaran menguap.

“Jam berapa sekarang?”

“Hah?”

“Sumpah, Dam. Lu lola banget sih. Sini jam tangan lo.” Agatha menarik paksa tangan kanan Saddam dan menarik jam itu kencang.

Saddam meringis mengusap-ucap tangannya yang memerah. “Kenapa sih emang? Lagi nyenyak juga.”

“Gila, Dam. Kita gila. Ini udah mau jam  12 dan kita udah lewatin 2 jam pelajaran lebih woi. Mati gue, Dam,” ucap Agatha menatap horor jam ditangannya. Terus mengucek matanya berharap ini masih dalam mimpinya.

“Eh iya mau jam 12. Gila sih. Jam 10 harusnya belajar,” gumam Saddam setelah mengambil jam tangannya.

“Astaga Saddam. Kita bisa dihukum. Gak mau gue kalo dihukum terus,” ringis Agatha memikirkan nasibnya nanti.

“Gak papa kali bolos sehari. Gak bakal mati,” ucap Saddam enteng.

“Lo OSIS tapi badboy. Gue panik lo malah asik-asikan nutup mata lagi.”

Saddam menengokkan kepalanya menghadap Agatha. “Lagian kita harus apa coba? Ke kelas bakal kena hukum, kantin ada pasukan basmi pembolos. Udahlah ini tempat teraman untuk  sekarang,” jelas Saddam.

“Tapi ...” Agatha menggigit jari.

“Udah tidur lagi, yuk sama gue,” ajak Saddam memegang tangan Agatha lembut.

Agatha menyentak keras tangan Saddam. “Najis tau ga. Kita itu udah mantan jadi jangan jadiin gue tempat main doang.”

“Iyah, mantan jadi sahabatan.” Sadda tersenyum.

“Dah gue mau ke kelas. Gak mau bolos-bolos. Bay,” ucap Agatha. Ia membangkitkan diri. “Makasih ya traktiranya. Lo fiks sabahat gue,” lanjutnya. Sesaat kemudian Agatha hillang dari pandangannya. Meninggalkan Saddam yang menatap kosong.

“Iya, sama-sama. Mugkin memang sekarang belum jodoh. Tapi, apa sanggup gue ikhlasin lo? Gak papa setidaknya pangkat gue naik menjadi sahabat,” ucap Saddam tersenyum getir.

Amore A Prima Vista (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang