3 bulan telah terlampaui. Kini Lee Jaemin sudah sangat mahir dalam mengurus putra semata wayangnya Lee Jisung. Mulai dari menimang, mengganti popok, hingga memandikannya pun sudah biasa. Hanya saja Jaemin merasa tidak enak dengan Jeno, sejak kedatangan Jisung, Jaemin sudah berhenti dari pekerjaan haramnya itu. Ia sudah bertobat. Ia tak ingin anaknya juga ikut memakan uang dari hasilnya menjual diri. Hanya saja, sekarang Jaemin jadi pengangguran dirumah. Ia bingung harus bekerja apa karna tidak mungkin baginya meninggalkan Jisung sendirian.
"Aku pulang...." pekik Jeno yang baru saja memasuki rumah mereka. Jeno masih bekerja menjadi seorang driver taxi. Biasanya ia akan berangkat pukul 12 siang dan pulang jam 9 malam.
"Jaemin-ahh.." seperti biasa Jeno akan selalu mencari Jaemin disetiap sudut ruangan bila tak mendapatkan respon dari sang adik.
Cklek..
"Jaemin-ah"
"Sssttttt, kau bisa membangunkannya" ucap pemuda itu pelan sembari menidurkan anaknya di kasur. Beberapa hari belakangan Jisung sedikit rewel, ia mudah sekali terbangun dan menangis setiap malam.
Jeno menghampiri Jisung yang sudah tertidur di kasurnya. Sudut bibirnya sedikit terangkat melihat sang ponakan yang sangat menggemaskan ini. Tangannya terululur hendak mengelus kepala sang bayi, namun gagal karna ia sudah lebih dahulu digeplak oleh sang ayah dari bayi mungil itu.
"Aww, sakit" ringis Jeno.
"Jangan mengganggunya, biarkan dia tidur, dia sedikit rewel akhir-akhir ini"
"Lebih baik kita keluar, kau juga belum makan malam kan? Tadi aku membuat kimbab" imbuhnya.
Jeno bersorak kegirangan dalam hati, ia sangat menyukai kimbab buatan Jaemin. Rasanya itu benar-benar berbeda dengan kimbab yang beli dipasaran.
"Kajja!!"
Mereka pun makan malam bersama. Jeno mengambil banyak sekali kimbab itu hingga memenuhi piringnya. Jaemin melihat kakaknya ini seperti orang yang kelaparan.
"Jen, aku ingin bekerja" ucap jaemin membuka obrolan.
"Bekerja apa? Bukankah lebih baik kau dirumah dulu, Jisung masih sangat membutuhkanmu jaemin-ah" ucap Jeno sembari menyantap makanannya.
"Entahlah aku juga bingung, hanya saja aku tidak enak denganmu, aku seperti seorang parasit yang menumpang hidup" ujar Jaemin menjelaskan isi pikirannya pada sang kakak.
"Hya, sudah kubilang berapa kali, jangan berpikir seperti itu, aku benar-benar tidak masalah kau tidak bekerja. Aku lebih suka begini daripada kau bekerja menjual dirimu seperti dulu" jawab Jeno jujur. Yah, Jeno benar-benar bersyukur saat Jaemin akhirnya mau berhenti dari tempat kotor itu. Ia lebih menghargai Jaemin yang pengangguran daripada Jaemin yang menjual diri.
Sang adik hanya mencebik kesal mendengar penuturan kakaknya. Bagaimanapun juga seharusnya ia yang bertanggungjawab untuk menghidupi dirinya dan Jisung, bukan Jeno lagi.
"Bagaimana kalau aku mencari pekerjaan diluar? Aku akan mencarikan Jisung babysitter untuk menjaganya di rumah" tawar jaemin kemudian.
Jeno memutar bola matanya malas.
"Kenapa tidak sekalian kau titipkan Jisung di panti asuhan dan kau bekerja mencari uang?" sarkas Jeno.
"Hya, aku tidak separah itu juga!"
"Ya tapi tidak ada bedanya Jaemin-ah, kau tau sendiri kan bagaimana rasanya diasuh oleh orang asing? Bukankah kau sendiri yg bilang kalau kau tidak ingin Jisung bernasib sama sepertimu? Lalu kenapa kau malah ingin melakukan nya?" Tutur Jeno kesal. Jaemin hanya termenung, apa yang dikatakan Jeno ada benarnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHAN [COMPLETE]
FanfictionDi dunia ini hanya ada kau dan aku. Bagi kami keluarga bukanlah ayah ataupun ibu, tapi keluarga adalah saudara yang selalu menjaga satu sama lain. kisah Jeno & Jaemin. dua anak malang yang dibuang oleh orangtuanya sejak mereka masih bayi. Keduanya t...