13. Mischance

395 55 5
                                    

"Belum tidur?"

Tanya pemuda berpajamas kotak-kotak ketika memasuki kamar sang adik dan keponakannya tengah malam.

Ia membawa secangkir kopi hangat di tangannya. Ia baru saja pulang dari kantor beberapa jam yang lalu. Sejak bekerja menjadi sekretaris dari Jung Eric, ia cukup sibuk. Ia berangkat pagi buta dan pulang larut malam. Bahkan sering ia berangkat saat adiknya dan keponakannya masih tertidur dan pulang saat keduanya sudah tertidur pula. Belum lagi kalau ia harus bekerja lembur. Memang setiap pekerjaan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dulu saat ia masih bekerja menjadi sopir taxi, gajinya pas-pasan namun ia masih bisa santai dan bersenda gurau dengan adik maupun ponakannya. Sekarang saat ia menjadi sekretaris, memang ia memiliki gaji yang besar, namun ia sampai tak bisa melihat kehidupan di rumah mereka.

"Belum, aku harus menyelesaikan ini malam ini, besok pagi aku harus sudah mengirimnya" jelas Jaemin yang masih terus berkutat dengan layar komputernya. Akhir-akhir ini Studio tempat Jaemin bekerja sedang banyak Job, jadi ia juga harus bekerja ekstra untuk menyelesaikannya.

"Tapi kau harus memperhatikan kesehatanmu juga Jaemin-ah, tidak baik kalau tiap hari begadang seperti ini." Tutur Jeno kemudian mengambil kursi disamping Jaemin. Ia meletakkan kopinya di meja komputer lalu memperhatikan adiknya yang sangat serius mengedit foto dilayar komputernya.

"Hmm, aku akan tidur kalau sudah selesai." Jawabnya sekilas.

Jeno sebenarnya tak enak mengganggu sang adik disaat ia tengah sibuk seperti ini, tapi ia tak ada waktu lagi. Jarang-jarang ia bisa berbicara dengannya.

"Hmm sebenarnya dua hari lagi aku akan pergi ke Busan selama 2 minggu, perusahaan sedang mengadakan kunjungan bisnis kesana." Ungkap Jeno.

Jaemin langsung menghentikan aktifitasnya. Jujur seumur hidup bahkan Jeno tak pernah meninggalkannya barang 3 hari saja walaupun Jeno sering lembur. Namun sekarang Jeno akan pergi selama 2 minggu. Rasanya sedikit berat baginya.

"Nanti kalau aku pulang akan kubawakan oleh-oleh untukmu dan Jisung" lanjut Jeno setelah beberapa saat keheningan tercipta diantara mereka.

Jaemin hanya tersenyum simpul mendengarnya. Ia mengambil kopi milik sang kakak dan menyesapnya sedikit.

"Kau tak perlu repot-repot, kau itu bekerja bukan liburan" ucap Jaemin seraya menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya. Ia memutar duduknya hingga menghadap Jeno.

"Haha, ini yang dinamakan kerja sambil liburan" timpal Jeno bercanda membuat Jaemin kembali menyunggingkan senyumnya.

"Ngomong-ngomong kita tak pernah liburan ya, kapan-kapan aku akan mengambil cuti ku dan liburan bersamamu dan Jisung. Kasihan Jisung selalu berada di rumah terus." Imbuhnya.

Lagi-lagi Jaemin hanya tersenyum simpul mendengarnya. Entah kenapa ia merasa sedih mendengar Jeno akan pergi, walaupun hanya 2 minggu.

"Kau mau liburan kemana Jaemin-ah?" Tanya Jeno lagi.

Jaemin tampak berpikir. Ia memutar-mutar kecil kursinya kekanan dan kekiri.
"Kemanapun asal gratis" jawabnya bercanda.

"Eyyy dasar kau ini, bagaimana kalau kita ke Seoul? Kita jalan-jalan ke namsan tower" usul Jeno.

"Yang benar saja, itu tempat wisata untuk orang yang punya pasangan, kita mana ada pasangan, yang ada kita malu kalau kesana" papar Jaemin

"Kenapa harus malu, kita kan pasangan? pasangan keluarga maksudnya, hahahahaa" tawa Jeno lantang.

Sontak Jaemin memukul lengan kakaknya itu, dan mengisyaratkan untuk diam, bisa bisa bocah 2 tahun itu terbangun dari tidurnya.

"Atau kita ke Gwanghwamun Square? Atau ke sungai han juga seru kelihatannya"

ORPHAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang