6. Financial Problem

465 62 40
                                    

Terhitung sudah 3 bulan Jeno dan Jaemin tinggal di tempat kost. Dan selama itu pula Jeno masih belum mendapatkan perkerjaan lainnya. Ia sudah mengirim banyak sekali surat lamaran pekerjaan, namun tak ada 1 pun panggilan kerja untuknya. Uangnya pun semakin menipis, hidup berhemat pun tak akan cukup jika ia hanya mengandalkan gaji dari kerja part-time nya di SPBU.

Jeno mengusak rambutnya kasar. Berkali-kali ia mengecek kotak masuk emailnya, namun tak ada satupun balasan dari perusahaan-perusahaan itu. Ia sadar bahwa ia hanya lulusan sekolah menengah, pasti akan sulit untuk memasuki dunia kerja.

Jeno mengucek matanya lelah, sudah 3 jam ia berkutat dengan laptopnya untuk mencari lowongan pekerjaan. Kini ia mengambil buku catatan nya. Ia kembali menghitung-hitung pengeluaran yang sudah ia habiskan selama 3 bulan belakangan. Mungkin saja ia bisa mengurangi beberapa untuk bulan-bulan kedepan.

//Cklekk

"Aku pulang"

"Ah Jaemin-ah, kau sudah pulang" sambut Jeno sambil tersenyum manis walaupun pikirannya sedang teriris-iris.

"Hmm" dehem Jaemin singkat. Ia meletakkan tas sekolahnya dan meneguk segelas air putih disamping Jeno.

"Jen, kuota dataku habis" ucap Jaemin sambil memainkan ponselnya.

Rasanya Jeno ingin menangis saja, uangnya sudah benar-benar krisis sekarang.

"Pakai handphone ku saja kalau begitu" balas jeno kemudian.

"Ya mana bisa begitu Jen, handphone mu ya handphone mu, handphone ku ya handphone ku"

"Aku sedang tidak ada uang jaemin-ah, uang ini hanya cukup untuk makan dan kebutuhan kita satu bulan kedepan" jelas Jeno sedih.

Jaemin membuang nafasnya pasrah, kemudian beralih melihat layar laptop sang kakak.

"Kau belum dapat pekerjaan?" Tanyanya yang hanya mendapat gelengan kepala dari Jeno.

Sesaat kemudian Jaemin beranjak mengambil jaketnya dan hendak keluar.

"Mau kemana??" Tanya Jeno.

"Keluar"

"Makan sianglah dulu, kau belum makan dari pagi" cegah Jeno

"Aku tidak lapar."

//Cklekk

Jaemin pun keluar tanpa menghiraukan Jeno. Sedangkan Jeno, ia merasa sangat-sangat bersalah karena tidak bisa memenuhi kebutuhan sang adik.

.
.
.

Hari sudah menjelang sore. Dan Jaemin masih setia duduk di rest area toko serba ada yg terletak di pinggir jalan raya. Jangan tanya apa yg sedang dilakukannya, tentu saja ia sedang bermain game dengan jaringan yang terhubung dengan wifi milik toko.

"Aakkhh!! Kurang sedikit lagi!!"

"SIAL!!"

Pekik Jaemin ketika ia dikalahkan dalam game yang ia mainkan.

"Sedang main game apa?" Tanya seseorang yg duduk didepannya.

"AIGO KAMCHAGIYa!!" Jaemin terkejut bukan main. Handphone yang dipegangnya pun sampai terjatuh di meja depannya. Seingatnya tadi tidak ada siapa-siapa disana.

"HYA kau mengejutkanku!! Sejak kapan kau disana!!" Pekik Jaemin sembari memegangi dadanya.

Jeno terkekeh melihat kelakuan adiknya ini. "Kau saja yang terlalu fokus dengan game mu" jawab Jeno kemudian.

"Aishh, ada apa kau kesini?"

"Mencarimu tentu saja ◜‿◝ "

"Aku bukan anak kecil Jeno Lee, kau tak perlu membuntuti ku kemana-mana" Jaemin memutar bola matanya malas. Semakin hari Jeno semakin overprotectif saja terhadap dirinya.

ORPHAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang